Keterbatasan fasilitas belajar dan sarana penbukung yang tidak memadai, seperti sekolah teman-teman mereka di kota yang relatif jauh lebih maju, tak menghalangi semangat anak-anak di pelosok dusun terpencil untuk mengikuti ujian nasional. Tak punya sarana buku dan penerangan listrik pln yang memadai tak membuat mereka berkecil hati. Berbekal lampu pelita dan obor, para siswa ini memantapkan persiapan mereka menghadapi ujian nasional yang akan digelar mei mendatang.
Fira,
siswa mdrazah ibtidaiyah riso polewali mandar ini sudah tiga bulan lebih
mempersipakan diri menghadapi ujian nasional yang akan digelar mei mendatang.
Selain mengikuti les belajar yang digelar sekolah, fira dan teman-temannya juga
memnatapkan npersiapan mereka dnegan belajar di rumah masing-masing.
Berbekal
buku seadanya serta lampu pelita seperti ini, fira berharap persiapan dirinya
belajar siang dan malam sejak tiga bulan terakhir ia bisa menjawab seluruh
soal-soal ujian. Keterbatasan fasilitas pendukung dan sarana lainnya seperti
sarana listrik yang belum tersedia dan akses jalan dari rumah ke sekolah yang
mencapai lima kilometer tak membuat mereka berkecil hati
Masdar,
siswa madrazah ibitidaiyah lainnya dari binuang polewlai mandar ini kndisinya
serupa. Setiap malam masdar dan saudaranya belajar hanya berbekal pelita dan
buku seadanya untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian.
Blajar
dalam kondisi yang kurang nyaman dan rawan kebakaran seperti ini sudah
berahun-tahun menjadi keseharian anak-anak dusun terpencil di desa batetanga,
Riso, dan desa terpencil lainnya di polewali. Polusi udara akibat kadar carbon
dioksida dari pembakaran lampu minyak tanah ini tidak hanya membuat polusi
ruangan, tapi juga membuat muka dan hidung
di pagi hari tampak seperti gosong dan hitam di pagi hari. Keterbatasan
sarana pendung tak membuat masdar dan anak-anak des alainya kehilangan
semanagat mempersipakan diri menghadapi ujian.
Para
siswa ini berharap dibalik keterbatasan sarana yang ada mereka kelak bisa
menjawab semua soal ujian dan lulus dengan hasil yang baik.
Kondisi
medan dan jarak tempuh yang jauh dari rumah ke sekolah menjadi tantangan
tersendir bagi anak-anak yang mengikuti ujian nasional di pelosok desa. Karena
sarana transfortasi yang tidak tersedia banyak anak-anak pelosok yang harus
berjalan kaki hingga lebih dari lima kilometer.
Namun
sejumlah sekolah menyatakan akan memberi dispensasi atau keringana bagi siswa
mereka yang diketahui tinggal jauh dari sekolah dan terhambat datang ke sekolah
karena kondisi cuaca yang saat ini musim hujan.
Seniawati,
wakil kepala sekolah madrazah ibtidiyah binung menyatakan akan memberi
kelaonggaran bagi siswanya untuk mengikuti ujian meski mereka datang terlambat.
“Bagi kami terlambat tak ada masalah, kami hargai smenagat mereka berjuang,
meski rumahnya jauh tapi mereka tetap berusaha hadir itu yang kita hargai,”
ujar Seniawati, wakil kepala sekolah madrazah ibtidiyah binung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar