Ratusan masyarakat yang tergabung dalam gerakan pemerhati penegakan supremasi
hukum yang menuding kapolres mamuju, AKBP Eko wagiantor melindungi belasan
polisi yang terlibat narkoba menghadiahkan 1000 celana dalam dan bh kepada kapolres
mamuju, AKBP Eko wagianto di kantornya, Selasa (21/01/2014). Warga juga
menuntut kapolri agar segera mencopot kapolres mamuju karena dinilai tidak bisa
bekerja profesional dan lebih melindungi anggotanya yang terlibat narkoba
daripada bertugas memberantas peredaran narkoba yang sudah meresahkan warga
mamuju.
Kecewa dengan langkah penegakan hukum terhadap 60 lebih pelaku narkoba
termasuk belasan polisi yang ditangkap karena diduga terlibat sebagai pemakai
dan pengeder narkoba dalam tiga bulan terakhir di Mamjuju, menggelar aksi unjuk
rasa di depan kapolres mamuju, Selasa (21/01/2014) hari ini.
Berbeda dengan aksi lainnya, ratusan massa dari berbagai elemen masyarakat
termasuk ibu-ibu rumah tangga yang menyatakan prihatin dengan maraknya
peredaran narkoba yang juga pelakunya melibatkan polisi di wilayah mereka
menggelar aksi unjuk rasa dengan cara membawa ribuan celana dalam ke kantor
polres dengan cara dibentangkan menggunakan tali rapiah.
Celana dalam dan BH yang sudah diikat dengan tali rapiah ini selanjutnya
diarak warga dari lapangan mamuju ke kantor polres mamuju sambil menggelar
orasi di sepanjang jalan. Warga mengajak masyarakat agar ikut terlibat
mendorong pemberantasan narkoba yang sudah sangat meresahkan warga mamuju. Sejumlaha
warga dna pengendara yang menyaksikan pagelaran ribuan celana dalam di jalan
raya ini tertawa lucu, menyaksikan cara warga mengekspresikan protes mereka
kepada aparat kepolisian yang dinilai tidak bekerja profesional.
Tiba di halaman mapolres mamuju, warga ini kemudian menggelar orasi sambil
mengibar-ngibarkan ribuan celana dalam dan bh sebagai bentuk protes terhadap
kinerja kapolres mamuju, AKBP Eko wagianto yang baru beberapa bulan bertugas
sebagai kapolres mamuju. Celana dalam dan bh ini dihadiahkan warga sebagai
simbol lemahnya pemberantasan narkoba terutama yang menyentuh aparat sendiri
yang seharusnya menjadi contoh yang ikut mencegah peredaran narkoba bukan
terkesan melindungi anggotanya yang bersalah.
Dalam orasinya masyarakat menuding semangat pemberantasan narkoba yang
dilakukan kapolres kapolres hanyalah
Pemberian ribuan celana dalam dan bh ini sebagai simbol ketidak percayaan
atas kinerja penegak hukum di kepolisian dalam memberantas perdearan narkoba di
wilayah mereka.
Sambil menyerahkan celana dalam ini kepada polisi, massa pengunjuk rasa
juga mendesak kapolri untuk mencopot kapolres mamuju akbp eko wagianto yang
baru beberapa bulan menjabat sebagai kapolres di mamuju mengantikan
pendahulunya.
Warga menyatakan kecewa dnegan kinerja kapolres sebagai penegak hukum yang
dinilai tidak bisa bekerja profesional memberantas peredaran narkoba. Kapores
nilai tegas dalam kasus perkasu, Sementaa kasus yang melibatkan anggotanya tak
mampu ditegakkan. Berabagai alasan yang dikemukakan ka;polres kepada wraga
dinilai hanyalah bahasa pembelaan seorang kapolres dasripada bentuk keseriusan
menagani kasus narkoba di wilayahnya.
Wakapolres mamuju, kompol Andri tentu saja membela atasannya. Menurut Andri
kepolisian telah bertindak profesional mengusut kasus narkoba termasuk yang
melibatkan aknum polisi. Andri malah menuding para pengunjuk rasa tidak
mengerti prosedur dan melakukan aksi dan tuntutan yang dinilai tidak
profesional.
“Tidak benar, aparat kepolsian telah bertindak profesional menyelesaikan
kasus ini, tidak ada diskriminasi,”ujar wakapolres mamuju, kompol Andri
Koordinator lapangan, Ahmadi mengatakan 1.000 lembar pakaian dalam wanita
tersebut merupakan simbol tuntutan agar
kapolri segera mencopot jabatan kapolres mamuju, karena dinilai bertindak tidak
profesional dan tidak konsistem pada penegakan hukum tanbpa pandang bulu sesuai
aturan perundang-undangan. Ssejumlah oknum polisi yang diduga terlibat narkoba tidak
diproses hukum apalagi ditahan.
Menurut ahmadi, tidaka ada negosiasi dalam aksinya. Sebab
tuntutanya jelas yaitu mendesak kapolri
segera mencopot kapolres yang dinilai tidak layak jadi kapolres di wilayah
mereka, karena mengabaikan amanah jabatannya selaku kapolres. (K25-11/Junaedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar