Prihatin dan cemas akan masa depan pendidikan
anak-anak desa terpencil di wilayah pegunungan yang kesulitan mengakses sarana
pendidikan sekolah telah mendorong Yusran, pemuda desa Batetangnga kecamatan Binunag Polewali Mandar sulawesi
barat untuk mengabdikan diri secara suka rela mengajar anak-anak desa terpencil
dari gunung ke gunung.
Menururut Yusran tantangan anak-anak desa
terpencil untuk mendapatkan pendidikan yang layak memang bukan perkara mudah. Akses
jalan dan kondisi medan yang tidak mendukung kerap membuat siswa dan orang tua
mereka frustasi untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Namun berkat dorongan
motovasi dan semangat belajar yang kuat untuk mengejar ketertinggalan mereka
banyak anak-anak desa kini makin bersemangat ke sekolah
Guru honorer
yang mengabdikan diri di sekolah Madrazah Ibtidaiyah Darul Dakwah Wal Irsyad
(MI DDI) desa Batetangnga, kecamatan Binunag Polewali Mandar sejak 2007 lalu
ini rela berjalan kaki dari gunung ke gunung melintasi sungai dan hutan
belantara demi memberi les privat bagi siswa mereka yang kebetulan tidak datang
ke sekolah karena hambatan alam seperti hujan atau longsor hingga siswa mereka
tak berani datang ke sekolah.
Maklum, medan
yang terjal, berbukit dan licin dari rumah ke sekolah membuat tak semua siswa
di desa ini berani datang ke sekolah saat musim hujan, terutama mereka yang
tinggal berkilo-kilometer dari sekolah mereka.
Agar pendidikan
mobile ini berjalan efektif, siswa satu dusun dikumpulkan di salah satu rumah
penduduk yang mudah dijangkau anak-anak dusun. Di tempat itulah Yusran
mengajarkan mata pelajaran apa saja yang kebetulan tak sempat diikuti siswanya
karena tak pergi ke sekolah berhari-hari bahkan minggu, terutama jika cuaca
buruk tak mendukung aktifitas anak-anak terpencil berangkat ke sekolah.
Semua ini
dilakukan Yusran tanpa imbalan sepersen pun dari siswa maupun orang tua mereka.
Berbekal selembar papan tulis dan kapur tulis yang setia menemaninya. Yusran
tak mengenal lelah menebar Ilmu dan pengetahuan bagi siswa mereka terutama yang
tinggal di dusun atau pegunungan terpencil yang kesulitan mengakses sarana
pendidikan secara memadai.
Saat cuaca baik
aktifitas mobile Yusran memang relatif berkurang. Pasalnya siswa mereka yang
tinggal terpencil relatif rajin datang ke sekolah. Namun saat musim hujan dan siswanya jarang
datang ke sekolah karena faktor cuaca buruk seperti kondisi jalan yang tidak
mendukung, hujan atau arus sungai meluap
Yusran kembali harus memorsir waktu dan tenaga untuk menyambangi siswa-siswa
mereka di dusun-dusun terpencil tempat
mereka tinggal. Yusran tak ingin para siswa mereka ketinggalan mata pelajaran.
Seperti
biasnaya anak-anak dusun terpencil di desa ini harus berangkat ke sekolah pagi
hari menggunkan obor minyak tanah ke sekoah agar bisa sampai sebelum jam
pelajaran dimulai. Agar para siswa ini berani melintasi gunung terjal, sungai
dna hutan belantara di subuh hari, mereka terpaksa saling tunggu dengan teman
satu dusun lainnya.
Perjuangan
Yusran untuk mencerdaskan anak-anak dusun terpencil disambut antusias para
siswa dan warga.
Masdar, siswa
kelas V sekolah MI DDI Biru yang kerap diberi les privat mislanya mengaku kagum
dengan sosok Yusran. Di saat para siswa
ketinggalan pelajaran karena tak pergi sekolah dengan beragam faktor hambatan
seperti hujan atau longsor dan sungai meluap, Yusran menjadi dewa penolong bagi
mereka. Meski sempat alpa ke sekolah para siswa senang dan tetap percaya diri karena
tak ketinggalan mata pelajaran. Tak heran jika sosok Yusran sangat familar bagi
aanak-anak dusun terpencil ini di desanya.
Arifuddin,
Tokoh masyarakat Desa Batetangnga, Polewali Mandar mengaku bangga dengan sosok pemuda seperti Yusran yang mengabdi tanpa
lelah dan tanpa pamri untuk membantu mencerdaskan anak-anak desa yang kesulitan
akses pendidikan secara memadai. Arifuddin menilai apa yang dilakukan Yusran
telah membantu mendorong pemberantasan buta aksara terutama di kalangan
anak-anak usia sekolah.
Guru MI DDI
Biru yang juga pengurus karangtaruna SIALITUTUI DESA Batetangnga ini juga aktif
membina prestasi olahraga bagi anak-anak desanya. Selain mengajar secara mobile
dari gunung ke gunung tempat siswa dan anak-anak desa terpencil, Yusran juga
rutin memberi pembinaan berbagai cabang olaharaga setiap sore terutamna permainan
bola dsan volly pada anak-anak pemula.
Berkat
kegigihannya membina olahraga, anak binaan Yusran telah sukses menjuarai
sejumlah cabang olahraga terutama Bola dan Volly yang menjadi olahraga
kegemarannya. Tak heran jika anak didiknya telah meraih sejumlah piala
pengharagaan cabang olahraga tingkat desa, kabupaten bahkan propinsi.
Arifuddin
mengaku kagum atas pegabdian tulus Yusran tanpa pamri untuk memajukan
pendidikan dan olahraga bagi anak-anak desa terpencil yang tinggal di
pegunungan. Arifuddin menilai Yusran patut mendapat apresiasi positif dari
semua pihak.
Tak hanya
berjuang mencerdaskan anak-anak desa. Yusran juga kerap menjadi motivator bagi
anak-anak desa yang putus sekolah. Tak sedikit anak-anak frustasi karena putus
sekolah di desa Batetanga berhasil diyakinkan dan dikembalikan ke sekolah
tempatnya mengajar.
Yusran rajin
bersilaturrahmi ke orang tua siswa mereka di beberapa kawasan gunung di desa Batetangga. Mereka tinggal terpencar di beberapa titik di
kawasan pegunungan Batetangga. Dengan metode pendekatan kekeluargaan dan
diskusi terbuka dengan warga dan siswa Ysuran dengan mudah mengkomunikasikan
fikiran-fikirannya kepada warga desa. Tak heran jika Yusran berhasil mengajak
banyak anak-anak desa yang sebelumnya putus sekolah kini bisa kembali ke
sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar