Jumat, 15 Maret 2013

Maccera banua, tradisi menangkal penyakit dan bala’


Beragam cara unik dilakukan warga dalam mempertahankan hubunganm harmonisasi antara alam dan manusia sebagai satu kesatuan dalam kesadaran alam kosmos. Di Polewasli mandar Sulawesi barat mislanya, warga dusun kandoa polewali mandar mislanya menggelar ritual maccera banua. Tradisi tahunan yang digelar warga kandoa beberapa saat llau ini dilakukan warga untuk menangkal segala bala atau marah bahaya yang akan mengancam warga dan kampung halaman mereka.
Sebelum ritual maccera kampung digelar, warga termasuk anak-anak, remaja, dewasa, orang tua perempuan dan laki-laki yang mempercayai tradisi tahunan yang sudah digelar secara turun temurun sebagai bentuk persembahan doa dan keselamatan diri dan kampung mereka ini, mengantri untuk mendapatkan pemberkatan dari salah seorang pemuka adat di kampong halaman mereka. Setiap warga diberi tepung berkah yang telah dicampur air suci.

Pemuka adat yang dipercaya doanya makbul dan penyelamata kampong ini memberkati setiap warga kampong. Karena kondisi tempat yang sempit warga terpaksa mengantri untuk mendapatkan pemberkatan dari sang pemuka adat. Setiap warga diusapkan tepung suci di pipi, dahi dan dadanya. Pemberian tepung suci yang sudha diberkahi ini dipercaya warga akan mengusir segala penyakit yang ada dalam tubuh. Setiap warga yang telah diberi tepung suci ini diyakini akan terhiondar dari segala marah bahaya atau pengaruh mahluk halus.

Puncak ritual maccera banua ini ditandai dengan persembahan sesajen berupa nasi ketan, telur ayam kampong, pisang nenas dan sejumlah hasil bumi lainnya kepada sang penguasa alam. Warga dusun kandoa yang mayoritas hidup sebagai petani dna pelaut ini percaya ritual maccera banua atau penyelamatan kammpung termasuk warganya ini diyakni bisa menghindarkan kamp[ung dan warga mereka dari segala marah bahaya termasuk gangguan mahluk halus.

Kanne Kindo, pemuka adat yang di dusun kandoa ini menyebutkan ritual Maccera kampong ini sebagai bentuk persmebahan doa agar warag dan kampong terbebas dari segala bala dan bencana alam.  Ritual tahunan ini dipercaya sebagai bentuk hubungan harmonisasi antara manusia dan alam sebagai satu kesatuan harmonis dalam kesadaran alam kosmos manusia.

Tradisi pensucian kampong yang dimaksudkan agar kampong dan pendudukknya terhindar dari segala bala ini selalu menarik minat warga. Terbukti warga harus mengantri dan bergantian naik ke rumah sang sang petuah adat untuk mendapatkan pemberkatan. Warga byang percaya dengan tradisi ini berharap setelah ritual ini digelar, diri mereka dan keluaragnya bisa terhindari dalam segala bencana atau bala yang bisa mengancam sepanjang tahun. (Mandar, 15032013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar