Razia Elpiji Gerah menerima berbagai
laporan soal kelangkaan elpiji subsidi 3 kilogram, sejak tiga pekan terakhir,
tim gabungan dari Pemda Polewali mandar, Sulawesi barat, hari ini menggelar
sidak ke sejumlah pengecer elpiji di Polewali. Hasilnya, petugas tak hanya
memastikan kelangkaan elpiji namun harganya pun sudah melambung hingga Rp 25
ribu atau naik 60 persen lebih dari harga toleransi eceraan Rp 15.000
pertabung. Petugas mencurigai kelangkaan dan mahalnya harga elpiji di pasaran
di Polewali dan Sulawesi barat akibat ulah dan kerja sama agen dan pangkalan
yang berspekulasi hingga membebani masyarakat.
Sejumlah toko dan kios
penjual elpiji di bilangan pasar sentral Pekkbata Polewali mandar yang dirazia
petugas hari ini tampak kosong. Kalau pun ada pengecer yang menjual elpiji jumlahnya
bisa dihitung jari, itu pun harganya mahal.
Elpiji subsidi yang
seharusnys hanya dibeli warga seharga Rp 15 ribu pertabung isi 3 kilogram kini
harus dibeli dengan harga Rp 25 ribu atau naik sekitar 60 persen lebih dari
harga normal. Para pengecer yang disidak beralasan menjual elpiji hingga di
atas batas normal karena mengikuti harga pasar. Para pengecer mengaku membeli
di pengecer lain dengan harga Rp 23 ribu dan menjualnya seharga rp 25 ribu.
Para pedagang yang diminta petugas tidak menjual elpiji
yang melanggar ketentuan harga HET, malah balik menantang petugas. Para
pedgaang justru meminta petugas mendisiplinkan agen dan pangkalan yang
berspekulasi hingga elpiji langka dan mahal. Para pedagang beralasan tak
mungkin menjual dengan harga mahal kalau harga elpiji di pasaran murah. “Ini
kan elpiji kita beli dengan harga diatas normal makanya kita jual mahal juga, Abang,
pengecer elpiji di pasar Pekkabata.
Hal senada juga diakui
Rahmia, ia kini menjual elpiji seharga Rp 23 ribu karena Rahma membeli seharga
Rp 21 ribu di pengecer. “Tidak mungkin kita jual dibawah harga beli,”ujar
Rahmkia beralasan saat diinterogasi petugas alasan menjualtabung diatas HET.
Para pedagang malah
minta petugas tidak banyak berteori dan menggelar razia basa-basi, sebab hal
tersebut dinilai tak banyak membawa perbaikan. Yang harus dilakukan petugas
adalah mendisiplinkan agen dan pangkalan yang mengeruk untung di tengah
kesulitan warga mendapatkan elpiji subsisidi.
Kepala bidang sumberdaya
alam pemda Polewali mandar, Nasir Adam senada dengan para pedgang. Menurut Nasir
ada kecurigaan para agen dan pangkalan berspekulasi mempermainkan distribusi
elpiji hingga harganya mahal. “Dari keterangan sejumlah pedganag kita
mencurigai adannya persekongkolan agen dan pangkalan hingga elpiji langka dan
harganya mahal”ujar Nasir Adam, kabid SDAemda Polman.
Sayangnya, Meski ulah
pangkalan dan agen sudah lama dikeluhkan konsumen, hingga kini tak ada tindakan
tegas petugas selain hanya gertak sambal belaka. Praktek mapia yang merugikan
masyarakat kecil, sebetulanya sudah berlangsung lama sebelum konversi minyak
tanah ke gas. Minyak tanah sulit di dapat karena ulah agen dan pangkalan yang
bekerja sama menzalimi pelanggannya.
Meski praktek merugikan
sudah kasat mata, namun Nasir Adam baru berjanji akan mencabut izin bagi
pangkalan dan agen nakal. Ancaman serupa sebetulanya sudah ratusan kali keluar
dari mulut pejabat, namun hjngga kini tak satupun agen atau pangkalan yang
dikenai sanksi apalagi dicabut izinnya, karena kedapatan melanggar ketentuan.
Razia ini dinilai sjumlah pedagang sebagai
langka basa basi. Alasannya hanya pengecer yang juga sebetulnya juga korban
permainan yang dirazia, sementara puluhan agen dan pangkalan yang dicurigai
berspekulais mengeruk untung secara tidak halal, luput dari petugas. Razia ini
pun dinilai sejumlah pengecer hanya basa basi belaka. Sjumlah pengecer dirazia
itu pun lokasinya hanya di satu titik kecil sehingga dinilai tidak akan membawa
dampak perubahan di lapangan. Agen, pangkalan dan pengecer yang ditunjuk
mendongkrak harga di atas normal luput dari razia petugas. (Posted by : Edy Junaedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar