Tolak Kekerasan. Lantaran kepala sekolah
mereka dinilai sering melakukan praktek kekerasan yang tidak mencerminkan
sebagai jiwa pendidik di sekolah. Ratusan siswa di Polewali mandar, Sulawesi
barat, menggelar aksi unjuk rasa di halaman sekol;ah mereka, Senin (01/09)
siang tadi. Mereka mengusir sang kepala sekolah keluar dari ruangan dan halaman
sekolah mereka. Para siswa menuntut Depag Polewali mandar segera menarik dan
mengantikan kepala sekolah mereka dengan guru lain. Para siswa juga menilai
kepala sekolah tidak pernah menunjukkan apresiasi positif terhadap kemajuan
sekolah dan anak didiknya.
Para sisw amenyatakan akan terus menggelar aksi
mogok belajar sampai kepala sekolah mereka diganti. tAksi mogok belajar
diakhiri dengan cara meniggalkan sekolah atau pulang ke ruamh masing-masing. Para
siswa berharap tuntutannya mendapat respon positif petinggi di depag agar
aktifitas belajar di sekolahnya bisa kembali berjalan setelah masalah di
sekolahnya terselesaikan
Aksi mogok belajar
para siswa MAN 2 Matakali Polewali mandar ini berlangsung di halaman sekolah
mereka. Setiap kursi dan bangku belajar dikeluarkan dari ruangan sementara siswa memilih berorasi sambil
memaki-maki sang kepala sekolah di hadapan siswa dan guru-guru. Keributan
sempat terjadi lantaran para siswa yang mengusir kepala sekolah mereka agar
meniggalakj nsekolah dihadang sejumlah guru karena perlakukan siswa dinilai
tidak beradab. Pertengkaran sempat terjadi namun sejumlah guru memilih mengalah
dan tetap membiarkan para siswa mengelar aksi..
Para siswa menyatakan
menolak segala bentuk praktek kkeerasan atas nama mendidik di sekolah. Hukuman
dengan cara dijemur di tengah panas matahari, ditampar guru dan kepala sekolah hanyalah
beberapa bentuk kekerasan yang kerap menimpa para siswa di sekolah.
Para siswa juga
memprotes pungutan yang dilakukan kepala sekolah karena dinilai sarat korupsi
dan melanggar undang-undang di tengah semangat bangsa memajukan pendidikan.
Para siswa mengaku mereka
telah dimintai dana pembangunan sarana sekolah seperti Musollah dan mobiler
sekolah, namun hingga tiga tahun setelah mengumpulkan uang Rp 250 ribu per
siswa, musollah yang dijanjikan tak kunjung bisa dimanfaatkan para siswa
sebelum tamat sekolah. “Sudah tiga tahun siswa diminta membayar pembangunan
sarana sekolah seperti musollah namun hingga tiga tahun setelah dibayar,
musollah tak kunjung dinikmati siswa,”ujar Ruslan siswa yang ikut berunjuk
rasa.
Puncak kemarahan para
siswa dan pengurus lembaga kesiswaan seperti osis, pramuka dan PMR terjadi
ketika pekan lalu para siswa mengikuti kegiatan ektra kokurikuler dari seluruh
sekolah di Polewali mandar, namun mereka kecewa karena harus berjuang membiayai
dirinya sendiri pada hal mereka mewakili sekolah. Jangankan mendapat biaya
operasinal tenda untuk perkemahan siswa saja tak mendapat anggaran apa pun dari
sekolah.
Para siswa juga
memprotes kepala sekolah mereka lantarana dinilai tidak memberi apresiasi
positif terhadap kemajuan sekolah dan minat bakat para siswa. Para siswa kecewa
karena tidak satupun kegiatan ekstra kokurikuler untuk pengembangan minat bakat
para siswa yang mendapat suffort anggaran dari sekolah.
Rahim, koordinator
aksi menyatakan puncak kemarahan para siswa dan pengurus lembaga kesiswaan di
sekolahnya karena hingga tiga tahun terakhir aktifitas ekstra kokurikuler para
siswa tak pernah mendapat dukungan pendanaan sekolah, para siswa sendiri yang
harus menguras kocek pada hal mereka mewakili atas nama sekolah. “Bayangkan
setiap lembaga kesiswaan di sekolah harus berjuang mengurus dirinya sendiri
termasuk membiayai dirinya sendiri. Kami ikut perkemahan bersama sekolah lain
jangankan diberi biaya operasional, biaya sewa tenda saja harus
ditanggungsendiri oleh siswa,”ujar Rahim
Kepala sekolah MAN 2
Matakali, Ruaeda mengakui pernah melakukan aksi kekerasan dengan cara menampar
siswanya, namun itu dilakukan untuk memberi pendidikan pada siswa yang
bersangkutan. Ruaeda juga mengaku selama ini memang tidak pernah transfaran
soal pengelolaan dana anggaran dipa di sekolahnya. Nmaun ia siap membeberkan
data keuangan sekolah jika diminta.
“Saya memang tempo
hari menampar siswa, tapi itu sebagai bentuk pendidikan. Saya juga mengaku
selama ini tidak terbuka soal penggunaan dana dipa ytapi jika diminta
menjelaskannnya saya bersedia kapan saja,”ujar Ruaedah.
Namun ia meminta
semua siswa dan guru memahami bahwa di sekolah MAN berbeda dnegan sekolah umum
yang mendapat dana pemerintah dan dana komite sekoloah. Sumber dana sekolah menuurt Ruaeda hanya
berasal dari DIPA dan tak ada dana komite sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar