Jumat, 31 Mei 2013

Nenek Baha dan 5 Kucingnya Sambut Hari Manula di Tengah Hutan


Menghabiskan masa tua indah sambil berkumpul dengan anak-anak dan belasan cucu yang lucu-lucu dan menggemaskan, tak bisa dinikmati Baha (85) seperti para lansia lainnya. Manula yang tidak punya sanak keluarga ini justru harus berjuang seorang diri di tengah hutan belantara. Agar bisa hidup, selain berharap dari pemberian warga, nenek yang sudah mulai sakit-sakitan karena factor usia ini terpaksa harus berkebun dan menanam apa saja di sekitar gubuknya, termasuk menanam singkong dan ubi agar bisa makan.dan mengganjal perutnya.
Tak ada yang berubah dari hidup Baha (85). Peringatan hari lansia Rabu (29/5), nenek Baha tetap hidup sebatangkara dan menjadi penghuni hutan di desa Galeso kecamatan Wonomulyo Polewali mandar, sejak puluhan tahun lalu. Baha memamng kerap berkecil hati ketika melihat warga kampung di desanya hidup bahagia bersama istri atau suami dan anak-anaknya. Baha yang tidak pernah menikah sepanjang hidupnya ini memnag pernah punya sanak kelaurga dan sudara, namun mereka telah meninggal lebih dahulu. Baha kini tinggal seorang diri dan menumpang di atas tanah milik orang lain.

Selain berharap pemberian bantuan berupa beras atau makanan apa saja yang tidak menetu dari warga kampong yang peduli dengan hidupnya, nenek yang sudah mulai sakit-sakitan ini harus berjuang hidup dengan cara berkebun di tengah hutan. Kebun berukuran tak lebih 30x20 meter di bawah pohon ini ditanami apa saja yang bisa dimakan seperti singkong dan ubi sebagai pengganjal perut, jika persedaian beras pemberian warga sudah tak ada di gubuknya.

Rumah beratap rumbian dan berdinding daun kelapa milik Baha, didirikan di tenah hutan, yang jauh dari kesan Mewah dan berlebihan. Tak ada jaringan listrik apalagi fasilitas informasi seperti radio dan televisi. Setiap hari Baha hanya berteman dengan lima ekor kucing yang setia mendampinginya. Dulu Baha pernah punya lampu pelita dari minyak tanah, namun karena minyak tanah subsidi sudah ditarik pemerintah dan kini harganya melambung tinggi dan  sulit dicari, farktis Baha tak punya penerangan apa pun di malam hari alias hanya berkalanmg gulita.

Jangankan masuk kota dan jalan-jalan menikmati suasana santai, pergi ke pasar saja untuk membeli kebutuhan hidupnya tak bisa dilakukan seorang diri. Untuk membeli garam atau kebutuhan apa saja jika ada warga yang memberinya uang, Bahnay hanya menitip kepada wraga yang bersedia membantunya.

Saaat musim hujan dan angin kencang seperti saat ini, Baha yang ketakutan seorang diri di hutan terutama pada malam hari, kerap meninggalkan rumahnya dan meminta tunmpangan di rumah penduduk kampong yang bersedia menerimanya. “Saya biasa kalau takut karena hujan atau angin kencang biasa menunmpang di rumah warga,”ujar baha

Beberapa bulan lalu gubuk yang ditopang dnegna empat tiang bamboo ini pernah hancur berantakan diahntam agin putting beliaung hingga Baha sempat etrkatung-katung karena kehilangan tempat tinggal. Beruntung warga turun tangan membenahi rumahnya hingga gubuknya bisa berdiri kembali.

Meski tak mendapat bantuan raskin atau bantuan perumahan bagi warga tidak mampu seperti Baha, namun nenek ini mengaku tak ingin memprotes pemerintah dan lebih memilih menennagkan hidup di masa tuanya, meski hidup di tengah hutan.

Peringatan hari lansia nasional yang jatuh pada 29 Mei hari ini seharusnya peran negara tidak alfa di dalamnya. Bukankah fakir miskin, oramg tua jompo dan anak-anak terlantar dijamin oleh Negara sesuai undang-undang negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar