Senin, 03 September 2012

Ciptakan Sepeda Kayu, Cermin Semnagat Bocah dari Desa Terpencil


Sepeda Kayu. Keterbatasan sarana transfortasi dan pendidikan yang tidak memadai, tidak membuat para siswa terpencil di Polewali Mandar, Sulawesi barat kehilangan semangat kreatifitas dan inovasi dalam mengatasi ketertinggalan mereka. Tak bisa membeli sepeda mewah yang harganya ratusan ribu rupiah, kayu pun dimanfaatkan untuk membuat sepeda mulai dari ban, setir hingga pembuatan casis sepeda semuanya dibuat dari bahan kayu. Agar jalannya lebih nyaman saat dikemudikan, ban yang dibuat dari papan berbentuk lingkaran menyerupai ban diberi alas karet.

Tak bisa membeli sepeda canggih yang harganya mahal hingga jutaan rupiah, tidak membuat para siswa SD Lenggo, salah satu sekolah terpencil di desa Lenggo, kecamatan Luyo, Polewali mandar ini kehilangan cara.

Bahan baku kayu yang melimpah di sekitar mereka mengilahami para siswa untuk membuat sepeda tiruan dari kayu. Namanya juga sepeda kayu seluruh bahan-bahannya seperti ban, casis, setir dibuat dari kayu. Ban misalnya dibuat dari papan yang dibentuk menyerupai ban. Agar jalannya bisa lebih enak dan lebih nyaman dikemudiakn ban-ban kayu ini diberi alas karet..

Untuk membuat sebuah sepeda kayu anak-anak tak perlu menguras kocek yang mahal. Hanya dengan memanfaatkan kayu-kayu yang tersedia di sekitar mereka, anak-anak ini sudah bisa bersepada kayu.

Lihat saja belasan anak-anak SD Lenggo di kecamatan Luyo ini, saat bepergian ke sekolah mereka memanfaatkan sepeda kayu sebagai sarana transfortasi dari rumah ke sekolah mereka.

Saat kelelahan bersepeda menempuh jalan yang berbukit dan tidak rata, anak-anak ini kerap beritirahat di jalan bersama rekan-rekan mereka.

Tiba di sekolah yang berjarak beberapa kilometer dari rumahnya, para anak-anak desa ini langsung masuk ke kelas belajar. Sepeda kayu buatan mereka disimpan di sekitar sekolah. Dan usai belajar dan waktu pulang sekolah, sepeda-sepeda kayu ini kemudian kembali menjadi dewa penolong sebagai sarana trasfortasi alternatif para siswa. Sementara sejumlah siswa yang tidak bsia membaut sepeda kayu terpaksa hanya berjalan kaki dari rumah ke sekolah mereka.

Membandingkan sepeda kayu buatan anak-anak desa di Polewlai Mandar ini dengan sepeda moderen yang dimiliki kebanyakan anak-anak di kota yang relatif lebih maju dan tingkat perekonomiannya lebih mapan, tentu tak adil dan tak bisa dibandingkan.

Namun yang terpenting adalah sepeda kayu karya anak-anak desa terpencil ini  lahir dari semnagat kreatifitas dan inovasi anak-anak desa terpencil dalam mengatasi kesulitan mereka, termasuk ketertinggalan sarana transfortasi yang kurang memadai.

Bagi warga desa terpencil di Polewali Mandar, sarana transfortasi antar desa dan kota kecamatan masih menjadi persoalan pelik. Selain sarana jalan yang masih tertinggal fasilitas transfortasi masih sangat terbatas. Untuk bepergian ke kota warga hanya memanfaatkan beberapa sarana angkutan umum yang hanya beroperasi dua kali sepekan terutama pada hari pasar.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar