Rabu, 05 Februari 2014

Guru dan Kepsek Mangkir Berbulan-Bulan, Siswa di Pinrang Belajar Seadanya

Meski mendapat tunjangan dana sertifikasi, fasilitas gaji bulanan,  tunjangan terpencil dan sejumlah tunjangan lainnya hingga nilainya pantastis belasan juta rupiah perbulan/ ternayata tak membuat kinerja para guru dan kepala sekolah di pinrang sulawesi selatan menjadi lebih baik. Sejumlah sekolah SD dan SMP terutama sekolah terpencil di daerah ini siswanya terpaksa belajar dibawah standar kurikulum nasional. Anehnya para guru dan kepala sekolah mereka bebas mangkir hingga berbulan-bulan dari sekolah tanpa rasa malu mneiggalkan tugas dan kewajiban mereka.
 
 
SD  273 Kulinjang, desa Kariango, kecamatan Lembang, kabupaten Pinrang sulawesi selatan ini misalnya hanya diajar oleh seorang guru. Meski guru di sekolah ini tercatat 10 orang termasuk kepala sekolahnya, namun hanya daftar nama yang ditulis indah di ruang kantor sekolah.

Warga dan  orang tua siswa sebetulnya sudah lama mengeluhkan kondisi dan kualitas pelayanan pendidikan yang jauh dibawah standar bagi anak-anak mereka/ namun tak ada yang berani memprotes langsung ke sekolah. Orang tua siswa beralasannya  tak ingin anaknya jadi tumbal para guru yang berusaha menekan perlawanan warga yang melakukan aksi protes.

Saat kami mengunjungi sejumlah sekolah terpencil di desa ini termasuk SD 273 kulinjang, kami hanya menemukan seorang guru menjalankan tugas di sekolah ini. Pada hal daftar nama guru seperti yang tertera di papan administrasi sekolah/ jumlahnya mencapai 10 orang guru termasuk kepala sekolah.

Di sekolah lainnya di kecamatan lembang kondisinya serupa, paling banter hanya diajar satu atau dua guru setiap hari. Pada hal setiap sekolah di wilayah ini terdafat sederet nama guru namun jarang muncul di sekolah.

Pada hal pemberian beragam tunjangan yang diharapkan bisa meningkatkan kinerja guru dan kepala sekolah seperti tunjangan terpencil dan dana sertifikasi, gaji bulanan dna tunjangan lainnya hingga mencapai belasan juta rupiah perbulan, ternyata tak membuat kinerja guru meningkat.

Para siswa yang tidak belajar dan berkeliaran di luar ruangan saat jam pelajaran mengaku tak tahu menahu kemana guru dan kepala sekolah mereka mangkir. Para siswa hanya tahu setiap hari mereka berjuang melintasi gunung terjal dan hutan belantara berkilo-kilometer dari rumah ke sekolah mereka/ namun mereka jarang belajar saat tiba di sekolah.

Desi, siswa kelas IV SD 273 kulinjang ini mislanya mengaku hanya diajar satu guru untuk enam kelas. Desi memang tahu jumlah guru di sekolah lumayan banyak, namun desi tak tahu kemana guru dan kepala sekolah mereka hingga tak menjalankan tugas utamanya.

“Siswa belajar bergantian karena hanya satu guru yang datang. Saya tidak tahu kemana guru dna kepala sekolah,”ujar Desi, siswa kelas iv sd Kulinjang dengan bahasa yang polos ala anak desa.

Lain lagi dengan Fitri dan Rina. Dua siswa kelas tiga ini mengaku sudah lama kondisi sekolahnya seperti ini. Meski tercatat ada 10 guru di sekolah, namun yang kerap datang ke sekolah hanya satu atau dua guru setiap hari. Para siswa pun terpaksa belajar bergiliran karena guru yang datang jauh tidak sebanding dengan jumlah siswa dan kelas yang ada.

Para siswa yang datang jauh-jauh dari desanya ke sekolah kerap hanya dimasukkan ke dalam ruangan kelas dan diminta tidak berkeliaran saat jam pelajar, sambil diberi tugas membaca atau tugas apa saja yang penting siswa tidak keluar ruangan. Sementaar gurunya sedang berada di kelas lain untuk memberi tugas serupa kepada siswa mereka.

Sejumlah siswa di sekolah ini mengaku kerap hanya datang ke sekolah main-main sebelum akhirnya kembali pulang ke rumah karena tak belajar.

Sumiati, guru SD 273 kulinjang mengaku tidak tahu menahu kemana guru lainnya pergi dna tidak menjalankan tugas. Sumiati bahkan tampak ingin berusah emlindungi guru dan kepala sekolahnya. Meski warga sudha lama mengeluhkan kinerja guru yang malas sumaiti malah emnayatakamn sekolahnhya termasuk displin dna para guru rajin ke sekolah, hanya saja hari ini katanya kebetulan kepala sekolah dan guru lainnya tak datang.

“Saya tidak tahu kemana mereka. Hari ini memang hanya saya yang datang mengajar. Tapi baru kali ini tidak ada guru. Sebelum sebelumnya guru dna kepala sekolah tetap rajin datang ke sekolah,”ujar Sumiati, guru SD 273 Kulinjang Ttampak berusaha membela nama baik sekolah dna kepala sekolahnya.

Bisa dibayangkan bagiaman standar kurikulum belajar yang memadai jika enam kelas hanya diajar oleh seorang guru pada waktu dan mata pelajaran yang berbeda. Para siswa pun terpaksa diberi pelajaran oleh guru sekenanya saja hingga mereka pulang ke rumah masing-masing.

Minimnya pengawasan dinas pendidiikan terhadap sekolah-sekolah, terutama sekolah terpencil yang mendapatkan beragam tunjangan dan fasilitas membuat para guru dan kepala sekolah kerap mangkir hingga berbulan-bulan meninggalkan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru.

Laporan administrasi sekolah ke dinas pendidikan setiap bulannya tentu saja tak ada masaalah. Sebab data kehadiran guru dan kepala sekolah bisa dimanipulasi dan tidak sesuai faktanya di lapangan. Toh tak ada pengawas yang datang membongkar administrasi sekola mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar