Sabtu, 08 Februari 2014

Yusran Mengajar Mobile Anak-Anak Terpencil dari Gunung ke Gunung

Prihatin dan cemas akan masa depan pendidikan anak-anak desa terpencil di wilayah pegunungan yang kesulitan mengakses sarana pendidikan sekolah telah mendorong Yusran, pemuda desa Batetangnga kecamatan Binunag Polewali Mandar sulawesi barat untuk mengabdikan diri secara suka rela mengajar anak-anak desa terpencil dari gunung ke gunung.






Guru honorer yang mengabdikan diri di sekolah Madrazah Ibtidaiyah Darul Dakwah Wal Irsyad (MI DDI) desa Batetangnga, kecamatan Binunag Polewali Mandar sejak 2007 lalu ini rela berjalan kaki dari gunung ke gunung melintasi sungai dan hutan belantara demi memberi les privat bagi siswa mereka yang kebetulan tidak datang ke sekolah karena hambatan alam seperti hujan atau longsor hingga siswa mereka tak berani datang ke sekolah.

Maklum, medan yang terjal, berbukit dan licin dari rumah ke sekolah membuat tak semua siswa di desa ini berani datang ke sekolah saat musim hujan, terutama mereka yang tinggal berkilo-kilometer dari sekolah mereka.

Agar pendidikan mobile ini berjalan efektif, siswa satu dusun dikumpulkan di salah satu rumah penduduk yang mudah dijangkau anak-anak dusun. Di tempat itulah Yusran mengajarkan mata pelajaran apa saja yang kebetulan tak sempat diikuti siswanya karena tak pergi ke sekolah berhari-hari bahkan minggu, terutama jika cuaca buruk tak mendukung aktifitas anak-anak terpencil berangkat ke sekolah.

Semua ini dilakukan Yusran tanpa imbalan sepersen pun dari siswa maupun orang tua mereka. Berbekal selembar papan tulis dan kapur tulis yang setia menemaninya. Yusran tak mengenal lelah menebar Ilmu dan pengetahuan bagi siswa mereka terutama yang tinggal di dusun atau pegunungan terpencil yang kesulitan mengakses sarana pendidikan secara memadai.

Saat cuaca baik aktifitas mobile Yusran memang relatif berkurang. Pasalnya siswa mereka yang tinggal terpencil relatif rajin datang ke sekolah.  Namun saat musim hujan dan siswanya jarang datang ke sekolah karena faktor cuaca buruk seperti kondisi jalan yang tidak mendukung, hujan  atau arus sungai meluap Yusran kembali harus memorsir waktu dan tenaga untuk menyambangi siswa-siswa mereka di dusun-dusun terpencil  tempat mereka tinggal. Yusran tak ingin para siswa mereka ketinggalan mata pelajaran.

Seperti biasnaya anak-anak dusun terpencil di desa ini harus berangkat ke sekolah pagi hari menggunkan obor minyak tanah ke sekoah agar bisa sampai sebelum jam pelajaran dimulai. Agar para siswa ini berani melintasi gunung terjal, sungai dna hutan belantara di subuh hari, mereka terpaksa saling tunggu dengan teman satu dusun lainnya.

Perjuangan Yusran untuk mencerdaskan anak-anak dusun terpencil disambut antusias para siswa dan warga.

Masdar, siswa kelas V sekolah MI DDI Biru yang kerap diberi les privat mislanya mengaku kagum dengan sosok Yusran.  Di saat para siswa ketinggalan pelajaran karena tak pergi sekolah dengan beragam faktor hambatan seperti hujan atau longsor dan sungai meluap, Yusran menjadi dewa penolong bagi mereka. Meski sempat alpa ke sekolah para siswa senang dan tetap percaya diri karena tak ketinggalan mata pelajaran. Tak heran jika sosok Yusran sangat familar bagi aanak-anak dusun terpencil ini di desanya.

Arifuddin, Tokoh masyarakat Desa Batetangnga, Polewali Mandar mengaku bangga dengan sosok  pemuda seperti Yusran yang mengabdi tanpa lelah dan tanpa pamri untuk membantu mencerdaskan anak-anak desa yang kesulitan akses pendidikan secara memadai. Arifuddin menilai apa yang dilakukan Yusran telah membantu mendorong pemberantasan buta aksara terutama di kalangan anak-anak usia sekolah.

Guru MI DDI Biru yang juga pengurus karangtaruna SIALITUTUI DESA Batetangnga ini juga aktif membina prestasi olahraga bagi anak-anak desanya. Selain mengajar secara mobile dari gunung ke gunung tempat siswa dan anak-anak desa terpencil, Yusran juga rutin memberi pembinaan berbagai cabang olaharaga setiap sore terutamna permainan bola dsan volly pada anak-anak pemula.

Berkat kegigihannya membina olahraga, anak binaan Yusran telah sukses menjuarai sejumlah cabang olahraga terutama Bola dan Volly yang menjadi olahraga kegemarannya. Tak heran jika anak didiknya telah meraih sejumlah piala pengharagaan cabang olahraga tingkat desa, kabupaten bahkan propinsi.

Arifuddin mengaku kagum atas pegabdian tulus Yusran tanpa pamri untuk memajukan pendidikan dan olahraga bagi anak-anak desa terpencil yang tinggal di pegunungan. Arifuddin menilai Yusran patut mendapat apresiasi positif dari semua pihak.

Tak hanya berjuang mencerdaskan anak-anak desa. Yusran juga kerap menjadi motivator bagi anak-anak desa yang putus sekolah. Tak sedikit anak-anak frustasi karena putus sekolah di desa Batetanga berhasil diyakinkan dan dikembalikan ke sekolah tempatnya mengajar.

Yusran rajin bersilaturrahmi ke orang tua siswa mereka di beberapa kawasan gunung di desa Batetangga.  Mereka tinggal terpencar di beberapa titik di kawasan pegunungan Batetangga. Dengan metode pendekatan kekeluargaan dan diskusi terbuka dengan warga dan siswa Ysuran dengan mudah mengkomunikasikan fikiran-fikirannya kepada warga desa. Tak heran jika Yusran berhasil mengajak banyak anak-anak desa yang sebelumnya putus sekolah kini bisa kembali ke sekolah.

Menururut Yusran tantangan anak-anak desa terpencil untuk mendapatkan pendidikan yang layak memang bukan perkara mudah. Akses jalan dan kondisi medan yang tidak mendukung kerap membuat siswa dan orang tua mereka frustasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Namun berkat dorongan motovasi dan semangat belajar yang kuat untuk mengejar ketertinggalan mereka banyak anak-anak desa kini makin bersemangat ke sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar