Warga Polewali mandar, Sulawei barat menyambut datangnya miusim bunga dan buah dengan cara menggelar ritual mattammu. Tradisi tahunan ini selain dianggap sebagai persembahan doa kepada tuhan agar bunga dan buah-buah yang menjadi sumber mata pencaharian mereka tahun ini bisa melimpah. Ritual mattamu ini juga bermakna sebagai bentuk pengukuhkan atau penyatuan hubungan harmonisasi antar manusia dan alam sebagai penopang kehidupan mereka.
Ratusan
warga dusun erang batu desa batetangnga, kecamatan bianung, polewali mandar,
menggelar ritual mattammu atau menyambut datangnya musim bunga dan buah-buahan,
Jumat (1/3) hari ini. Warga yang hidup sebagai petani buah-buahan seperti
durian, duku atau langsat, mangga dan rambutan yang kini sedang menghadapi
puncak musim panen pada pertengahan maret bulan ini, menggelar tradisi mattammu
sebagai simbol doa dan penyatuian alam dan manusia.
Tradisi
leluhur yang terus dipertahankan warga desa ini umumnya digelar dua kali dalam
setahun, terutama pada saat menyambut musim bunga dan menjelang puncak musim
buah.
Ritual
mattammu atau menyambut musim bunga dan buah yang digelar secara berkelompok
atau individu keluarga petani buah ini tidak hanya bermakna sebagai persembahan
doa kepada penguasa alam agar hasil bunga dan buah-buahan mereka tahun ini bisa
lebih melimpah. RIritual yang didahulu dengan membakar lammang atau nasi ketan
dicampur santan murni dalam bammbu kemudian dibakar hingga matang ini juga
bermakna sebagai simbol penyatuan antar manusia dan alam sebagai satu kesatuan
yang saling menopang kehidupan mereka.
Proses
ritual mattammmu biasnaya digelar di puncak gunung terutama di tengah-tengah
lahan buah milik warga di sebuah dusun atau desa. Setiap keluarga menyumbangkan
beras ketan dan kelapa dan ikan. Beras, kelapa dna ikan hasil sumbangan warga
secara berkelompok ini kemudian dimasak bersama-sama. Ratusan warga dusun atau
desa berkumpul di satu tempat. Saat ritual ini berlangsung tidak diperkannakan
ada darah yang menetes. Karena itulah saat ritual iin berlangsung/ memotong
ayam/ kambing atau binatan lain tak diperkeknakan.
Lammang
berupa nasi ketan yang dicampur santan yang telah masak ini selanjutnya
dipotong-potong kecil selanjutnya disajikan dalam piring dna baki. Sebelum
disantap, sejumlah tokoh adat atau tokoh agama menggelar doa di tengah kebun
buah.
Tokoh adat
atau tokoh masyarakat desa batetangnga, Hasan Dalle menyebutkan ritual mattammu
yang digelar warga secara turun temurun umumnya dilakukan secara berkelompok
dalam satu dusun atau desa. Selain itu tradisi ini juga biasnaya digelar
masing-masing keluarga agar ritual ini lebih bermakna bagi para petanbi dan
keluarganya.
“tradisi
ini merupakan bentuk doa menyambut bunga dan buah sekaligus bentuk penyatuan
atau harmonisasi alam dan manusia,”ujar Tomas, Hasan dalle
Seperti
tahun sebelumnya, para petani buah terutama durian, rambutan dan duku di
wilayah ini bisa meraup untung dari hasil penjualan buah hingga jutaaan rupiah,
per sekali musim buah. Bayangkan, buah duriuah yang biasanya dijual paling
murah Rp 10 ribu perbiji umumnya petani mendapatkan keuntungan hasil penjualan
buah rp 500 ribu hingga satu juta per pohon.
Bisa
dibayangkan jika dalam satu hektar ada 50 pohon durian saja, berarati
pendapatan petani bisa mencapai puluhan juta rupiah. Ini baru buah durian belu
termasuk buah rambutan dan duku yang biasnaya berbuah secara bnersamaan setiap
tahunnya. Umumnya petani di desa ini memiliki kebun buah satu hingga tiga
hektar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar