Sabtu, 27 April 2013

Berbekal Obor, Siswa di Pelosok Persiapkan diri Hadapi Ujian


Keterbatasan fasilitas belajar dan sarana penbukung yang tidak memadai, seperti  sekolah teman-teman mereka di kota yang relatif jauh lebih maju, tak menghalangi semangat anak-anak di pelosok dusun terpencil untuk mengikuti ujian nasional. Tak punya sarana buku dan penerangan listrik pln yang memadai tak membuat mereka berkecil hati. Berbekal lampu pelita dan obor, para siswa ini memantapkan persiapan mereka menghadapi ujian nasional yang akan digelar mei mendatang.

Fira, siswa mdrazah ibtidaiyah riso polewali mandar ini sudah tiga bulan lebih mempersipakan diri menghadapi ujian nasional yang akan digelar mei mendatang. Selain mengikuti les belajar yang digelar sekolah, fira dan teman-temannya juga memnatapkan npersiapan mereka dnegan belajar di rumah masing-masing.

Berbekal buku seadanya serta lampu pelita seperti ini, fira berharap persiapan dirinya belajar siang dan malam sejak tiga bulan terakhir ia bisa menjawab seluruh soal-soal ujian. Keterbatasan fasilitas pendukung dan sarana lainnya seperti sarana listrik yang belum tersedia dan akses jalan dari rumah ke sekolah yang mencapai lima kilometer tak membuat mereka berkecil hati

Masdar, siswa madrazah ibitidaiyah lainnya dari binuang polewlai mandar ini kndisinya serupa. Setiap malam masdar dan saudaranya belajar hanya berbekal pelita dan buku seadanya untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian.

Blajar dalam kondisi yang kurang nyaman dan rawan kebakaran seperti ini sudah berahun-tahun menjadi keseharian anak-anak dusun terpencil di desa batetanga, Riso, dan desa terpencil lainnya di polewali. Polusi udara akibat kadar carbon dioksida dari pembakaran lampu minyak tanah ini tidak hanya membuat polusi ruangan, tapi juga membuat muka dan hidung  di pagi hari tampak seperti gosong dan hitam di pagi hari. Keterbatasan sarana pendung tak membuat masdar dan anak-anak des alainya kehilangan semanagat mempersipakan diri menghadapi ujian.

Para siswa ini berharap dibalik keterbatasan sarana yang ada mereka kelak bisa menjawab semua soal ujian dan lulus dengan hasil yang baik.

Kondisi medan dan jarak tempuh yang jauh dari rumah ke sekolah menjadi tantangan tersendir bagi anak-anak yang mengikuti ujian nasional di pelosok desa. Karena sarana transfortasi yang tidak tersedia banyak anak-anak pelosok yang harus berjalan kaki hingga lebih dari lima kilometer.

Namun sejumlah sekolah menyatakan akan memberi dispensasi atau keringana bagi siswa mereka yang diketahui tinggal jauh dari sekolah dan terhambat datang ke sekolah karena kondisi cuaca yang saat ini musim hujan.

Seniawati, wakil kepala sekolah madrazah ibtidiyah binung menyatakan akan memberi kelaonggaran bagi siswanya untuk mengikuti ujian meski mereka datang terlambat. “Bagi kami terlambat tak ada masalah, kami hargai smenagat mereka berjuang, meski rumahnya jauh tapi mereka tetap berusaha hadir itu yang kita hargai,” ujar Seniawati, wakil kepala sekolah madrazah ibtidiyah binung

Peranan orang tua dan para guru yang terus mensuffort para siswa dalam mempersipakan diri menghadapi ujian, terutama saat mengawali dan mengakhiri pelajaran setiap hari, dinilai para guru telah membuat siswa mereka siap secara ilmu dan mental  menghadapi ujian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar