Puluhan warga desa tonyamang, polewali mandar, sulawesi barat, Jumat (5/7) siang tadi menggelar aksi protes sambil menduduki kantor desa setempat. Warga menuntut ratusan orang kaya dan pengusaha dicabut namanya dari daftar penerima blsm. Ratusan orang tua jompo dan fakir miskin di desa mereka justru tidak mendapatkan santunan apa pun dari pemerintah. Kepala desa yang jadi sasaran aksi demo warga yang kecewa, mengaku angkat tangan dan tidak tahu menahu soal pendataan yang diprotes warga.
Kecewa
karena namanya tidak terdaftar sebagai penerima bantuan blsm senilai Rp 150
ribu perbulan, ratusan warga desa tonyamang melakukan aksi protes ke kantor
desa tonyamang, jumat (5/7) siang tadi. Ratusan warga yang menduduki kantor
desa ini sempat menginterogasi kepala desa tonyamang, Syamsuddin yang dinilai
jadi biang carut marutnya pendataan penerima blsm.
Sebelumnya
warga yang kecewa ini sempat melakukan aksi bakar ban di depan kantor desa
sebagai bentuk protes atas ketidak adilan pendataan blsm. Namun sejumlah polisi
yang berusaha menenangkan warga hingag aksi bakar ban tidak dilanjutkan.
Mayoritas
warag yang berprofesi sebagai nelayan ini mengaku tidak bisa menerima data blsm
yang dibagikan kepala desa. Alasannya banyak orang kaya dan pengusaha justru
mendapat bantuan blsm yang tak layak
mereka terima. Banyak haji dan juragan ikan di desa mereka diprotes warga
karena namanya terdaftar sebagai penerima blsm/ sementara para orang tua jompo,
pakir miskin dan warga yang hanya menumpang di rumah orang lain justru tak
mendapatkan bantuan apa pun.
Basri,
salah satu pengunjuuk ras yang memprotes ketidak adilan pembagian blsm menuding
kesalahan pendataan blsm terjadi ditingkat lingkungan. “Saya minta dusun, lingkungan
dan kepala desa bertanggungjawab dengan kesalahan pendataan ini,”ujar Basri,
salah satu warga yang memprotes pembagian blsm kepada kepala desa.
sementara
Hasanuddin yang ikut mendudki kantor desa hingga aktifitas di kantor desa
lumpuh dan tak ada aktifitas apa pun mendesak kepala desa bertanggungjawab
tergadap banyaknya bantuan blsm yang salah sasaran. Pengusaha, orang kaya
termasuk para haji yang tidak berhak justru namanya tercatat sebagai penerima
blsm, sedang warga miskin yang cuma menuimpang di rumah orang lain bersama
istri dan anak-anak mereka malah tak kebagian blsm. “Bagaimana mungkin banyak
orang kaya, pengusaha justru dapat sementara kami-kami yang miskin dan sebagian
menumpang di rumah oaring lain malah tidak dapat, ini kan tidak adil,”ujar
Hasanuddin, melampiaskan kekecewaannya kepada kepala des ayang menerima warga
di kantornya.
Hadaria,
orang tua jompo yang kaki pincang sebelah dan tak mampu lagi bekerja ini hanya
bisa mengusap dada ketika ia tahu namanya tidak terdaftar sebagai penerima
blsm. Hadaria kecewa dan sedih karena banyak orang kaya di sekitar rumahnya
justru menerima blsm. “Saya benar-benar kecewa dan sedih di sekitar rumah saya
banyak orang kaya yang dapat smeentara saya yang sudah pincang dan tak lagi
mampu bekerja malah tidak kebagian.”keluh Hadaria.
Kepala desa
Tonyamang, Syamsuddin yang diinterogasi warga mengaku angkat tangan dan tak
tahu menahu soal data blsm. Desa menurut kades hanyalah menyalurkan kartu blsm
yang diterima di desanya. Soal yang menentukan siapa penerima dan bukan
penerima bukan kewenangan desa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar