Senin, 06 Agustus 2012

Mesjid Salabose, Jejak Peradaban Islam di Tanah Mandar yang Tetap Lestari


Mesjid tertua Salabose di Majene Sulawesi barat hingga kini masih berdiri kokoh. Mesjid yang dibangun sejak ratusan tahun lalu  oleh tokoh penyebar Islam pertama di Majene Syeh Abdul Manna bersama pengikutnya menjadi jejak sejarah peradaban Islam di tanah mandar. Tak Mesjid ini tetap dipertahankan keutuhannya sebagai benda purbakala. Mesjid yang berdiri di puncak bukit Salabose ini juga terdapat benda purbakala lainnya yakni Al Quran tertua yang ditulis tangan dengan tinta dari pohon kayu. serta sebuah makam Syeh Abdul mannan yang tetap dilestarikan warga dan pemerintah.

Menurut catatan sejarah, Masjid Salabose tersebut dibangun pada abad ke 16 oleh syekh Abdul mannan, tokoh penyebar Islam pertama di Sulawesi barat bersama para pengikutnya. Masjid yang dibangun di atas puncak Salabose  merupakan mesjid pertama di Majene dan Sulawesi barat. Di Tempat inilah konon Syeh Abdul mannan mulai menyebarkan islam kepada masyarakat Majene dan sulawsi barat yang kalah itu masih hidup dengan kepercayaan animisme.

Meski beberapa bagian mesjid ini telah direnovasi karena lapuk dimakan usia namun sejumlah ornamen penting lainnya seperti kubah dan dinding yang terbuat dari batu yang konon perekatnya adalah telur, hingga kini tampak masih kokoh dan utuh. Dinding kuba misalnya hingga kini masih tetap dipertahankan oleh masyarakat setempat. Mesjid ini sendiri tergolong sebagai salah satu mesjid purbakala yang tetap dijaga pemerintah.

Meski penyebaran islam di zaman syeh abdul manna yang diberi gelar Tosalamaq di Salabose, hanya berlangsung puluhan tahun namun jumlah pengikut Islam di majene dan sulawesi barat hingga hari ini mencapai 80 persen.  Di Majene sendiri 83 persen penduduknya adalah pemeluk Islamn.

 Jejak-jejak sejarah yang masih dapat ditemui tentang Syekh Abdul Manan, selain Al Quran tertua yang ditulis tangan dengan tinta poho pada abad 16 masehi, tak jauh dari mesjid Salabose terdapat makam syeh Abdul manna  di Salabose, Kelurahan Pangali-Ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, yang menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.

Imam mesjid Salabose, Muhammad Gaus, yang juga salah satu keturunan syeh Abdul mannan menyebutkan sejumlah peniggalan sejarah Islam di Majene dan Sulawesi barat seperti Al Quran tertua karya tulisan tangan Syeh Abdul mannan abad 16 lalu, termasuk mesjid tertua dan makan syeh abdul manna hingga kini tetap dilestarikan oleh masyarakat majene sebagai salah satu benda sejarah khusUSnya sejarah peradaban Islam di Majene hingga berkembang luas ke Sulawesi barat hingga hari ini. “Mesjid ini tetap kita jaga keutuhannya meski beberapa nagian lainnya seperti atap sudah diganti dnegan seng karena lapuk dimakan usia. Selain mesjid juga ada Al Quran tertua karya Syeh Abdul manna dan makamnya tetap dijaga utuh oleh warga dan pemerintah setempat sebagai situs sejarah,”ujar Muhammad Gaus.

Makam Syekh Abdul Manan diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. Kompleks Makam Syekh Abdul Manan dibangun di daerah perbukitan, tepatnya di tempat yang dikenal dengan nama Puncak Poralle Salabose. Total luas area yang digunakan untuk membangun kompleks makam Syekh
Abdul Manan adalah sekitar 1 hektar.

Makam Syekh Abdul Manan masih sering dikunjungi oleh para peziarah yang datang dari wilayah Majene, bahkan juga dari luar wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Makam Syekh Abdul Manan akan semakin dipadati pengunjung menjelang datangnya bulan suci Ramadhan dan pada saat-saat
tertentu, misalnya ketika ada perayaan hari-hari besar agama Islam





Tidak ada komentar:

Posting Komentar