Krisis pangan yang menghantui banyak Negara di dunia termasuk Indonesia yang menjadi salah satu negara pengimpor pangan seperti gandum, beras, daging, kentang, dan gula, tak membuat para petani di kecamatan Balanipa Polewali mandar, Sulawesi barat menjadi cemas. Mereka tak hanya mengandalkan padi, jagung, dan ubi sebagai sumber pangan utama. sejumlah produk pangan lainya seperti jawawut yang akrab disebut dengan Tarreang kini dikemnbangkan para petani sebagai salah satu sumber pangan lainnya. Tanaman jawawut yang kaya gizi dan vitamin ini tidak hanya menjadi sumber pangan alternative, tapi secara ekonomis juga menjanjikan keuntungan bagi petani
Warga kecamatan balanipa Polewali mandar tak hanya
mengembangkan tanaman pangan seperti jagung dan ubi sebagai sumber pangan utama
selain padi atau beras, namun warga juga mengembangan tanamana jawawur yang
akrab disbeut Tarreang sebagai salah satu sumber pangan alternative
Di desa Palippis Polewali mandar ini mislanya, sejumlah
areal perbukitan tandus yang tak banyak bisa ditumbuhi tanaman lain
dimanfaatkan untuk menananam tarreang atau jawawut oleh para petani. Selain
memanfaatkan lahan yang tidak produktif untuk menghasilkan pangan, para petani
juga tertarik mengembgakan tanaman ini selain karena bisa menjadi sumber pangan
alternbatif yang kaya vitamin dan zat gizi, harga beras jawawut yang bisa mencapai
Rp 25 ribu perkilogram menjadi salah satu factor yang mend0r0ng para petani
mengembangkann tanaman yang dulu pernah jadi sumber pangan utama.
Bayangkan, dengan luas areal hanya 20x30 meter para petani
bisa menghasilkan sampai 600 kilogram beras jawaut. Itu artinya hanya dalam
tempo tiga bulan lebih menanam jawaut para petani bisa mendapatkan penghasilan
hingga Rp 7 juta. Bayangkan jika luas arealnya sampai setenga hektar penghasilan
beras tarenag bisa mencapai ratusan kilogram atau bahkan ton
Mahmud, petani tarreang di Balanipa mengaku menfaatkan lahan
kering yang tidak produktif menjadi areal tanaman jawawut yang menguntungkan.
Meski luas areal lahannya hanya 20x15 meter namun Mahmud bisa mneghasilkan
beras jawawut sampai 500 kilogram atau Rp 6 juta jika dijual seharga Rp 12.000
perkilogram. Dengan luas areal sekitar satu area saya bisa menghasilkan sampia
500 liter beras tarreang, kalau dijual Rp 12.000 saja untungnya cukup
lumayan,”ujar mahmud
Jamaluddin petani lainnya mengaku menyukai tanaman tarreang
karena tidak rewel dan pemeilharaannya lebih ringan dan murah. Yang menarik
tarreang bisa dikenmbangkan menjadi beragam jenis makanan yang sehat seperti
bubur, tepung, lammang dan makanna lainnya. Selain bisa dimasak, Beras tarring
juga bisa dicampurkan dengan makanan apa saja termasuk beras, jagung dan ubi
sebagai sumber protein yang kaya gizi. “Caranya tanamnya muda, tidak rewel dan
biaya operasionalnya sedikit dan harga jualnya lumayan mahal, makanya saya
senang menanam jawawut,”ujar Jamaluddin.
Jewawut dalam banyak penelitian diketahui sebagai salah satu
sumber karbohidrat, mempunyai aktivitas antioksidan dan kandungan vitamin dan
mineral. Jawawut juga merupakan sumber serat pangan yang sangat baik bagi
kesehatan pencernaan dan kesehatan secara umum. Serat pangan merupakan komponen
penting yang terdapat pada jewawut diketahi memberi pengaruh positif terhadap
kesehatan seperti antihiperkolesterol, antiradiasi, antiinflamasi dan
antidiabetes. Jawawut mengandung energi
sebesar 334 kilokalori, protein 9,7 gram, karbohidrat 73,4 gram, lemak 3,5
gram, kalsium 28 miligram, fosfor 311 miligram, dan zat besi 5 miligram.
Selain itu di dalam Jawawut juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1
0,51 miligram dan vitamin C 0 miligram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar