Selasa, 21 Januari 2014

Menangkal Banjir Dan Longsor Ala Abdullah

Tinggal di tengah lingkungan hutan yang tandus dan kritis membuat hidup serba tak nyaman. Suhu panas terasa menyengat kulit di musim kemarau, sementara banjir dan Longsor menjadi langganan setiap kali musim hujan tiba. Berangkat dari kegelisahaan itulah abdullah, seorang petani tamatan sd di polewali mandar sulawesi barat ini bertekad keras untuk menyelamatkan hutan yang hancur di desaanya akibat ulah manusia yang serakah.

2000 pohon sengon yang ditanam abdullah untuk memulai usahanya, tujuh tahun lalu. Semula dicibir warga. Maklum ketika itu warga rame-rame membabat hutan untuk menanam coklat dan cengkeh yang dinilai punya nilai ekonomis dan masa depan. Namun berkat kesabaran dan ketekunannya, Abdulah telah menghijaukan lebih dari 200 hektar hutan kritis di desanya hingga pahlawan desa ini beberapa kali dianugrahi penghargaan sebagai tokoh penyelamat lingkungan tingkat propinsi dan nasional.

Abdullah menceritakan situasi desa papandangan dan sekitarnya tujuh tahun lalu, kondisinya gersang dan gundul. Hutan hanya ditumbuhi alang-alang dan rumput. Saat hujan selalu  terjadi banjir dan longsor. Namun sejak lima tahun teraskhir kini desanya tak lagi kebanjiran. Ribuan pohon yang mampu menyimpan debit air dalam jumlah besar/ menurut abdullah menjadi salah satu cara menangkal banjir tahunan yang selama ini meresahkan warga.

Suhu udara panas yang sebelumnya terasa menyengat kulit, kini makin sejuk dan bersahabat. Yang menarik aneka pohon yang ditanam abdullah untuk mempercepat pelestarian hutan gundul di wilayahnya seperti pohon durian, mangga, duku dan buah-buhan lainnya telah membaya keuntungan lain. Selain pohon kayu bernilai ekonomis beberapa tanamam pohon justru membuahkan hasil berupa buah seperti durian, duku, rambutan dan mangga.

Kayu-kayu bernilai ekonomis yang ditanam abdullah kini mulai banyak dilirik para pengusaha kayu dan meubel nasional. Meski ditawar dengan harga pantastis hingga Rp 400 juta perhektar, namun bapak lima anak ini tidak tergoda untuk menjualnya. Alasannnya selain pohonnya masih kecil, menjual secara serampangan kepada para pengusaha justru akan merusak lingkungan/ yang sudah lama diperjuangkanya.

Abdullah menyatakan dirinya baru tertarik menjual kayu-kayu hasil tanamannnya itu ke pengusaha jika pohon kayu yang sudah ditanam saat ini sudah tua dan layak ditebang untuk diganti dengan pohon baru agar tidak merusak lingkungan.

Putra papandangan yang lahir 31 Desember 1960 ini bersyukur karena kini tak lagi bekerja sendirian. Warga desa yang semula mencibir upayanya lambat laun jadi tertarik meniru jejak abdullah. Semula tak simpati dan mencibir langkah abdullah, kini malah balik belajar dan ikut menanam pohon apa saja di desanya.

“"Saya saja sudah tanam 2.000 pohon sengon, 300 pohon nato, 400 pohon jati putih dan 100 pohon mahoni. Belum lagi kelompok saya yang juga sudah menamam pohon jumlahnya puluhan ribu," beber Abdullah, tokoh penyelamat lingkungan

Meskin abdullah cuma tamat SD, namun pria lima anak ini telah mejelma menjadi sosok guru lingkungan yang banyak didatangi warga desa sekitarnya hanya sekedar belajar menanam pohon untuk mengembalikan fungsi hutan yang sehat bagi lingkungan.

Hanya saja Abdullah mengeluh karena gerakan reboisasi atau gerakan menanam pohon yang sudah mulai disadari warga desa kini terkendala dengan pengadaan bibit pohon.

Menurut Abdullah membibitkan pohon selain memerlukan kesabaran dan waktu yang lama, membuat bibit pohon kayu siap tanam bukanlah perkara muda di tengah tingginya permintaan warga desa untuk menanam pohon guna membenahi kerusakan lingkungan di desanya masing-masing. Abdullah berharap upayanya menyelamatkan lingkungan yang dimulai di desanya bisa mendapat respon positif pemerintah setempat untuk menyediakan bibit bagi warga.

Berkat jasannya menyelamatkan lingkungan abdullah kini menjelma menjadi sosok tokoh di deasanya. Nama abdullah bajkan di kenal hingga keluara desa tetangganya. Tak heran jikanbanyak warga desa teangga yang tertarik dnegna cerita abdullah sengaja datang  belajar menanam pohon yang mudah dan cepat tanpa harus menguras biaya besar.

Tak heran jika upaya abdullah sejak tujuh tahun terakhir melestarikan lingkungan hutan demi menyelamatkan lingkungannnya telah mendapat perhatian dari berbagai pihak termasuk pemerinta. Agustus 2013 lalu abdullah pernah menyabet sebagai tokoh penyelamat lingkungan tingkat nasional di bogir. Dan akhir tahun 2013 lalu abdullah kembali dianugrahi pengharagaan oleh pemerintah propinsi dan pemerintah polewali mandar sebagai tokoh penyelamat lingkungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar