Senin, 01 Oktober 2012

Tolak Praktek Kekerasan, Ratusan Siswa Usir 'Kepala Sekolahnya'

Tolak Kekerasan. Lantaran kepala sekolah mereka dinilai sering melakukan praktek kekerasan yang tidak mencerminkan sebagai jiwa pendidik di sekolah. Ratusan siswa di Polewali mandar, Sulawesi barat, menggelar aksi unjuk rasa di halaman sekol;ah mereka, Senin (01/09) siang tadi. Mereka mengusir sang kepala sekolah keluar dari ruangan dan halaman sekolah mereka. Para siswa menuntut Depag Polewali mandar segera menarik dan mengantikan kepala sekolah mereka dengan guru lain. Para siswa juga menilai kepala sekolah tidak pernah menunjukkan apresiasi positif terhadap kemajuan sekolah dan anak didiknya.

Aksi mogok belajar para siswa MAN 2 Matakali Polewali mandar ini berlangsung di halaman sekolah mereka. Setiap kursi dan bangku belajar dikeluarkan dari ruangan  sementara siswa memilih berorasi sambil memaki-maki sang kepala sekolah di hadapan siswa dan guru-guru. Keributan sempat terjadi lantaran para siswa yang mengusir kepala sekolah mereka agar meniggalakj nsekolah dihadang sejumlah guru karena perlakukan siswa dinilai tidak beradab. Pertengkaran sempat terjadi namun sejumlah guru memilih mengalah dan tetap membiarkan para siswa mengelar aksi..

Para siswa menyatakan menolak segala bentuk praktek kkeerasan atas nama mendidik di sekolah. Hukuman dengan cara dijemur di tengah panas matahari, ditampar guru dan kepala sekolah hanyalah beberapa bentuk kekerasan yang kerap menimpa para siswa di sekolah.

Para siswa juga memprotes pungutan yang dilakukan kepala sekolah karena dinilai sarat korupsi dan melanggar undang-undang di tengah semangat bangsa memajukan pendidikan.

Para siswa mengaku mereka telah dimintai dana pembangunan sarana sekolah seperti Musollah dan mobiler sekolah, namun hingga tiga tahun setelah mengumpulkan uang Rp 250 ribu per siswa, musollah yang dijanjikan tak kunjung bisa dimanfaatkan para siswa sebelum tamat sekolah. “Sudah tiga tahun siswa diminta membayar pembangunan sarana sekolah seperti musollah namun hingga tiga tahun setelah dibayar, musollah tak kunjung dinikmati siswa,”ujar Ruslan siswa yang ikut berunjuk rasa.

Puncak kemarahan para siswa dan pengurus lembaga kesiswaan seperti osis, pramuka dan PMR terjadi ketika pekan lalu para siswa mengikuti kegiatan ektra kokurikuler dari seluruh sekolah di Polewali mandar, namun mereka kecewa karena harus berjuang membiayai dirinya sendiri pada hal mereka mewakili sekolah. Jangankan mendapat biaya operasinal tenda untuk perkemahan siswa saja tak mendapat anggaran apa pun dari sekolah.

Para siswa juga memprotes kepala sekolah mereka lantarana dinilai tidak memberi apresiasi positif terhadap kemajuan sekolah dan minat bakat para siswa. Para siswa kecewa karena tidak satupun kegiatan ekstra kokurikuler untuk pengembangan minat bakat para siswa yang mendapat suffort anggaran dari sekolah.

Rahim, koordinator aksi menyatakan puncak kemarahan para siswa dan pengurus lembaga kesiswaan di sekolahnya karena hingga tiga tahun terakhir aktifitas ekstra kokurikuler para siswa tak pernah mendapat dukungan pendanaan sekolah, para siswa sendiri yang harus menguras kocek pada hal mereka mewakili atas nama sekolah. “Bayangkan setiap lembaga kesiswaan di sekolah harus berjuang mengurus dirinya sendiri termasuk membiayai dirinya sendiri. Kami ikut perkemahan bersama sekolah lain jangankan diberi biaya operasional, biaya sewa tenda saja harus ditanggungsendiri oleh siswa,”ujar Rahim

Kepala sekolah MAN 2 Matakali, Ruaeda mengakui pernah melakukan aksi kekerasan dengan cara menampar siswanya, namun itu dilakukan untuk memberi pendidikan pada siswa yang bersangkutan. Ruaeda juga mengaku selama ini memang tidak pernah transfaran soal pengelolaan dana anggaran dipa di sekolahnya. Nmaun ia siap membeberkan data keuangan sekolah jika diminta.

“Saya memang tempo hari menampar siswa, tapi itu sebagai bentuk pendidikan. Saya juga mengaku selama ini tidak terbuka soal penggunaan dana dipa ytapi jika diminta menjelaskannnya saya bersedia kapan saja,”ujar Ruaedah.

Namun ia meminta semua siswa dan guru memahami bahwa di sekolah MAN berbeda dnegan sekolah umum yang mendapat dana pemerintah dan dana komite sekoloah.  Sumber dana sekolah menuurt Ruaeda hanya berasal dari DIPA dan tak ada dana komite sekolah.

Para sisw amenyatakan akan terus menggelar aksi mogok belajar sampai kepala sekolah mereka diganti. tAksi mogok belajar diakhiri dengan cara meniggalkan sekolah atau pulang ke ruamh masing-masing. Para siswa berharap tuntutannya mendapat respon positif petinggi di depag agar aktifitas belajar di sekolahnya bisa kembali berjalan setelah masalah di sekolahnya terselesaikan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar