Proses belajar mengajar di pinrang sulawesi selatan tak berjalan maksimal. Tiga sekolah SD dan SMP di kecamatan lembang pinrang misalnya hanya diajar 5 orang guru, pada hal jumlah guru di tiga sekoah ini tercatat ada 30 orang guru. Tak hanya guru yang malas datang ke sekolah hingga berbulan-bulan melalaikan tugas, kepala sekolah yang menjadi panutan guru tak satu pun berada di sekolah. Para orang tua siswa sebetulnya sudah lama memprotes kondisi sekolah anak mereka yang jauh di bawah standar, namun tak membuat perilaku para guru berubah.
Sebanyak enam kelas siswa di SD negeri 200 padang, desa letta kabupaten
pinrang sulawesi setalan ini mislanya hanya belajar seadanya. Meski jumlah guru
termasuk kepala sekolah di SD 200 padang
ini terdapat 8 guru, namun guru yang muncul di sekolah setiap hari bisa
dihitung jari.
Kompas.com yang menyambangi SD 200 padang
Jumat dan sabtu lalu ini misalnya hanya menemukan dua guru yang tengah
mengajar di sekolah. Sementara kepala sekolah dan enam guru lainnya tak jelas
entah kemana.
Sebelumnya di SD 273 kulinjang desa karingo pinrang juga ditemukan kondisi
serupa. Dari 10 guru dan kepala sekolah yang terdaftar di sekolah ini, hanya
satu guru ditemukan mengajar siswa untuk enam kelas yang berbeda.
Kondisi yang memperihatinkan juga terjadi di SMP Belulang, kecamatan
lembang, sekitar lima kilometer dari SD 200 padang. Dari 10 nama yang terdaftar
sebagai guru di sekolah ini termasuk kepala sekolah, namun hanya dua guru honorer yang datang mengajar.
Selebihnya guru dan kepala sekolah juga mangkir dari tugansya. Tak jelas kemana
para guru dan kepala sekolah meninggalkan tugas dan kewajibannya utamanya
sebagai guru hingga berbulan-bulan.
Kompas.com yang menyambangi sekolah ini harus menunggu sejak pagi hingga
menjelang pukul 10.00 wita, sebelum dua guru honorer muncul di pintu gerbang
sekolah. Para siswa dan dua guru yang hadir di sekolah ini mengaku tak tahu
kemana para guru dan kepala sekolah mereka mangkir dari tugansya.
Kondisi belajar siswa yang memperihatinkan seperti ini sebetulnya sudah
berlangsung berbulan-bulan tanpa pengawasan yang memadai. Meski warga dan para
orang tua memprotes kondisi pendidikan di sekolah anaknya/ namun tak membuat
kinerja guru di sekolah ini menjadi lebih baik.
Padahal para guru dan kepala sekolah ini telah mendapat berbagai fasilitas
gaji, dana sertifikasi, tunjangan terpencil, tunjangan fungsional, serta
bantuan dana gratis dari pemerintah propinsi hingga bernilai belasan juta
rupiah perbulan. Mamun kinerja para guru dan kepala sekolah di wilayan ini
mengecewakan banyak pihak.
Sultan dan herul, dua siswa di SD 200 padang ini mengaku hadir di sekolah
sejak pukul 7.00 wita, namun hingga menjelang pukul 10.00 wita baik Sultan
maupun Herul belum mendapat giliran diajar dua guru yang datang ke sekolah hari
ini. Sultan dan herul tak tahu kemana guru dan kepala sekolah mereka mangkir
hingga beminggu-minggu hingga bulanan.
Agar tak berkeliaran sepanjang jam pelajaran di luar sekolah, para siswa
ini tak diperkennakan meninggalkan ruangan meski tak ada guru yang mengajar di
kelas mereka.
Karena yang datang hanya dua guru, para siswa dari kelas III, IV dan V ini
kerap dikelompokkan dalam satu ruangan sesuai tingkatan kelas mereka. Sang guru
pun terpaksa memberi mata pelajaran sekedarnya saja. Sebelum berpindah ke kelas
lain di sampingnya.
Gonta ganti perbaikan kurikulum tak membawa perbaikan yang signifikan bagi
para siswa yang memang hanya belajar seadanya dan jauh dari standar kurikulum
nasional.
Muhammad Idrus, satu dari dua guru yang hadir mengajar di SD 200 padang ini
mengaku harus mengjar berpindah-pindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Agar
siswanya tak berkeliaran di kelas lain idrus kerap mengumpulkan siswanya dari
beragam kelas dalam satu ruangan. Mereka diberi pelajaran secara bergantian.
“Tidak usah saya komentar panjang, kan bapak lihat sendiri kondisinya. Soal
kemana guru-guru dan kepala sekolah tidak masuk sekolah saya kurang tahu
persis,”ujar Muhammad Idrus, guru SD 200 Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar