Tak punya ruangan yang
memadai, ratusan siswa madrazah aliah negeri matakali polewali mandar sulawesi
barat terpaksa belajar di emperan dan Musollah. Minimnya mobiler sekolah
seperti meja dan kursi terpaksa siswa memanfaatkan meja lesehan yang biasanya
digunakan belajar baca tulis alquran di mesjid, digunakan siswa belajar sambil
melantai. Meski para guru dan siswa mengeluh tak bisa berkonsentrasi belajar
dengan baik namun hingga kini tak kunjung mendapat tanggapan pemerintah
setempat.
Menuurt haiyyak, pihaknya sudah puluhan kali curthat
ke penerintah setempat untuk menyampaikan kondisi sekolah mereka yang terpaksa
siswanya belajar di emperan dan tempat ibadah karena tak punya ruangan yang
cukup dan saraha mobiler yang memadai. Sayangnya kata haiyyak keluhan siswa dan
gurunya hingga kini tak kunjung digubris pemerintah. Menurut hayyak pihaknya
hanya mendapat janji-jani dan terus diminta bersabara sejak beberpa tahun
terakhir, sementara siswa setiap hari makin banyaknyang mengeluhkan kondisi dna
fasilitas skeolah yang tidak medaia dalam mendukung proses belajar mengajar
yang lebih baik.
Belajar dalam kondisi yang serba miskin fasilitas pendidikan sebagai sarana
penunjung belajar di sekolah taki membuat ratusna siswa mandrazah aliah negeri
(man) matakali polewali mandar kendor apalagi malas datang ke sekolah.
Meski mengeluh tak bisa berkonsentrasi belajar secara penuh lantaran banyak
siswa tak bisa belajar melantai dan lesehan seperti ini, namun para siswa dan
guru mencoba bersabar menerima kenyataan sekolah mereka berjalan dengan kondisi
yang miskin sarana belajar yang memadai seperti ini.
Meja lesehan yang biasnaya dimanfaatkan untuk belajar baca tulis Al Quran
di mushollah sekolah dimanfaatkan para siswa untuk belajar lesehan sambil duduk
melantai tanpa alas di tembok musollah.
Selain belajar lesehan sambil melantai sebagian siswa lainnya terpaksa
belajar memanfaatkan emperan mesjid. Meski belajar dalam kondisi yang
memprihatinkan di tengah smenagat pemerintah menggembar-gemborkan bajetin besar
pada sektor pendidikan hingga 20 persen anggaran apbn untuk memperbaiki
infrastruktur pendidikan.
Sejujmlah siswa di sekolah ini mengeluh dan kerap iri hati dnegan sekolah
lain di polewali mandar yang bisa belajar lebih baik karena fasilitas sekolah
mereka jauh lebih baik dari sekolah mereka.
Suryana, salah satu siswa manmatakalli Polewali mandar ini mengaku kerap
sakit pinggang dan kedua kakinya keram jika terlalu lama belajar lesehan sambil
melantai di tembok seperti ini. Suryana berharap pemerintah bertangguangjawab
mentediakan sarana pendidikan yang layak agar siswa bisa meningkatkan prestasi
belajar mereka di sekolah.
“Tidak bisa konsentrasi, kalau lama melantai sering sakit pinggang dna kaki
keram,”keluh Suryana, siswa
Darwis, siswa lainnya di sekolah ini mengaku kerap iri hati jika
membandingkan sekolah pemerintah lainnya di Polewali mandar dan daerah lainnya.
Para siswanya bisa belajar dengan tenang karena didukung sarana dan prasarana
belajar yang memadai. Laboratorium, perpustakaan dan fasilitas komputer yang memadai,
sementara di sekolahnya ruangan dna meja belajar yang layak saja jauh tertinggal
dari sekolah lainnya.
Kepala sekolah man matakali polewali mandar, La Haiyyak mengatakan, meski
belajar dalam kondisi yang memperihatinkan pihak guru dan sekolah terus
berusaha membangkitkan semangata belajar para siswa agar mereka tetap rajin ke
sekolah meski belajar dalam kondisi yang jauh dari layak.
“Saya sudah puluhan kali mengadukan kondisi sekolah kami ke pemnerintah
tapi sampai hari in tak kunjung mendapat tanggapan.”ujar Kepala sekolah man
matakali polewali mandar, La Haiyyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar