Senin, 19 November 2012

Tanpa Seragam, 1700 Siswa Percaya Diri ke Sekolah


Kampanye wajib belajar (wajar) 12 tahun terus digalakkan pemerintah dan dinas pendidikan di Polewali mandar, Sulawesi barat, bekerja sama dengan sejumlah steakholder seperti perusahaan dan BUMD. Ribuan anak-anak putus sekolah di 16 kecamatan di Polewali mandar, karena beragam alasan meninggalkan habitatnya, Senin (19/11) hari ini kembali disekolahkan meski tanpa menggunakan seragam. Para siswa yang datang dari beragam latar belakang sosial dan ekonomi ini tampak haru dan bergembira karena hari ini bisa sekolah kembali. Para siswa di sekolah yang menjadi rujukan pun menyambut teman mereka dengan gembira sambil menyediakan kursi dan meja untuk teman-teman barunya.

Suasana pengembalian ribuan siswa SD dan SMP di 16 kecamatan di Polewaali Mandar, Senin (19/11) hari ini berlangsung mengharukan. Para siswa ini putus sekolah karena beragam alasan seperti tak punya seragam, akses sarana pendidikan yang jauh, hingga memilih bekerja membantu orang tua karena keterdesakan ekonomi,.

Para siswa diantar rombongan petugas dinas pendidikan, para camat dan kepala desa setempat, ke sekolah pilihan mereka, tampak sumringah hingga meneteskan air mata haru saat disambut gembira teman-teman mereka di sekolahnya. Para siswa yang berlatar belakang dari keluarga miskin ini gembira karena mereka bisa kembali bersekolah dan berkumpul bersama rekan mereka.

Teman di sekolah rujukan pun tampak menyambut gembira rekan mereka. Tanpa diminta para siswa sendiri menyediakan bangku dna meja untuk teman baru mereka.

Ilyas, salah satu siswa yang sempat putus sekolah karena alasan ekonomi ini bangga karena bisa kembali bersekolah. Meski hari ini tanpa menggunakan seragam, namun pihak dinas dan sekolah telah menjanjikan berbagai perlengkapan seperti seragam, tas, sepatu dan kebutuhan sekolah lainnya termasuk buku dan alat tulis menulis. “Saya senang bisa sekolah kembali, dulu tidak lanjut sekolah karea alasan orang tua tak mapu membiayai, teman saya kini sudah duduk di kelas dua SMP,”ujar Ilyas sesunggukan sambil berusaha menyeka air matanya.

Sudirman, siswa lainnya yang tidak sempat melanjutkan pendidikaknnay di SMP hingga tamat karena alasan biaya pendidikan dan jarak tempuh ke sekolahnya jauh kini bergembira karena sudah bisa sekolah kembali tanpa harus mengeluarkan biaya. Kebutuhan sekolah speerti tas, sepatu, seragam dan akomodasi lainnya disediakan pemerintah.

Menanggapi banyaknya keluhan orang tua dan siswa yang beralasan tidak bisa melanjutkan sekolah hingga 12 tahun lantaran terkendala biaya pendidikan, tak punya seragam dan fasilitas pendidikan yang jauh dari tempat mereka menurut kepala dinas pendidikan dan olahraga (dispora) Polewali Mandar, Arifuddin Toppo menegaskan, tak alasna seragam dna jarak tempuh ke sekoah tak boleh lagi jadi alasna bagi siapa pu untuk tidak menyekolahkan anaknya sampai tuntas.

Menurut Arifuddin ini adalah perintah undang-undang dan pemerintah daerah sendiri kini berupaya menyediakan segala kebutuhan personal siswa agar merejka bis amendapatkan hak pendidkan yang layak. Salah satunya adalah memnyediakan seragam dan kebutuhan sekolah lainnya, termasuk akan menyediakan sarana angkutan agar siswa yang rumahnya jauh dari pusat sekoah tetap bisa bersekolah.

Meski tercatat lebih dari 2600 siswa tercatat putus sekolah dnaa tidak lanjut sekolah, namun upaya pendekatan yang dilakukan dinas pendidikan dan aparat pemerintah daerah setempat baru bisa mengajak 1700 lebih siswa kembali bersekolah hari ini.

Dinas pendidikian kewalahan mengatasi anak-anak yang berniat kembali ke sekolah. Sejumlah siswa semula hanya ingin mengikuti paket A dan Paket B, alasannya malu bersekolah lagi karena teman-tema sebayanya sudah lama meninggalkan mereka, namun belakangan banyak siswa berubah pikiran. Semula memilih sekolah non formal kini berubah pikiran setelah melihat antusia steman-teman mereka yang lain memilih bersekolah di sekolah formal.

Dinas pendidikan tak mempermasalahkan, hanya saja siswa yang dicatata semula inginmenempuh pendidikan non formal harus bersabar menunggu pembagian paket bantuan seperti seragam, tas, sepatu karena sebelumnya tidak dianggarkan.

Dinas pendidikan menyatakan 2600 lebih sisw ayang tercatat tidak sekolah kemungkinan bisa bertambah lantaran saat pendataan banyak siswa tidak berada di tempat. Pemerintah sendiir kini terus berupaya mengajak peran serta orang tua, masyarakat dan pihak mana pun agar ribaun anak-anak lainya yang belu sempat kembali ke sekolah bisa segera disekolahkan seperti teman-teman mereka hari ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar