Demi menjadi PNS, seorang guru honorerdi Polewali mandar
Sulawesi bazrat rela mengabdi selama
lebih dari 20 tahun meski honornya tak menentu. Untuk bisa menafkahi dan
menyekolahkan anak-anaknya, janda empat anak ini harus berjuang dan bekerja
membanting tulang seorang diri. Gali lubang tutup lubang untuk membayar utang
sudah menjadi keseharian bagi keluarga kecilnya. Profesi tukang jahit yang
menawarkan berbagai ornamen rumah tangga seperti kain gorden, sprei kasur
dan taplak meja yang dulu menopang
kebutuhan rumah tangga kecilnya, namun karena bangkrut akibat kehabisan modal.
Kini ia hanya menerima pesanan jahitan dari sanak tetangga yang tidak seberapa.
Rusdia,
guru honorer di Madrazah Ibtidaiyah (MI) Andreapi Polewali mandar ini sudah
harus bergegas meninggalkan rumahnya sebelum para siswa dan guru tiba di
sekolah. Maklum selain bertugas mengajar di kelas VI, sarjana pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar yang mengandi sebagai guru honorer sejak 1993 atau 20
tahun lalu ini juga punya tugas lain membuka kantor dan ruang kelas sebelum
pelajaran berlangsung. Memukul lonceng besi sebagai tanda dimulainya pelajaran
sudah menjadi pekerjaan rutinnya.
Rusdia
mengawali kariernya sebagai guru suka rela 1990 lalu. Tiga tahun kemudian pada
1993 ia terdaftar sebagai guru honorer di bawah naungan departemen agama. Meski
honornya tak menentu, janda empat anak ini tetap bersabar menekuni profesi
mulainya untuk mencerdaskan anak-anak di sekolahnya. Rusdia pertama kali
menerima honor sebesar Rp 30 ribu setelah berbulan-bulan menganbdi di
sekolahnya.
Meski
gajinya jauh dari cukup untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan empat
anaknya, rusdia tetap bersabar sambil berharap, pengabdian panjangnya sebagai
guru honorer kelak bisa diangkat menjadi pegewai negeri sipil untuk memperbaiki
tarap hidup keluarganya.
Dua
tahun lalu ketika pemerintah melalui departemen agama Polewali mandar yang
menerima berkas pengusulan K1, Rusdia dinilai paling layak menjadi PNS. Baik
karena kwalifikasi pendidikan yang dimilikinya hingga masa pegabdiannya yang
cukup lama dinilai paling layak jadi PNS. Rusdia jelas bangga karena
perjuangannya agar diangkat jadi PNS berarati sudah semakin dekat.
Namun
sayang janda empat anak ini kembali harus menelan pil pahit. Saat pemerintah
mengeluarkan daftar K1 atau calon PNS yang mendapat urutan pertama, namanya
justru tak tercantum. “Saya bingung semula nama saya dianggap paling layak jadi
PNS baik karena masa pengandian maupun karena kwalifikasi pendidikan tapi nama
saya tak tercantum di daftar K! yang dikeluarkan terakhir pemerintah,”ujar
Rusdia mengaku mencoba tabah menghadapi perjalanan karirnya menajdi PNS yang tak
kunjung jelas.
Pendapatannya
yang tidak menetu memaksa ibu empat anak ini harus banting tulang mencari
pendapatan lain. Profesi sebagai tukang jahit aneka ornament rumah tangga seperti
sprei kasur, taplak meja, gorden jendela dan pintu yang dulu penopang kehidupan
keluarganya kini bangkrut lantaran habis modal. Rusdia kini hanya menerima
jahitan pesanan dari sanak tetanga atau teman namun pendapatannya tak seberapa.
Selain
mengajar, guru kelas VI sekolah Madrazah Itidaiyah Andreapi ini juga harus
mengurus dapur sebelum dan setelah pulang dari sekolah. Anak-anaknya yang
sebagian masih kecil belum bisa diharap
untuk mengurus tanggungjawab rumah tangga termasuk menyediakan makanan di
rumahnya. Praktis menjadi semua menjadi urusan Rusdia.
Mengutang
ke sana kemari demi memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan anak-anaknya
sudah menjadi keseheraian keluarga kecilnya. Rusdia percaya keajaiban Tuhan
bagi hambanya yang bekerja dan bersabar menghadapi jalan hidupnya akan selalu
datang keajaiban Tuhan yang tak pernah disangka-sangka. “Keajaiban Tuhan selalu
datang tak terduga. Utang untuk membiayai pendidikan anak-anaka saya selalu
saja ada jalannya dan bisa saya lunasi dengan baik,”ujar Rusdia
Kepala
Madrazah Ibtidaiyah Andreapi, Azis mengaku angkat topi dengan preastasi Rusdia
sebgaai guru honorer di sekolahnya. Rusdia dinilai sosok guru teladan yang
mengabdi dengan tulus pada profesinya sebagai guru. “Terus terang kalau ditanya
pretasi guru yang paling rajin, disiplin dan paling bertanggungjawab dengan
tugas-tugasnya ya Rusdialah orangnya. Sayangnya nasib baik belum berpihak
padanya, namanya hingga kini belum diangkat jadi PNS meski sudah 20 tahun lebih
mengabdi di sekolah kami,”ujar Azis.
Sebagai
ummat yang beragama, Rusdia mengaku tak boleh putus asa meski perjuangannya
bertahun tahun untuk menjadi PNS hinga kini belum terkabul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar