Senin, 24 Desember 2012

Tak Mampu ke Dokter, 3 Tahun Anak Ini Berjuang Melawan Penyakitnya


Meski anaknya sudah tiga tahun terbaring sakit di rumahnya, seorang janda miskin di Polewali Mandar sulawesi barat tak mampu membawa anaknya berobat ke rumah sakit. Profesinya sebagai Pedagang Kerupuk jauh dari cukup untuk membiayai pengobatan anaknya. Jangankan membawa anaknya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang layak, Untuk makan sehari-hari saja janda miskin ini terkadang harus mengutang ke sanak tetangga jika hasil jualan kerupuknya tak cukup untuk membeli beras.

Ansar (18) warga asal desa Lekopaddis, kecamatan Tinambung, Polewali mandar ini sudah tiga tahun terbaring lemas di rumahnya. Jangankan bekerja membantu meringankan ibunya Fatimah (55) tahun yang hidup berprofesi sebagai pedagang kerupuk. Mengurus dirinya saja sendiri masih harus berpangku tangan pada orang tuanya.

Tak jelas penyakit apa yang diderita Ansar. Yang pasti perutnya kini semakin membuncit dan badannya semakin kurus kerempeng karena menderita sesak nafas dan sakit dada. Ansar hanya bisa terbaring lemas di rumahnya saat Fatimah sedang sibuk membuat kerupuk untuk dijual ke tetanganya. Ansar jatuh sakit pertama kali saat terjatuh dari sebuh pohon mangga sejak tiga tahun lalu. Semula Ansar hanya dibawah berobat ke dukun kampung namun tak kunjung sembuh.  Sejak awal para tetangga sudah menyarankan Fatimah agar memeriksakan anaknya ke rumah sakit, namun karena alasan keterbatasan biaya Fatimah tak kunjung membawa putra bungsunya dari tiga bersaudara.

Ansar memang pernah dibawa ke rumah sakit beberapa pekan lalu, setelah mendapat bantuan biaya sebesar Rp satu juta rupiah  dari camat setempat. Namun Fatimah minta pulang paksa dari rumah sakit. Bantuan senilai satu juta yang diterimanya hanya habis untuk menebus resep dokter. Sementara pekerjaan Fatimah sebgai pedagang kerupuk terhenti total lantaran seluruh waktunya habis untuk mengurus anaknya di rumah sakit. Karena tak punya biaya hidup dan makan, Fatimah akhirnya minta pulang sebelum sembuh atau tahu jenis penyakit anaknya. “Saya minta pulang karena sudah kehabisan biaya. Pekerjana saya terhenti dan saya kesulitan mencari biaya untuk beli beras,”ujar Fatimah

Ansar kini kembali dirawat di rumahnya.  Fatimah berharap Ansar anak bungsunya kelak bisa segera sembuh agar menjadi anak berbakti pada kedua orang tuanya. Fatimah mengaku kerap meneteskan air mata karenatak bisa mengupayakan kesmebuhan anaknya. Fatimah sebetulnya berharap anaknya isa dirawat dokter yang wajar namun karena keterbatasan biaya Fatimah mengaku hanya mengusap dada..

Ansar tak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang wajar lantaran tak punya Jamkesmas. Rumahnya yang sudah tampak reok, seluruh atapnya bocor dan tak kunjung diperbaiki. Jangankan membenahi rumahnya yang membutuhkan dana jutaan rupiah, biaya hidup untuk diri dan anaknya saja morat marit. Hasil jualan kerupuk yang tak seberapa jauh dari cukup untuk menopang kebbutuhan hidupnya sehari-hari.

Pemerintah memang telah menggelontorkan dana milyaran rupiah untuk merenovasi rumah penduduk warga miskin yang layak dibantu. Namun entah karena alasan apa Fatimah tidak termasuk yang beruntung mendapatkan bantuan pemerintah. Sementara di sejumlah desa dan kelurahan banyak warga yang memprotes pemerintah karehna bantuan tersebut dinilai salah alamat. Banyak warga yang rumahnya tergoolong relatif mewah malah mendapat bantuan renovasi.

Fatimah dan anaknya kini hanya pasrah dan berharap kelak ada keajaiban Tuhan pada keluarganya agar anaknya Ansar bisa segera sembuh dan menjadi anak pelipur lara pada orang tuanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar