Minggu, 05 Februari 2012

Montir Buntung Mengais Untung



Montir Buntung Keterbatasan pisik tak membuat seorang bapak di Mamuju, Sulawesi barat  menggantungkan diri dan keluarga mereka pada orang lain. Meski salah satu kakinya buntung akibat sebuah kecelakaan hingga harus dianputasi, semangat atau etos kerja sang bapak tak pernah kendor demi menafkahi keluarga dan lima anaknya. Sebuah bengkel yang didirikan dengan modal Rp 50 ribu sejak 31 tahun silam kini menjadi tumpuan harapan untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Dengan kerja keras dan penghasilan bengkel yang tidak seberapa ia mampu menyekolahkan lima orang anaknya.
Berkat keahliannya mengutak atik berbagai jenis motor yang dipelajarinya secara otodidak, sejak masih duduk di bangku SMA, Syamsul Bahri, warga kelurahan Binanga, kecamatan Mamuju, kabupaten Mamuju ini selalu dikenang para pelanggan setianya.

Tak kalah semua bengkel lain menyerah karena tak mampu memperbaiki kerusakan motor  pelanggannya, Syamsul bahri selalu tampil menjadi penolong. Tak heran jika bengkel milik Syamsul yang akrab dipanggilan dengan Pace ini tak pernah kehilangan pelanggan di tengah menjamurnya usaha jasa serupa.

Bengkel yang didirikan 31 tahun lalu dengan modal pinjaman Rp 50 ribu, hingga kini tetap tumbuh dan bertahan. Semangat pantang menyerah pada nasib dibawa keterbatasan pisiknya, telah terpatri di dada pace sejak kecil. Meski harus menggunkan bantuan tongkat karena salah satu kakinya buntung tidak menghalangi produktifitasnya.

Dengan ketrampilan dan kerja keras nya mengutak atik beragam mesin motor dalam kondisi pisik yang terbatas itulah, Syamsul bisa menghidupi istri dan lima orang anaknya. Syamsul bahkan bisa menyekolahkan lima anaknya dari hasil kerigatnya sebagai montir.

Meski bengkel miliknya jauh dari perlatan moderen seperti layaknya bengkel-bengkel besar lainnya, Pace tak pernah mengeluh apalagi berkecil hati. Pace percaya ketrampilannya mengutak atik mesin yang tidak dimiliki orang lain, usaha bengkelnya tak akan pernah kehilangan pelanggan setianya.

Di kalangan warga dan para tetangagnya Syamsul Bahri dikenal sebagai sosok  bapak yang sederhana, toleran dan memiliki rasa perikemanusiaan yang tinggi terhadap para tetangga dan kenalannya. Tak heran jika tetangga Pace menjuluki sebagai sosok bapak yang luar biasa dan mandiri.

Salah seorang tetangga terdekat Syamsul bahri menilai Pace sebagai sosok bapak yang luar biasa. Dibalik keterbatasan pisiknya ia bisa menunjukkan produktifitasnya dan tanggungjawabnya sebagai seorang bapak bagi lima anaknya. “Dia sosokbapak yang luar biasa. Dibalik keterbatasan pisiknya ia mampu menghidupi istri dan anak-anaknya. Orangnya sederhana dan snagat toleran,”ujar Dewi tetangga Pace

Meski pace hanya bisa menikmati pendidikan hinga tingkat SMA, Pace tak ingin anak-anaknya putus sekolah. Pace berharap kelima anaknya bisa tetap bersekolah hiingga sarjana kelak.

Pengalaman Pace mengutak atik mesin bukan didapat dari sekolah atau lembaga kursus formal. Ketertarikan mengutak atik mesin diawali dari hanya mengamati pekerja bengkel membongkar pasang mesin motor tak jauh dari rumahnya. Pengalaman dari sanalah pace bisa mengembangkan ilmu pengetahuan mengutak atik segala mesin motor lainnya secara otodidak. Tak heran jika pace dijuluki nenek mesin oleh para pelanggannya. Maklum setiap pelanggan yang mengadukan kerusakan motornya tak pernah pulang dengan kecewa setelah ditangani pace.

Meski terbatas modal untuk mengembangkan usaha bengkelanya, Pace tak pernah mengeluh. Pace sendiri hinga kini tak pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah atau lembaga lain untuk memoles usahanya agar bisa tumbuh dan berkembang lebih besar. “Meski bengkelnya kecil seperti ini tapi saya tak pernah sepih pelanggan. Service Pelayanan yang memuaskan mereka mungkina mmebuat mereka betah datang berkali-kali,”ujar Pace

Sosok pace yang sederhana dan tak pernah mengeluh dengan keterbatasan kondisi hidupnya, rasanya pantas menjadi teladan di tengah pola hiduppejabat yang tidak waras. Menuntut fasiliatas serba mewah meski menggunakan cara yang tdak terpuji. (Posted by : Edy Junaedi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar