Senin, 17 September 2012

Menderita Lumpuh, Nenek Terkucil Berharap Dipindahkan ke Tengah Pemukiman


Menikmati sisa umur di usia senja dan tak lagi produktif, seharusnya dihabisakan dengan beristirahat dan bermain bersama cucu di rumah. Namun Kanne Kindo (80), seorang nenek renta di Polewali Mandar, Sulawesi barat justru harus berjuang  seorang diri menghadapi persoalan hidupnya. Kelumpuhan kedua kakinya sejak beberapa bulan lalu membuat kindo makin kesulitan. Jangankan menolong orang lain menolong dirinya sendiri saja seperti mengurus makan dan minum tak mampu dilakuannya sendiri. Kindo Kanne kini hanya bisa berdoa setiap hari di gubuknya akan ada warga yang sudih mampir atau lewat di sekitar gubuknya di tengah hutan agar ia bisa minta tolong sekedar untuk mengambil air minum atau meminta makanan apa saja untuk menyambung hidupnya.
Gubuk berukuran 2x1,5 meter milik Kanne Kindo (80) ini terletak di tengah hutan di desa Luyo, kecamatan Luyo Polewali mandar.  Tiangnya hanya ditopang dnegan empat tiang kayu. Dindingn dan atap rumahnya terbuat dari pelepah nipah. Kanne tinggal di gubuk reok yang sudah miring ini sejak puluhan tahun lalu.

Kindo membuang diri dari keluarga dan kampung halamannya sejak puluhan tahun lalu di gubuk tua yang berada tengah hutan ini lantaran malu karena dulu pernah menderita penyakit kusta. Meski sudah dinyatakan sembuh setelah ditangani petugas kesehatan setempat, Kanne kini tak bisa mencari jejak keluarganya. Kanne mengaku pernah punya suami dan dua anak. Namun sejak lama Kanne kini tak lagi pernah bertemu dengan sanak keluarganya. Kanne yang tak pernah mengenyam bangku sekolah ini mengaku tidak tahu lagi kampung halamannya. Kanne hanya mengigat nama anak dan sejumlah keluarga dekatnya, namun tak tahu apa nama kampung halamannya.

Dulu ketika masih kuat dan masih bisa berjalan, Kanne bekerja menghidupi dirinya sendri dengan cara mencari buah-buahan apa saja di tengah hutan atau mencari kelapa yang tumbuh liar sekedar untuk dimakan. Namun setelah lumpub cukup lama Kanne kini hanya bisa berdiam diri di atas gubuknya. Jangankan berjalan dan turun dari rumahnya, menggerakkan badannya saja sulit lantaran kedua kaki dan badannya lumpuh. Jika lama duduk Kanne kerap jatuh sendiri.

Setiap hari Kanne mengaku hanya bisa berdoa agar ada warga yang melintas di dekat gubuknya dan Kanne bisa minta tolong sekedar untuk minta air minum atau makanan apa saja untuk menyambung hidup. Namun Kanne mengaku bersyukur karena sejumlah warga di kampungnya masih kerap membawa air minum atau makanan apa saja yang bisa dimakan. Saat tak ada lagi warga yang datang, Kanne kerap hanya makan pisang rebus pemberian warga yang disimpan dan bertahan lebih lama. Atau berpuasa jika tak ada lagi warga yang melintas.

Kanne yang ditanya apakah bersedia pindah ke tengah pemukiman penduduk jika diminta pemerintah, mengaku bersedia dipindahkan asalkan tidak ada warga yang keberatan apalagi jijik menerima kehadirannya. Kanne berharap tinggal di dekat pemukiman penduduk ia bisa lebih mudah minta tolong kepada warga untuk mengambil air atau meminta makanan jika tak ada makanan di gubuknya. “Saya bersedia pindah asal tidak ada warga yang keberatan atau tidak jijik menerima kehadiran saya,”ujar Kanne berharap kehadirannya tidak jadi beban masyarakat di desanya.

Rusdi, salah seorang warga desa Luyo mengaku prihatin dengan kondisi hidup sang nenek yang tinggal sebatang kara jauh dari pemukiman penduduk. Saat sakit lumpuh dan tak bisa berjalan meniggalkan tempatnya menurut Rusdi snag nenenak baru bisa makan dna minum jika ada warga yang kebetulan lewan atau memberinya air atau makanan apa saja yang layak dimakan sang nenek untuk menyambung hidupnya.

Rusdi menyatakan jika Kindo tinggal di sekitar pemukiman penduduk akan memudahkan warga untuk mmeberi pertolongan atau memberi makanan apa saja untuk sang nenek tanpa harus sengaja mengunjunginya digubuknya yang jauh dari kampung.

Rusdi yang bersedia menawakan lokasi di sekitar rumahnya untuk menampung kehadiran snag nenek jika dievakuasi dari hutan ke tengah pemukiman penduduk, mengaku akan mendiskusikan hal ini kepada kepala desa dan masyarakat setempat. “Saya akan diskusikan dulu dnegan pak desa dan masyarakat apakah mereka keberatan jika nenek ini dipndah ke sektar pemukiman penduduk,”ujar Rusdi saat datang menjenguk dan membawa makanan untuk sang nenek.

Sebelumnya pemeirntah desa setempat mengaku kesulitan mempertemuan keluarga besarnya agar bisa merawat sang nenek lebih baik di masa tuanya lantaran sang nenek sendiri sudah tak ingat lagi kamung halamannya, termasuk tak lagi mengiat sanak kelurga besarnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar