Meski mendapat tunjangan dana sertifikasi, fasilitas gaji
bulanan, tunjangan terpencil dan
sejumlah tunjangan lainnya hingga nilainya pantastis belasan juta rupiah
perbulan/ ternayata tak membuat kinerja para guru dan kepala sekolah di pinrang
sulawesi selatan menjadi lebih baik. Sejumlah sekolah SD dan SMP terutama
sekolah terpencil di daerah ini siswanya terpaksa belajar dibawah standar
kurikulum nasional. Anehnya para guru dan kepala sekolah mereka bebas mangkir
hingga berbulan-bulan dari sekolah tanpa rasa malu mneiggalkan tugas dan
kewajiban mereka.
Laporan administrasi sekolah ke dinas pendidikan
setiap bulannya tentu saja tak ada masaalah. Sebab data kehadiran guru dan
kepala sekolah bisa dimanipulasi dan tidak sesuai faktanya di lapangan. Toh tak
ada pengawas yang datang membongkar administrasi sekola mereka.
SD 273 Kulinjang, desa Kariango,
kecamatan Lembang, kabupaten Pinrang sulawesi selatan ini misalnya hanya diajar
oleh seorang guru. Meski guru di sekolah ini tercatat 10 orang termasuk kepala
sekolahnya, namun hanya daftar nama yang ditulis indah di ruang kantor sekolah.
Warga dan orang tua siswa sebetulnya
sudah lama mengeluhkan kondisi dan kualitas pelayanan pendidikan yang jauh
dibawah standar bagi anak-anak mereka/ namun tak ada yang berani memprotes
langsung ke sekolah. Orang tua siswa beralasannya tak ingin anaknya jadi tumbal para guru yang
berusaha menekan perlawanan warga yang melakukan aksi protes.
Saat kami mengunjungi sejumlah sekolah terpencil di desa ini termasuk SD
273 kulinjang, kami hanya menemukan seorang guru menjalankan tugas di sekolah
ini. Pada hal daftar nama guru seperti yang tertera di papan administrasi
sekolah/ jumlahnya mencapai 10 orang guru termasuk kepala sekolah.
Di sekolah lainnya di kecamatan lembang kondisinya serupa, paling banter
hanya diajar satu atau dua guru setiap hari. Pada hal setiap sekolah di wilayah
ini terdafat sederet nama guru namun jarang muncul di sekolah.
Pada hal pemberian beragam tunjangan yang diharapkan bisa meningkatkan
kinerja guru dan kepala sekolah seperti tunjangan terpencil dan dana
sertifikasi, gaji bulanan dna tunjangan lainnya hingga mencapai belasan juta
rupiah perbulan, ternyata tak membuat kinerja guru meningkat.
Para siswa yang tidak belajar dan berkeliaran di luar ruangan saat jam
pelajaran mengaku tak tahu menahu kemana guru dan kepala sekolah mereka
mangkir. Para siswa hanya tahu setiap hari mereka berjuang melintasi gunung
terjal dan hutan belantara berkilo-kilometer dari rumah ke sekolah mereka/
namun mereka jarang belajar saat tiba di sekolah.
Desi, siswa kelas IV SD 273 kulinjang ini mislanya mengaku hanya diajar
satu guru untuk enam kelas. Desi memang tahu jumlah guru di sekolah lumayan
banyak, namun desi tak tahu kemana guru dan kepala sekolah mereka hingga tak
menjalankan tugas utamanya.
“Siswa belajar bergantian karena hanya satu guru yang datang. Saya tidak
tahu kemana guru dna kepala sekolah,”ujar Desi, siswa kelas iv sd Kulinjang
dengan bahasa yang polos ala anak desa.
Lain lagi dengan Fitri dan Rina. Dua siswa kelas tiga ini mengaku sudah
lama kondisi sekolahnya seperti ini. Meski tercatat ada 10 guru di sekolah,
namun yang kerap datang ke sekolah hanya satu atau dua guru setiap hari. Para
siswa pun terpaksa belajar bergiliran karena guru yang datang jauh tidak
sebanding dengan jumlah siswa dan kelas yang ada.
Para siswa yang datang jauh-jauh dari desanya ke sekolah kerap hanya
dimasukkan ke dalam ruangan kelas dan diminta tidak berkeliaran saat jam
pelajar, sambil diberi tugas membaca atau tugas apa saja yang penting siswa
tidak keluar ruangan. Sementaar gurunya sedang berada di kelas lain untuk
memberi tugas serupa kepada siswa mereka.
Sejumlah siswa di sekolah ini mengaku kerap hanya datang ke sekolah
main-main sebelum akhirnya kembali pulang ke rumah karena tak belajar.
Sumiati, guru SD 273 kulinjang mengaku tidak tahu menahu kemana guru
lainnya pergi dna tidak menjalankan tugas. Sumiati bahkan tampak ingin berusah
emlindungi guru dan kepala sekolahnya. Meski warga sudha lama mengeluhkan
kinerja guru yang malas sumaiti malah emnayatakamn sekolahnhya termasuk displin
dna para guru rajin ke sekolah, hanya saja hari ini katanya kebetulan kepala
sekolah dan guru lainnya tak datang.
“Saya tidak tahu kemana mereka. Hari ini memang hanya saya yang datang
mengajar. Tapi baru kali ini tidak ada guru. Sebelum sebelumnya guru dna kepala
sekolah tetap rajin datang ke sekolah,”ujar Sumiati, guru SD 273 Kulinjang Ttampak
berusaha membela nama baik sekolah dna kepala sekolahnya.
Bisa dibayangkan bagiaman standar kurikulum belajar yang memadai jika enam
kelas hanya diajar oleh seorang guru pada waktu dan mata pelajaran yang berbeda.
Para siswa pun terpaksa diberi pelajaran oleh guru sekenanya saja hingga mereka
pulang ke rumah masing-masing.
Minimnya pengawasan dinas pendidiikan terhadap sekolah-sekolah, terutama
sekolah terpencil yang mendapatkan beragam tunjangan dan fasilitas membuat para
guru dan kepala sekolah kerap mangkir hingga berbulan-bulan meninggalkan tugas
dan tanggungjawabnya sebagai guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar