Selasa, 04 Februari 2014

Dola, Puluhan Tahun Hidup Sebatangkara di Gua Batu

Zaman neolitikum atau zaman batu memang telah berlalu ribuan tahun lalu, ketika pradaban manusia mulai mengenal teknologi maju. Namun di desa kariango, kecamatan lembang, Pinrang sulawesi selatan, seorang perempuan masih harus berjuang hidup di gua batu seorang diri. Dola tidur di sela batu hanya membalut badannya dengan karung plastik. Untuk bisa makan dan bertahan hidup dola hanya makan dedaunan, pisang, dan sikapa atau umbi-umbian yang tumbuh liar di tengah hutan.

Di gua batu yang terletak di tengah hutan persis di desa Kariango, kecamatan Lembang, Pinrang sulawesi selatan inilah dola hidup seorang diri di sela-sela batu, sejak puluhan tahun lalu.

Untuk bisa makan dan bertahan hidup, perempuan dola terpaksa makan dedaunan, buah-buahan, pisang dan sikapa atau umbi-umbian beracun yang tumbuh liar di tengah hutan. Untuk minum sehari-hari dola memanfaatkan air yang muncul di sela-sela batu tak jauh dari gua tempatnya bermukim.

Saat hujan dola kerap basah kuyup, karena sela batu tempatnya tidur kemasukan air// dola kerap menepi lebih dalam dibawah batu sambil duduk agar tak kehujanan.//

Dola hanya memakai pakaian compang camping yang diberikan warga// untuk bisa tidur di sela batu yang dingin terutama di malam hari, Dola hanya membalut badannya dengan karung palstik setiap malam.

Puluhan tahun lalu, Dola memang pernah merasakan kehangatan hidup di tengah keluarga bersama ayah dan ibu, termasuk dua saudaranya. Namun sejak kedua orang tuanya meninggal dunia dan sudaranya menikah, tinggallah dola seorang diri. Dola sempat tinggal bersama sudaranbya beberapa tahun sebelum memilih hidup di sela batu seorang diri. Dola mengaku mengasingkan diri di tengah hutan karena tak ingin menjadi bebani hidup kelurga sudaranya.

Meski tinggal di tengah hutan dola tak pernah berharap belas kasih dari sanak keluarga atau tetangga. Dola tak pernah tahu ketika warga miskin lainnya tengah berebutan bantuan blsm/ atau beras raskin yang menjadi haknya.

Tak mudah bertemu dengan dola di gua batu miliknya, kecuali saat menjelang malam hari. Subuh hari dola sudah meninggalkan istana gua batu tempatnya hidup puluhan tahun lalu. Dola berkeliling dan merambah kawasan hutan ke kawasan hutan lainnya untuk mencari buah-buahan atau dedaunan yang bisa dimakan.

“kande utang, putti sola sikaporo atau makan dedaunan, pisang dan sikaporo atau umbi-umbian yang tumbuh liar di tengah hutan,” ujar Dola, manusia penghuni batu

Sikapa atau umbi-umbian yang tumbuh liar di tengah hutan menjadi incaran dola sebagai salah satu sumber makanan untuk bertahan hidup setiap hari. Namun makanan beracun ini membutuhkan tatacara pengolahan tersendiri untuk membuang zat racun agar tidak mematikan saat dimakan.

Sejumlah warga termasuk sudaranya memmahgvpernah menawari dola untuk tinggal di sekitar pemukiman warga dan meniggalkan istana gua batu miliknya, namun dola memilih menolak dsn memilih tetap bertahan di gua batu.

Perempuan yang tak pandai berbahasa indonesia ini hanya mengerti bahasa daerah pattinjo. Dola mengaku senang tinggal di gua batu karena tak jadi beban bagi siapa pun termasuk keluarga dan sanak tetangganya. Meski hidup dan makan tak menentu, Dola tak pernah mengungkapkan keluh kesal kepada siapa pun. Dola hanya menjawab pertanyaan warga seperlunya saja, ketika ditanya warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar