Bola. Tak punya sarana olahraga yang memadai tidak mengurangi semangat anak-anak desa Lasape, kabupaten Pinrang, Sulawesi selatan untuk menumbuhkan semangat dan bakat mereka bermain bola. Tak punya lapangan bola, Sungai kering di kolong jembatan pun disulap jadi arena bermain bola yang seru. Beragam teknik-teknik bermain bola yang mereka tonton dari pemain idola mereka diperaktekkan dalam permainan ini. Meski pertandingan mereka berlangsung keras tanpa wasit dan petugas keamanan, namun mereka tak pernah terlibat konflik apalagi kerusuhan karena tim mereka kalah bermain.
Jam baru menunjukkan
pukul 15.00 wita, namun puluhan anak-anak desa Lasape, kecamatan Duampanua
Pinrang, Jumat (7/7) kemarin ini sudah larut dalam permainan bola yang seru. Berpeluh
keringat dan pasir tak mereka hiraukan, yang penting mereka bisa bermain dan
menghibur diri.
Tempat mereka bermain
bukanlah lapangan bola seperti yang anda duga, tapi anak-anak ini bermain bola
di sungai yang kering atau saat air surut. Jika hujan dan air sungai naik, para
anak-anak ini tentu saja harus bersabar menunggu sampai air sungai surut. Saat musim
hujan dan sungai meluap mereka tentu saja tak bisa menggelar permainan bola
yang seru dan menghibur ala anak-anak desa ini.
Meski tak ada hadiah apa
pun yang muluk-muluk yang menjadi motifasi anak-anak, permainan mereka tetap
seru. Setiap tim tampak berjuang keras menjadi pemenang dengan cara menyarankan
bola di gawang lawan. Syaratnya Cuma satu, Setiap tim yang kalah harus membuka baju
sampai tim mereka bisa mengalahkan lawannya. Berbeda dengan tim bola lainnya,
jumlah pemain bisa lebih dari 11 orang tergantung jumlah anak-anak yang hadir. Tim
yang terdiri dari beragam usia dan pendidikan ini bisa saja jumnlahnya 12 pemain
atau lebih tergantung anak-anak yang datang.
Meski permainan
mereka berlangsung seru dan keras, namun tak ada keributan antar tim, lantaran
mereka kalah dengan tim lawan. Kekalanhan tim menjadi soal yang biasa saja. Usai
bermain bersama mereka kembali ke desa masing-masing sambil berjalan kaki
hingga 3 kilometer dari lokasi permainan.
Tak ada durasi permainan
yang baku. Permaiann mereka bisa berlangsung lebih dari 2x45 menit, tergantung
waktu. Umumnya permainan mereka dimulai pukul 15.00 wita dan disudahi sesaat
setelah menjelang magrib atau pukul 18.00 wita. Permainan mereka tak dipimpin
wasit apalagi dijaga petugas keamanan. Saling ledek antar tim tak membuat tim
yang kalah tersinggung apalagi berujung tawuran.
Larut dalam permainan
bola seperti ini merupakan bagian dari cara anak-anak di pinrang mengisi waktu
liburan mereka dengan kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan tanpa harus
menguras biaya besar.
Andy, salah satu siswi
SMP di Pinrang ini mengaku terpaksa bermain bola di sungai bersama anak-anak sedesanya
lantaran di kampung halamannya tak punya sarana olahraga seperti lapangan sepak
bola. “sungai jadi lapangan bola karena kita tak punya lapangan bola,”ujar
Andy.
tak jarang anak-anak dari pinrang jago mengocek bola karena tempat latihan mereka tak mesti dilapangan yang seharusnya..
BalasHapuspasir sungai (karangang) pun bisa jadi altrnatifnya..
ewako penrang..
ayo kita ciptakan penerus PRESPIN bahkan TIMNAS...
enrie tho Pekkabata PAria..
Heheheee.....
HapusEwakoo. siapa tahu bibit bola timnas balak lahir dari Pinrang