Kamis, 02 Mei 2013

Perempuan ini Mengabdi 20 Tahun Sebagai Guru Honorer


Demi menjadi PNS, seorang guru honorerdi Polewali mandar Sulawesi bazrat  rela mengabdi selama lebih dari 20 tahun meski honornya tak menentu. Untuk bisa menafkahi dan menyekolahkan anak-anaknya, janda empat anak ini harus berjuang dan bekerja membanting tulang seorang diri. Gali lubang tutup lubang untuk membayar utang sudah menjadi keseharian bagi keluarga kecilnya. Profesi tukang jahit yang menawarkan berbagai ornamen rumah tangga seperti kain gorden, sprei kasur dan  taplak meja yang dulu menopang kebutuhan rumah tangga kecilnya, namun karena bangkrut akibat kehabisan modal. Kini ia hanya menerima pesanan jahitan dari sanak tetangga yang tidak seberapa.
Rusdia, guru honorer di Madrazah Ibtidaiyah (MI) Andreapi Polewali mandar ini sudah harus bergegas meninggalkan rumahnya sebelum para siswa dan guru tiba di sekolah. Maklum selain bertugas mengajar di kelas VI, sarjana pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar yang mengandi sebagai guru honorer sejak 1993 atau 20 tahun lalu ini juga punya tugas lain membuka kantor dan ruang kelas sebelum pelajaran berlangsung. Memukul lonceng besi sebagai tanda dimulainya pelajaran sudah menjadi pekerjaan rutinnya.

Rusdia mengawali kariernya sebagai guru suka rela 1990 lalu. Tiga tahun kemudian pada 1993 ia terdaftar sebagai guru honorer di bawah naungan departemen agama. Meski honornya tak menentu, janda empat anak ini tetap bersabar menekuni profesi mulainya untuk mencerdaskan anak-anak di sekolahnya. Rusdia pertama kali menerima honor sebesar Rp 30 ribu setelah berbulan-bulan menganbdi di sekolahnya.

Meski gajinya jauh dari cukup untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan empat anaknya, rusdia tetap bersabar sambil berharap, pengabdian panjangnya sebagai guru honorer kelak bisa diangkat menjadi pegewai negeri sipil untuk memperbaiki tarap hidup keluarganya.

Dua tahun lalu ketika pemerintah melalui departemen agama Polewali mandar yang menerima berkas pengusulan K1, Rusdia dinilai paling layak menjadi PNS. Baik karena kwalifikasi pendidikan yang dimilikinya hingga masa pegabdiannya yang cukup lama dinilai paling layak jadi PNS. Rusdia jelas bangga karena perjuangannya agar diangkat jadi PNS berarati sudah semakin dekat.

Namun sayang janda empat anak ini kembali harus menelan pil pahit. Saat pemerintah mengeluarkan daftar K1 atau calon PNS yang mendapat urutan pertama, namanya justru tak tercantum. “Saya bingung semula nama saya dianggap paling layak jadi PNS baik karena masa pengandian maupun karena kwalifikasi pendidikan tapi nama saya tak tercantum di daftar K! yang dikeluarkan terakhir pemerintah,”ujar Rusdia mengaku mencoba tabah menghadapi perjalanan karirnya menajdi PNS yang tak kunjung jelas.

Pendapatannya yang tidak menetu memaksa ibu empat anak ini harus banting tulang mencari pendapatan lain. Profesi sebagai tukang jahit aneka ornament rumah tangga seperti sprei kasur, taplak meja, gorden jendela dan pintu yang dulu penopang kehidupan keluarganya kini bangkrut lantaran habis modal. Rusdia kini hanya menerima jahitan pesanan dari sanak tetanga atau teman namun pendapatannya tak seberapa.

Selain mengajar, guru kelas VI sekolah Madrazah Itidaiyah Andreapi ini juga harus mengurus dapur sebelum dan setelah pulang dari sekolah. Anak-anaknya yang sebagian masih kecil  belum bisa diharap untuk mengurus tanggungjawab rumah tangga termasuk menyediakan makanan di rumahnya. Praktis menjadi semua menjadi urusan Rusdia.

Mengutang ke sana kemari demi memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan anak-anaknya sudah menjadi keseheraian keluarga kecilnya. Rusdia percaya keajaiban Tuhan bagi hambanya yang bekerja dan bersabar menghadapi jalan hidupnya akan selalu datang keajaiban Tuhan yang tak pernah disangka-sangka. “Keajaiban Tuhan selalu datang tak terduga. Utang untuk membiayai pendidikan anak-anaka saya selalu saja ada jalannya dan bisa saya lunasi dengan baik,”ujar Rusdia

Kepala Madrazah Ibtidaiyah Andreapi, Azis mengaku angkat topi dengan preastasi Rusdia sebgaai guru honorer di sekolahnya. Rusdia dinilai sosok guru teladan yang mengabdi dengan tulus pada profesinya sebagai guru. “Terus terang kalau ditanya pretasi guru yang paling rajin, disiplin dan paling bertanggungjawab dengan tugas-tugasnya ya Rusdialah orangnya. Sayangnya nasib baik belum berpihak padanya, namanya hingga kini belum diangkat jadi PNS meski sudah 20 tahun lebih mengabdi di sekolah kami,”ujar Azis.

Sebagai ummat yang beragama, Rusdia mengaku tak boleh putus asa meski perjuangannya bertahun tahun untuk menjadi PNS hinga kini belum terkabul.

Ditemui di rumahnya di hari pendidikan nasional Kamis (2/5) hari ini, Rusdia mengaku hanya bertawakkal kepada Tuhan agar doa dan perjuangannnya menjadi guru PNS selama puluhan tahun kelak didengar Tuhan dan pemerintah, agar jerih payah dan perjuangan panjangnya bakal berbuah manis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar