Tinggal di tengah
lingkungan hutan yang tandus dan kritis membuat hidup serba tak nyaman. Suhu
panas terasa menyengat kulit di musim kemarau, sementara banjir dan Longsor
menjadi langganan setiap kali musim hujan tiba. Berangkat dari kegelisahaan
itulah abdullah, seorang petani tamatan sd di polewali mandar sulawesi barat
ini bertekad keras untuk menyelamatkan hutan yang hancur di desaanya akibat
ulah manusia yang serakah.
Tak heran jika upaya abdullah sejak tujuh tahun
terakhir melestarikan lingkungan hutan demi menyelamatkan lingkungannnya telah
mendapat perhatian dari berbagai pihak termasuk pemerinta. Agustus 2013 lalu
abdullah pernah menyabet sebagai tokoh penyelamat lingkungan tingkat nasional
di bogir. Dan akhir tahun 2013 lalu abdullah kembali dianugrahi pengharagaan
oleh pemerintah propinsi dan pemerintah polewali mandar sebagai tokoh
penyelamat lingkungan
2000 pohon sengon yang ditanam abdullah untuk memulai usahanya, tujuh tahun
lalu. Semula dicibir warga. Maklum ketika itu warga rame-rame membabat hutan
untuk menanam coklat dan cengkeh yang dinilai punya nilai ekonomis dan masa
depan. Namun berkat kesabaran dan ketekunannya, Abdulah telah menghijaukan
lebih dari 200 hektar hutan kritis di desanya hingga pahlawan desa ini beberapa
kali dianugrahi penghargaan sebagai tokoh penyelamat lingkungan tingkat
propinsi dan nasional.
Abdullah menceritakan situasi desa papandangan dan sekitarnya tujuh tahun
lalu, kondisinya gersang dan gundul. Hutan hanya ditumbuhi alang-alang dan
rumput. Saat hujan selalu terjadi banjir
dan longsor. Namun sejak lima tahun teraskhir kini desanya tak lagi kebanjiran.
Ribuan pohon yang mampu menyimpan debit air dalam jumlah besar/ menurut abdullah
menjadi salah satu cara menangkal banjir tahunan yang selama ini meresahkan
warga.
Suhu udara panas yang sebelumnya terasa menyengat kulit, kini makin sejuk
dan bersahabat. Yang menarik aneka pohon yang ditanam abdullah untuk
mempercepat pelestarian hutan gundul di wilayahnya seperti pohon durian,
mangga, duku dan buah-buhan lainnya telah membaya keuntungan lain. Selain pohon
kayu bernilai ekonomis beberapa tanamam pohon justru membuahkan hasil berupa
buah seperti durian, duku, rambutan dan mangga.
Kayu-kayu bernilai ekonomis yang ditanam abdullah kini mulai banyak dilirik
para pengusaha kayu dan meubel nasional. Meski ditawar dengan harga pantastis
hingga Rp 400 juta perhektar, namun bapak lima anak ini tidak tergoda untuk
menjualnya. Alasannnya selain pohonnya masih kecil, menjual secara serampangan
kepada para pengusaha justru akan merusak lingkungan/ yang sudah lama
diperjuangkanya.
Abdullah menyatakan dirinya baru tertarik menjual kayu-kayu hasil
tanamannnya itu ke pengusaha jika pohon kayu yang sudah ditanam saat ini sudah
tua dan layak ditebang untuk diganti dengan pohon baru agar tidak merusak
lingkungan.
Putra papandangan yang lahir 31 Desember 1960 ini bersyukur karena kini tak
lagi bekerja sendirian. Warga desa yang semula mencibir upayanya lambat laun
jadi tertarik meniru jejak abdullah. Semula tak simpati dan mencibir langkah
abdullah, kini malah balik belajar dan ikut menanam pohon apa saja di desanya.
“"Saya saja sudah tanam 2.000
pohon sengon, 300 pohon nato, 400 pohon jati putih dan 100 pohon mahoni. Belum
lagi kelompok saya yang juga sudah menamam pohon jumlahnya puluhan ribu,"
beber Abdullah, tokoh penyelamat lingkungan
Meskin abdullah cuma tamat SD, namun pria lima anak ini telah mejelma
menjadi sosok guru lingkungan yang banyak didatangi warga desa sekitarnya hanya
sekedar belajar menanam pohon untuk mengembalikan fungsi hutan yang sehat bagi
lingkungan.
Hanya saja Abdullah mengeluh karena gerakan reboisasi atau gerakan menanam
pohon yang sudah mulai disadari warga desa kini terkendala dengan pengadaan
bibit pohon.
Menurut Abdullah membibitkan pohon selain memerlukan kesabaran dan waktu
yang lama, membuat bibit pohon kayu siap tanam bukanlah perkara muda di tengah
tingginya permintaan warga desa untuk menanam pohon guna membenahi kerusakan
lingkungan di desanya masing-masing. Abdullah berharap upayanya menyelamatkan
lingkungan yang dimulai di desanya bisa mendapat respon positif pemerintah
setempat untuk menyediakan bibit bagi warga.
Berkat jasannya menyelamatkan lingkungan abdullah kini menjelma menjadi
sosok tokoh di deasanya. Nama abdullah bajkan di kenal hingga keluara desa
tetangganya. Tak heran jikanbanyak warga desa teangga yang tertarik dnegna
cerita abdullah sengaja datang belajar
menanam pohon yang mudah dan cepat tanpa harus menguras biaya besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar