Puncak musim panen di Polewali mandar, Sulawesi barat tahun ini tak membuat para petani bergembira. Harga gabah yang terus merosot hingag level 3.300 bahkan lebih rendah membuat sejumlah petani mengeryitkan kening. Meski pada awal musim panen Maret lalu harga gabah sempat mencapai Rp 3700 perkilogram, namun sejak beberapa pekan terakhir terus merosot hingga Rp 3.300 perkilogram bakan lebih rendah. Petani makin terjepit lantaran pengusaha kerap memotong timbangan. Bnayaknya pengusaha yang diduga menggunakan timbanagan yang tidak memenuhi standar makin memeuat petani dirugikan.
Arifuddin, Petani asal Sulewatang polewali mandar ini
mengaku sangat dirugikan pengusaha pada saat puncak musim panen. Selain mereka
menimbang dengan cara memotong timbangan gabah secara berlebihan mereka juga
diduga menggunkana timbangan dan takaran yang tidak memenuhi standar. Cara menimbangnya
pun dinilai curang dan merugikan petani.
Menurut Arifuddin, pemerintah dalam hal ini bulog dan mitra
kerjanya yang bertanggungjawab menyerap menyerap gabah seharusnya
betanggungjawab mengendalikan harga gabah agar jangan sampai anjlok dan
merugikan petani. Menurut Arifuddin
harga gabah petani mestinya saat ini mestinya tetap berada di level Rp 3.700
karena kondisi cuaca beberapa pekan terakhir cukup baik. “Pengusaha
penggilingan gabah kan hanya membeli Rp 3.300 bahkan lebih rendah lagi. Ini kan
merugikan petani yang harus membayar biaya operasional, pupuk, bibit dan sarana
produksi lainnya termasuk biaya pengolahan yang memakan hingga jutaan rupiah perhektarnya.
Nasrullah, petani lainnya menduga ada permainan pengusaha
dan tengkulak dalam menekan harga gabah di tingkat bawah hingga merugikan pihak
petani. “Kan kondisi cuaca cukup baik beberapa pekan terakhir, panen padi
lumayan bagus, harganya kok jatuh sampia Rp 3.000-an,”ujar Nasrullah. Menurut
Nasrullah idelanya harga gabah di tengah kenaikan harga-harga kebutuhan pokok
saat ini minimal Rp 3.800 perkiogram agar petani bisa menutupi biaya
pengolahan, penyediaan pupuk bibit dan sarana produksi lainnya.
Pengurus persatuan pengusaha penggilingan padi (Perpadi)
Polewali mandar, Sadman Agus membenarkan
jika harga gabah di tingkat petani berada di kisaran Rp 3.300 perkilogram. Agus
beralasan pengusaha yang tergabung dalam perpadi tidak bisa menyerap harga
gabah petani lebih tinggi karena saat ini kondisi cuaca tak mennetu.
Seperti diberitakan kompas sebelumnya, Ketua perpadi
Polewali mandar, Bahrun Bando mengeluhkan keputusan bulog yang menolak beras
perpadi hingga menumpuk ribuan ton di gudang hanya karena alasan tak ada gudang
bulog untuk menampung beras..
Bahrun bahkan mengancam bulog akan mengerahkan ratusan
pengurus perpadi di polewali mandar untuk menggelar aksi unjukrasa di kantor
bulog pekan depan, jika perusahaan plat
merah tersebut tidak segera menetralisir pasokan beras yang kini tengah
menumnpuk di gudang dan terancam
merugikan pengusaha dan petani.
Bahrun menyatakan, keputusan bulog yang tidak menyerap beras
pengusaha karena alasna gudang penuh bisa berdampak pada merosotnya harga beras
dan gabah terutama di tingkat petani. Alasannaya gabah yang menumpuk di gudang
dan pabrik-pabrik penggilingan anggota perpadi saat ini bisa rusak dan harganya
anjlok jikan tidak segera diserap bulog selaku pihak yang bertanggungjawb
menyerap gabah petani agar tidak anjlok, terutama pada saat puncak musim panen.
(K25-11/Junaedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar