Tindak kekerasan ala premanisme yang dipertontonkan sejumlah aparat tni auri dalam penanganan kasus jatuhnya pesawat tempur hawk 200 milik tni di riau, pekan baru, senin lalu terus menuai keceman keras dari berbagai jurnalis, lsm dan mahasiswa pro demokrasi dan anti kkeerasan di tanah air. Di majene sulawesi barat, puluhan jurnalis, aktifis kemanusiaan dan mahasiswa prodemokrasi dan anti kekerasan mengecam tindakanbrutal aparat auri dengan cara menggelar aksi jalan mundur dari bundaran assamelewuang kota majen hingga ke pasar sentral majene, Kamis (18/10) siang tadi.
Cuaca panas dan arus
lalulintas yang padat tak menghalangi aksi puluhan jurnalis/ aktifis
kemanusiaan/ dan mahasiswa pro demokrasi dan anti kekerasan mengeglar aksi
dnegan cara jalan mundur dari bundaran patung assamalewung majene hingga ke
kawasan pasar sentral majene.
Aksi para juranlis
ini juga diwarnai adegan kkeerasan dan aksi perampasan kamera oleh aparat tni
auri// selain meggelar jalan mundur/ para jurnalis juga mengumpulkan id card
sebagai bentuk protes terhadap lemahnya peran negara dalam memberi perlindungan
terhadap para pekerja jurnalis.
Koordinator aksi alimukhtar mengatakan/ tindakan
premanisme aparat tni terhadap jurnalis di riau pekan baru adalah kasus
kekerasan yang kesekian kalinya dilakukan aparat tni dalam berhadapan dnegan
para pekerja media.
Sikap premanisme yang kerap dipertontonkan aparat tni
dalam menghadapi media dan masyarakat yang berseberangan kepentingan adalah
sebuah contoh dan pereseden buruk di tengah bangsa indonesia sedang membangun
tatanan demokrasi yang bermartabat.
Alimuhtar dalam pernyatana sikapnya menegaskan,
insiden pemukulan wartawan oleh aparat auri di riau pekan baru adalah
pelanggaran undang-undang keterbukaan inpormasi publik, dan undnag-undang pers
nomor 40 tahun 1999.
Karennaya alimuhtar mendesak petinggi tni khususnya di
jajaran angkatan udara republik indoensia agar memberi tindakan tegas dan
pembinaan pada aparatnya. Apalagi kekerasan di depan publik dan anak-anak di
riau justru dilakukan perwira tni setingakt kolonel yang sleangkah lagi bakal
menjadi jenderal.
Jurnalis di sulbar mendesak petinggi tni agar
memproses hukum anggotanya. Bukan sekedar live service apalagi hanya sekedar
cuma polemik tni dnegan masyarakat dalam menyikapi kasus ini. Sebagai manusia
tak salah jika korban memafkan pelaku kekerasan, namun demi hukum tak boleh ada
pihak yang kebal hukum, termasuk aparat tni yang seharusnya menjadi teladan
terdepan dalam menata demokrasi dan kebebasan tanpa kkeerasan di negeri ini.
Alimukhtar juga mengatakan, tindakan main hakim
sendiir yang dilakukan aparat auri di riau menunjukkan tradisi kkeerasan dan
perbuatan main hakim sendiri kerap dipertontontonkan secara terbuka justru
ioleh aparat sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar