Sabtu, 08 Februari 2014

Guru dan Kepsek Sibuk Beraktifitas di Luar Sekolah, Pelajaran Siswa di Pinrang Terbengkalai


Lantaran sibuk beraktifitas di luar sekolah hingga berbulan-bulan tanpa pengawasan yang ketat, guru-guru dan kepala sekolah di pinrang sulawesi selatan, terutama di daerah terpencil dengan enteng melalaikan tugas pokok dan tanggungjawab mereka sebagai guru. Akibatnya  mata pelajaran siswa di sekolah terbengkalai. Para orang tua siswa sebetulnya sudah lama memprotes kondisi sekolah anak mereka yang jauh di bawah standar, namun tak membuat perilaku para guru berubah.

Sebanyak enam kelas siswa di SD 200 Padang, desa Letta kabupaten Pinrang sulawesi setalan ini mislanya hanya belajar seadanya. Meski jumlah guru termasuk kepala sekolah  di SD 200 Padang ini terdapat 8 guru, namun guru yang muncul di sekolah setiap hari bisa dihitung jari.

Kompas.com yang menyambangi SD 200 Padang ini misalnya hanya menemukan dua guru yang tengah mengajar di sekolah. Sementara kepala sekolah dan enam guru lainnya tak jelas entah kemana.

Kondisi belajar siswa yang memperihatinkan seperti ini sebetulnya sudah berlangsung berbulan-bulan tanpa pengawasan yang memadai. Meski warga dan para orang tua memprotes kondisi pendidikan di sekolah anaknya/ namun tak membuat kinerja guru di sekolah ini menjadi lebih baik.

Padahal para guru dan kepala sekolah ini telah mendapat berbagai fasilitas gaji, dana sertifikasi, tunjangan terpencil, tunjangan fungsional, serta bantuan dana gratis dari pemerintah propinsi hingga bernilai belasan juta rupiah perbulan. Namun kinerja para guru dan kepala sekolah di wilayan ini mengecewakan banyak pihak.

Sultan dan herul, dua siswa di SD 200 Padang ini mengaku hadir di sekolah sejak pukul 7.00 wita, namun hingga menjelang pukul 10.00 wita baik sultan maupun herul belum mendapat giliran diajar dua guru yang datang ke sekolah hari ini. Sultan dan herul tak tahu kemana guru dan kepala sekolah mereka mangkir hingga beminggu-minggu hingga bulanan.

:”Gurunya tidak datang, guru meminta kami tetap duduk di kelas,”ujar Sultan, siswa SD 200 Padang yang hadir di sekolah sejak pukul 7.00 wita namun hingga menjelnag pukul 10.00 wita wali kelasnya belum juga muncul di sekolah.

Belajar dalam kondisi apa adanya dan jauh dibawah satndar seperti ini diakui para siswa sudah lama berlangsung. “Sudah lama, biasnaya guru datang hanya satu atau dua orang. Saya tidak tahu guru yang lain kemana,”ujar Herul, siswa lainnya.

Agar tak berkeliaran sepanjang jam pelajaran di luar sekolah, para siswa ini tak diperkennakan meninggalkan ruangan meski tak ada guru yang mengajar di kelas mereka.

Karena yang datang hanya dua guru, para siswa dari kelas III, IV dan V ini kerap dikelompokkan dalam satu ruangan sesuai tingkatan kelas mereka. Sang guru pun terpaksa memberi mata pelajaran sekedarnya saja. Sebelum berpindah ke kelas lain di sampingnya..

Gonta ganti perbaikan kurikulum tak membawa perbaikan yang signifikan bagi para siswa yang memang hanya belajar seadanya, dan jauh dari standar kurikulum nasional.

Muhammad idrus, satu dari dua guru yang hadir mengajar di SD 200 Padang ini mengaku harus mengjar berpindah-pindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Agar siswanya tak berkeliaran di kelas lain idrus kerap mengumpulkan siswanya dari beragam kelas dalam satu ruangan. Mereka diberi pelajaran secara bergantian.

Idrus tak membantah jika sekolahnya sudah lama berjalan dalam kondisi memperihatinkan seperti ini. Setiap hari para siswa dari enam kelas hanya dihadapi satu atau dua guru yang datang.

“Tidak usah saya komentar panjang, kan bapak lihat sendiri kondisinya. Soal kemana guru-guru dan kepala sekolah tidak masuk sekolah saya kurang tahu persis,”ujar Muhammad Idrus, guru SD 200 Padang

Kondisi yang sama memperihatinkan juga terjadi di smp belulang, sekitar lima kilometer dari SD 200 Padang. Dari 10 nama yang terdaftar sebagai guru di sekolah ini termasuk kepala sekolah, namun  hanya dua guru honorer yang datang mengajar. Selebihnya guru dan kepala sekolah juga mangkir dari tugansya. Tak jelas kemana para guru dan kepala sekolah meninggalkan tugas dan kewajibannya utamanya sebagai guru hingga berbulan-bulan.

Kompas.com yang menyambangi sekolah ini harus menunggu sejak pagi hingga menjelang pukul 10.00 wita, sebelum dua guru honorer muncul di pintu gerbang sekolah. Para siswa dan dua guru yang hadir di sekolah ini mengaku tak tahu kemana para guru dan kepala sekolah mereka mangkir dari tugansya.

Meski dinas pendidikan menyedikan sarana perumahan bagi guru di sekolah ini, namun bangunan bernilai hinga puluhan juta rupiah ini hanya dibiarkan kosong melompong tanpa penghuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar