Selasa, 04 Desember 2012

Sekolah Bocor, Siswa dan Guru Mengungsi Belajar karena Kehujanan


Potret buram pendidikan di pedesaan hingga kini kondisinya masih memprihatinkan. Meski pemerintah pusat dan daerah telah menggelontorkan dana 20 dalam anggaran APBN dan APBD kondisi sarana dan prasarana pendidkkan di berbagai daerah masih saja tampak miris dan memprihatinkan. Di Polewali Mandar sulawesi barat mislanya sebuah gedung sekolah yang dibangun sejak 1982 lalu kondisinya nyaris ambruk dan membahayaka keselamatan siswa dan guru. Dinding, Plapon dan kuseng yang hancur serta atap yang bocor membuat aktifitas belajar tak bisa dilaksanakan secara maksimal, terutama saat hujan atau angin kencang, lantaran guru dan siswa takut berada di ruang kelas.

Gedung SD 007 Parappe, kecamatan campalagian Polewali Mnadar ini kondisinya tampak memprihatinkan. Sekolah yang didirikan sejak 1982 hingga kini belum pernah direnopasi. Dinding-dingding, kusen dan jendelanya lapuk di makan usia. Sedang palpon anyaman bambu sudah mulai berjatuhan. Rangka atap dan palpon yang lapuk dimakan usia dan rayap membuat konstruksi bangunan tua yang menampung lebih dari 200 siswa di sekolah ini rawan ambruk terutama saat hujan dan angin kencang.

Kondisi paplon dan atap yang sudah lama bocor membuat aktifitas belajar di sekolah ini sudah lama tak bisa berjalan efektif, terutama saat angin kencang dan hujan deras karena seluruh kelas basah. Siswa kerap diungsikan ke tempat lain saat hujan turun lantaran seluruh ruangan tak bisa dimanfaatkan untuk bernaung. Sanitasi sekolah yang tidak berpungsi membuat sekolah ini menjadi langganan genangan banjir saat hujan.

Sejumlah siswa mengaku khawatir belajar dalam kondisi ruangan yang hancur dan hampir ambruk. Nmaunkarena tak ada pilihan lain para guru dna siswa pun tetap memanfaatkan gedung sekolah mereka meski setiap hari cemas akan keselamatannya.

Tak hanya sarana gedung yang memprihatinkan, mobiler sekolah seperti meja dan kursi tua sebagain terpaksa ditopang dan diganjal dengan kayu agar bisa dimanfaatkan para siswa dan guru belajar. Lihat saja satu dari enam ruangan yang memprihatinkan di sekolah ini, mayoritas meja dan kursinya terpaka diikat dnegan kayu agar tetap bisa digunakan belajar.

Dahriana, salah satu guru di sekolah ini mengaku kerap tak bisa mengajar lantaran ruangan kelas kehujanan dan tergenang banjir hanya dalam tempo beberapa menit setelah hujan. Seperti guru lainnya Dahriana pun kerap cemas berada di kelas lantaran kondiisnya yang lapuk dna sewaktu-waktu bisa ambruk menimpa siswa dan guru. “Kita pasrah saja karena tak ada pilihan lain, jika hujan kerap siswa diungsikan karena seluruh ruangan basah dan tak bisa digunakan belajar,”ujar Dahriana.

Kepala sekolah SD 007 Parappe, Abdul Jalil A mengatakan sudha puluhan kali p;ihak sekolah mengusulkan anggaran renovasi sekolah namun hingga hari ini pemeirntah dalam hal ini dinas pendidikan setempat belum merespon dengan cara membenahi sekolah mereka.

Menurut jalil sejak puluhann tahun lalu sekolahnya tak pernah direnovasi termasuk mobilernya. Para siswa terpaks aduduk berdesakan di kursi reok agar mereka tetap bisa mengikuti pelajaran.

Saat hujan malam hari para siswa tak bisa langsung belajar pada pagi hari lantaran ruangan tergenang air serta kursi dan meja basah. Para siswa harus membersihkan dna mengeringkan meja sebelum pelajaran dimulai. Siswa yang tengah belajar saat hujan turun kerap diungsikan ke tempat lain agar tetap bisa belajar dan tak ketinggalan dengan mata pelajaran yang harus mereka pelajari guna menghadapi ujian. “Kita pasrah saja dan berharap gedung sekolah tak ambruk saat siswa tengah belajar agar terhindar dari bencana,”ujar Jalil

Para guru mengaku prihatian namun karena tak ada jalan lain mereka hanya pasrah dan berharap saat jam belajar gedung mereka tak runtuh. Mereka berharap pemerintah bisa segera membenahi gedung sekolah mereka agar tidak membawa petaka pada guru dan lebih dari 200 siswa yang setiap hari belajar di sekolah ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar