Lantaran tak punya sanak keluarga dan family, seorang
perempuan tua di polewali mandar sulawesi barat hidup sebatangkara di sebuah gubuk tua selama bertahun-tahun. kondisi
bangunan yang sudah lapuk dimakan usia, membuat rumah warisan orang tuan iyani
mulai condong alias miring hingga membahayakan keselamatan penghuninya,
terutama saat cuaca buruk. Agar tetap bisa berdiri dan menopang kostruksi
bangunan, beberapa tiang dan tangga bangunan terapksa diikat tali dan ditopang
dengan batang bamboo.
Menurut hana pemerintah beralasan baru bisa memberi
bantuan renovasi jika rumah bersangkutan dihuni minimal tiga orang suami istri
dan anak, sementara hana sejak bertahun-tahun lalu pasca kematian kedua orang
tuanya pratis hana hanya tinggal seorang diri di rumahnya.
Rumah milik
hana (600 di dusun mampie kecamatan wonomulyo polewali mandar ini kondisinya
memprihatinkan. Konstruksi bangunannya keropos dan lapuk dimakan usia.
Tiang-tiang dan rangka bangunannya
hancur. Atap daun nipa yang sudah bebeberaapa tahun tak pernah diganti
hancur dan berjatuhan.
Kompas.com
yang menyambangi rumah hana Jumat (26/7) hari ini tampak sejumlah tiang dan
sudut bangunan yang keropos terpaksa ditopang dengan kayu atau sebatang bambu
agar tidak roboh. Sejumlah sudut bangunan yang hancur terpaksa diikat agar
tetap menyatu dnegan seluruh komponen bangunan lainnya.
Meski
kondisinya sudah condong alias miring dan membahayakan keselamatan penghuninya,
terutama saat hujan atau cuaca buruk, namun hana tetap tinggal di rumah yang
kondiisnya jauh dari layak ini. Agar bangunan tua ini tidak roboh beberapa
sudut bangunan terpaksa diikat dengan tali plastik dan ditopang dengan kayu
atau batang bamboo.
Kepanasan
atau kehujanan sudah pasti. Hana kerap mengungsi sementara ke rumah sanak
tetangga, terutama saat hujan turun. Kamis (25/7) kemarin hana terpaksa
menumpang tidur di sebuah warung milik tetangga lantaran atap salah satu sudut
bangunan rumahnya yang selama ini masih bisa dimanfaatkan untuk berteduh,
hancur diterjang agin hingga tak ada lagi bagian rumahnya yang bisa digunakan
untuk berteduh terutama saat musim hujan seperti saat ini. Hanya terpaksa
mengungsi smeentara tidur ke warung tetangga.
Perabiotan
rumah dan peralatan dapurnya tetap dibiarkan berserakan di atas rumahnya. Hana
hanya naik ke rumahnya saat akan memasak dan setelah makan rumah warisan ini
kembali ditinggalkan. Hana memilih menumpang di warung tetangga karena diangap
aman dan tidak kehujanan.
“Saya
terpaksa menumpang di warung tetangga hanya untuk tidur, saya sering mengungsi
tengah malam jika hujan dan kebasahan diguyur hujan,” ujar Hana, pemilik gubuk
reot
Untuk bisa
hidup selain berharap dari belas kasih para tetangga, Hana juga kerap bekerja
serabutan seperti jadi tukang cuci/ buruh tani rumput laut, jadi pengumpul
plastik bekas, atau menjual ikan hasil tangkapan nelayan para tetanggannya.
Ketiadaaan
biaya menjadi alasan hana tak bisa merenovasi rumah yang menjadi tempatnya
berteduah selama bertahun-tahun. Hana pernah meminta bantuan ke pemnerintah
setempat agar rumahnya mendapat bantuan renovasi, namun hana dianggap tak layak
dapat bantuan renovasi rumah seperti warga lain di desanya atau tetangag
desanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar