Potret buram pendidikan di pedesaan hingga kini kondisinya masih memprihatinkan. Meski pemerintah pusat dan daerah telah menggelontorkan dana 20 dalam anggaran APBN dan APBD kondisi sarana dan prasarana pendidkkan di berbagai daerah masih saja tampak miris dan memprihatinkan. Di Polewali Mandar sulawesi barat mislanya sebuah gedung sekolah yang dibangun sejak 1982 lalu kondisinya nyaris ambruk dan membahayaka keselamatan siswa dan guru. Dinding, Plapon dan kuseng yang hancur serta atap yang bocor membuat aktifitas belajar tak bisa dilaksanakan secara maksimal, terutama saat hujan atau angin kencang, lantaran guru dan siswa takut berada di ruang kelas.
Gedung SD 007
Parappe, kecamatan campalagian Polewali Mnadar ini kondisinya tampak
memprihatinkan. Sekolah yang didirikan sejak 1982 hingga kini belum pernah
direnopasi. Dinding-dingding, kusen dan jendelanya lapuk di makan usia. Sedang
palpon anyaman bambu sudah mulai berjatuhan. Rangka atap dan palpon yang lapuk
dimakan usia dan rayap membuat konstruksi bangunan tua yang menampung lebih
dari 200 siswa di sekolah ini rawan ambruk terutama saat hujan dan angin
kencang.
Kondisi paplon dan
atap yang sudah lama bocor membuat aktifitas belajar di sekolah ini sudah lama
tak bisa berjalan efektif, terutama saat angin kencang dan hujan deras karena
seluruh kelas basah. Siswa kerap diungsikan ke tempat lain saat hujan turun
lantaran seluruh ruangan tak bisa dimanfaatkan untuk bernaung. Sanitasi sekolah
yang tidak berpungsi membuat sekolah ini menjadi langganan genangan banjir saat
hujan.
Sejumlah siswa
mengaku khawatir belajar dalam kondisi ruangan yang hancur dan hampir ambruk.
Nmaunkarena tak ada pilihan lain para guru dna siswa pun tetap memanfaatkan
gedung sekolah mereka meski setiap hari cemas akan keselamatannya.
Tak hanya sarana
gedung yang memprihatinkan, mobiler sekolah seperti meja dan kursi tua sebagain
terpaksa ditopang dan diganjal dengan kayu agar bisa dimanfaatkan para siswa
dan guru belajar. Lihat saja satu dari enam ruangan yang memprihatinkan di
sekolah ini, mayoritas meja dan kursinya terpaka diikat dnegan kayu agar tetap
bisa digunakan belajar.
Dahriana, salah satu
guru di sekolah ini mengaku kerap tak bisa mengajar lantaran ruangan kelas
kehujanan dan tergenang banjir hanya dalam tempo beberapa menit setelah hujan.
Seperti guru lainnya Dahriana pun kerap cemas berada di kelas lantaran
kondiisnya yang lapuk dna sewaktu-waktu bisa ambruk menimpa siswa dan guru.
“Kita pasrah saja karena tak ada pilihan lain, jika hujan kerap siswa
diungsikan karena seluruh ruangan basah dan tak bisa digunakan belajar,”ujar
Dahriana.
Kepala sekolah SD 007
Parappe, Abdul Jalil A mengatakan sudha puluhan kali p;ihak sekolah mengusulkan
anggaran renovasi sekolah namun hingga hari ini pemeirntah dalam hal ini dinas
pendidikan setempat belum merespon dengan cara membenahi sekolah mereka.
Menurut jalil sejak
puluhann tahun lalu sekolahnya tak pernah direnovasi termasuk mobilernya. Para
siswa terpaks aduduk berdesakan di kursi reok agar mereka tetap bisa mengikuti
pelajaran.
Saat hujan malam hari
para siswa tak bisa langsung belajar pada pagi hari lantaran ruangan tergenang
air serta kursi dan meja basah. Para siswa harus membersihkan dna mengeringkan
meja sebelum pelajaran dimulai. Siswa yang tengah belajar saat hujan turun
kerap diungsikan ke tempat lain agar tetap bisa belajar dan tak ketinggalan
dengan mata pelajaran yang harus mereka pelajari guna menghadapi ujian. “Kita
pasrah saja dan berharap gedung sekolah tak ambruk saat siswa tengah belajar
agar terhindar dari bencana,”ujar Jalil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar