Rabu, 20 Maret 2013

Petani Teladan ini mengolah bangkai tikus jadi pupuk yang menyuburkan tanah dan tanaman


Tikus tak hanya menjadi hama pengganggu yang kerap meresahkan para petani. Binatang mamalia yang paling cepat pertumbuhannya di dunia ini ternyata bisa diolah menjadi pupuk organik yang menyuburkan tanah dan tanaman.Meski belum ada penelitian ilmiah tentang pupuk dari bangkai tikus, namun Anas Tika, seorang petani teladan tingkat nasional di Pinrang, Sulawesi selatan sudah lama membuktikannya. Satu hektar tanaman padi yang diberi pupuk dari cairan tikus yang telah dipermentasi, membuktikan pertumbuhannya cukup subur bahkan mengalahkan tanaman padi petani lain yang hanya diberi pupuk kimia. Dengan memanfaatkan pupuk tikus sejak 1998 lalu, Anas mampu menggenjot produksi padinya hingga 12 ton perhektar.
Areal persawahan seluas satu hektar milik Anas Tika, petani teladan tingkat nasional di kecamatan cempa, kabupaten Pinrang Sulawesi selatan ini terbukti tumbuh subur, hanya dengan  mengandalkan pupuk organic dari bangkai tikus yang telah dipermentasi tanpa menggunakan bahan kimia. Biji dan bulir padi milik Anas bahkan tampak lebih subur dan lebih panjang meski tak mengggunkana pupuk kimia yang harganya cukup mahal dan memberatkan petani. Karena temuannya itu, Anas Tika kini digelari professor tikus oleh para petani di desanya.

Cara membuat pupuk tikus cukup sederhana. Bangkai-bangkai tikus yang ditangkap dengan perangkap tikus raksasa yang dipasang Anas di sekeliling areal perswahannya diolah dengan cara dipermentasi. Bangkai-bangkai tikus ini dimasukkan ke dalam tiga sumur beton yang sudah disiapkan anas di areal persawahan miliknya. Bangkai-bangkai tikus ini selanjutnya diberi air agar proses penghancuran dan permentasi berlangsung singkat. Agar tulang beluang tikus ini lebih cepat hancur anas meanfaatkan limbah seperti air kelapa, air cucian beras, atau air cucian piring lainya dimasukkan ke dalam sumur permentasi berukuran diameter satu meter..

Cairan bangkai tikus yang siap dimanfaatkan sebagai pupuk ini kemudian dialirkan ke dalam sumur penampungan sebelum dialirkan ke areal persawahan atau kebun yang akan dipupuk. Seperti pupuk halnya kimia, pupuk tikus buatan Anas ini juga bisa membahayakan tanaman jika diberi cairan tikus berlebihan.

Untuk meyakinkan warga dan siapa saja yang datang ke areal persawahannya, Anas kerap mempraktekkan bagaimana pupuk dari cairan tikus ini bisa menggemeburkan tanah dan menyuburkan tanaman. Tanah yang disiram dengan cairan tikus langsung berubah hitam dan kecoklatan.

Pupuk alami yang sudah dipraktekkan dan dibuktikannya sendiri sejak 1998 lalu. Penemuan pupuk tikus ini bermula ketika Anas yang selama ini diresahkan hama tikus setiap musim tanaman, tanpa sengaja membuang bangkai-bangkai tikus di bawah pohon dan tanaman lainnya. Setelah bangkai tikus hancur ternyata menyuburkan tanaman di sekitarnya. Untuk membuktikannya Anas berkali-kali membuang bangkai tikus di banyak tempat dan tanaman lain untuk meyakinkan jika bangkai tikus berpotensi diaolah menjadi pupuk tanaman yang menyuburkan tanah dan tumbuhan termasuk padi.

Temuan Anas ini semula dicibir para petani dan tetangganya. Anas bahkan sempat dianggap gila dengan idenya meneliti tikus menjadi sumber pupuk organic yang ramah lingkungan dan tidak merusak struktur tanah. Keingintahunnya yang mendalam dan meneliti bangkai tikus menjadi pupuk organic menyebabkan Anas hampir bercerai dengan istrinya sendiri lantaran anas dinilai stress, tidak hanya oleh petani tetangganya, tapi juga keluarga termasuk istrinya sendiri.

Namun berkat keyakinannya, Anas yang hanya tamat SD ini membuktikannya. Berkat hasil penelitinnaya itu anas pernah dinobatkan sebagai petani teladan tingkat nasional dan mendapat kesempatan berkumpul dengan presiden dan para menteri di istana Negara tahun lalu.

Berkat hasil penemuannya itu sejumlah petani lain di desanya bahkan di kecamatan lain telah mempraktekkan temuannya. Meski karyanya kini ditiru banyak petani lain, Anas mengaku senang karena jerih payahanya yang semula dinilai sebagai perbutan manusia yang tidak waras kini malah ditiru banyak petani lain. Bahkan sejumlah petani dari luar kabupaten seperti endrekang, mamuju, polewali, barru, soppeng pernah datang berguru ke kelompok tani Tanete yang dipimpin Anas Tika.

Ketua sanggar tani Tanete kecamatan cemnpa pinrang ini bahkan kini tak hanya sibuk bertani, tapi juga sibuk memberi penyuluhan di berbagai tempat soal hasil temuannya itu. Agar petani lain yang penasaran dan ingin mempraktekkannya bisa langusng mengerti setelah mendapat penjelasan dari sumbernya.

Dengan memanfaatkan pupuk oragnaik dari bangkai tikus ini Anas mampu mengenjot produksi padinya 8 hingga 12 ton perhektar. Sementara petani lain hanya mampu menghasilkan produksi gabah 6 hingga 7 ton perhektar. Dengan penghasilan delapan ton perhektar saja Anas sudah bisa mengantongi penghasilan hingga Rp 26 juta per sekali panen. Dengan mengeluarkan biaya pengolahan dan sarana produksi lainnya seperti bibit, Anas mampu menyisihkan pendapatan bersih hingga Rp 21 juta atau setara dengan gaji Rp 6,5 juta perbulan.

Jika petani lain kini sedang bingung mengusir kawanan tikus yang menyerang padi mereka, Anas kini justru bingung bagaimana mendapatkann tikus agar bisa diolah menjadi sumber pupuk yang sehat bagi tanah dan tanaman. Perangkap tikus raksasa yang dipsang permanen di sekliling pematang sawahnya kini mulai kesulitan mendapatkan tikus karena populasinya mulai berkurang. (Pinrang, 20/03/2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar