Kamis, 18 Oktober 2012

Protes Kekerasan, Junalis Sulbar Jalan Mundur


Tindak kekerasan ala premanisme yang dipertontonkan sejumlah aparat tni auri dalam penanganan kasus jatuhnya pesawat tempur hawk 200 milik tni di riau, pekan baru, senin lalu terus menuai keceman keras dari berbagai jurnalis, lsm dan mahasiswa pro demokrasi dan anti kkeerasan di tanah air. Di majene sulawesi barat, puluhan jurnalis, aktifis kemanusiaan dan mahasiswa prodemokrasi dan anti kekerasan mengecam tindakanbrutal aparat auri dengan cara menggelar aksi jalan mundur dari bundaran assamelewuang kota majen hingga ke pasar sentral majene, Kamis (18/10) siang tadi.

Cuaca panas dan arus lalulintas yang padat tak menghalangi aksi puluhan jurnalis/ aktifis kemanusiaan/ dan mahasiswa pro demokrasi dan anti kekerasan mengeglar aksi dnegan cara jalan mundur dari bundaran patung assamalewung majene hingga ke kawasan pasar sentral majene.

Aksi para juranlis ini juga diwarnai adegan kkeerasan dan aksi perampasan kamera oleh aparat tni auri// selain meggelar jalan mundur/ para jurnalis juga mengumpulkan id card sebagai bentuk protes terhadap lemahnya peran negara dalam memberi perlindungan terhadap para pekerja jurnalis.

Koordinator aksi alimukhtar mengatakan/ tindakan premanisme aparat tni terhadap jurnalis di riau pekan baru adalah kasus kekerasan yang kesekian kalinya dilakukan aparat tni dalam berhadapan dnegan para pekerja media.

Sikap premanisme yang kerap dipertontonkan aparat tni dalam menghadapi media dan masyarakat yang berseberangan kepentingan adalah sebuah contoh dan pereseden buruk di tengah bangsa indonesia sedang membangun tatanan demokrasi yang bermartabat.

Alimuhtar dalam pernyatana sikapnya menegaskan, insiden pemukulan wartawan oleh aparat auri di riau pekan baru adalah pelanggaran undang-undang keterbukaan inpormasi publik, dan undnag-undang pers nomor 40 tahun 1999.

Karennaya alimuhtar mendesak petinggi tni khususnya di jajaran angkatan udara republik indoensia agar memberi tindakan tegas dan pembinaan pada aparatnya. Apalagi kekerasan di depan publik dan anak-anak di riau justru dilakukan perwira tni setingakt kolonel yang sleangkah lagi bakal menjadi jenderal.

Jurnalis di sulbar mendesak petinggi tni agar memproses hukum anggotanya. Bukan sekedar live service apalagi hanya sekedar cuma polemik tni dnegan masyarakat dalam menyikapi kasus ini. Sebagai manusia tak salah jika korban memafkan pelaku kekerasan, namun demi hukum tak boleh ada pihak yang kebal hukum, termasuk aparat tni yang seharusnya menjadi teladan terdepan dalam menata demokrasi dan kebebasan tanpa kkeerasan di negeri ini.

Alimukhtar juga mengatakan, tindakan main hakim sendiir yang dilakukan aparat auri di riau menunjukkan tradisi kkeerasan dan perbuatan main hakim sendiri kerap dipertontontonkan secara terbuka justru ioleh aparat sendiri.

Eskalasi kekerasan yang makin masif dipertontonkan aparat dari institusi negara, seperti tni-polri dan lainnya menunjukann betapa lemahnya peran negara dalam memberi perlindungan kepada para pekrja jurnalis yang konon dilindungi undnag-undang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar