Jumat, 17 Mei 2013

Pegawai ini menyulap cangkang telur jadi aneka kerajinan cantik dan ekonomis


Cangkang telur tak selamanya berakhir di tong sampah. Buktinya seorang pegawai di polewali mandar sulawesi barat mampu menyulap cangkang telur ayam dan itik menjadi aneka produk kerjainan cantik dan artistic, seperti aneka guci, asbak, meja, hiasan dinding dan cermin hias. Memanfaatkan cangkang telur berarti anda tidak hanya ikut menjaga kebersihan lingkungan, tapi lebih dari itu limbah telur juga ternyata bisa membuat suasana kamar atau ruangan tamu di rumah anda menjadi lebih artistik dan indah.

Beragam guci, asbak, meja, hiasan dinding, dan cermin hias yang cantik ini misalnya, sekilas tampak seperti dibalut dengan ornamen bernilai mahal. Namun tahukah anda seluruh hasil kerajinan tangan kreatif ini hanya dibuat dari cangkang telur.

Beragam motif dan warna guci yang cantik ini misalnya bisa dihasilkan sesuai selera. Dengan perpaduan warna kulit telur bebek, ayam ras, dan ayam kampong, Baso ahmad, seorang pegawai di kantor dinas perindustrian dan perdagangan polewali mandar ini bisa menghasilkan beragam motif dan warnah yang menarik.

Selain bekerja sebagai pegawai negeri, baso ahmad juga menggeluti pekerjaan sampingannya ini untuk menambah pendapatan.

Pengrajin otodidak yang terobsesi untuk memanfaatkan limbah alam yang melimpah dan ramah lingkungan ini, bahkan telah melibatkan belasan anak-anak putus sekolah menjadi  mitra kerjanya. Sejumlah mantan karyawan yang semula belajar membuat aneka kerajinan tangan di tempatnya, namun setelah mahir kini mereka mebuat usaha sendiri.

Tak heran jika kelompok kerajinan yang diberi nama ka’daro mandar, kini makin ramai dijadikan pusat belajar oragniasasi sosial/ ibu-ibu pkk dan siswa sekolah terutama pada saat musim liburan panjang.

Menurut Baso, menghasilkan  beragam produk kerajinan cantik dan bernilai seni dan ekonomis yang tinggi, tak harus bergantung pada modal yang besar dan bahan baku yang mahal. Dengan beragam limbah alam yang melimpah dimana saja, bisa disulap menjadi beragam produk kerajinan cantik yang diminati warga.

Untuk mempopulerkan usaha sampingannya, Baso kini memiliki sebuah gelari sederhana. Di galeri milik baso inilah seluruh karya kerajinan tangannya yang kreatif dan memiliki nilai seni ini ditampung. Di galeri ini pula baso menampung hasil kerajinan tangan mantan karyawannya yang kini mendirikan usaha serupa di tempat lain.

Baso tak khawatir banyak mantan anak buahnya kini menggeluti usaha serupa. Baso malah menilai makin banyak anak-anak muda kreatif makin berdampak postif pada usahanya. Paling tidak dusun dan desa tempatnya menbuat akan semakin dikenal sebagai penghasil kerajinan tangan yang diharapkan akan semakin ramai warga datang belajar dan mebeli produk kerajinannya.

Setiap produk kerajinan baso dijual bervariasi. Guci cantik ini misalnya dijual mulai dari 20 ribu hingga lebih dari rp 500 ribu per buah tergantung ukuran dan tingkat kehalusan cara membuatnya. Asbak dari kulit telur misalnya dijual mulai rp 15 ribu hingga 100 ribu per buah. Hiasan dinding dijual rp 100 ribu hingga 300 ribu tergantung jenis dan motifnya.

Selain membidik pasar lokal polewalli, baso bersama jaringan kelompoknya kini sedang merintis perluasan pasar ke daerah lain. Saat ini baso telah bermitra dengan pihak bandara hasanuddin, pelabuhan makasar dan pemerintah tanah toraja, untuk memperkenalkan produk kerajinan tangannya secara luas,

Baso berharap pemerintah setempat bisa turun tangan membantu membuka akses pasar lebih luas, agar hasil produknya bisa menjamah pasar lebih luas dan menjadi objek wisata kerajinan di polewlai mandar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar