Tasbih. Sebuah tasbih sepanjang
30 meter lebih yang di tengah acara kematian keluarga di Pinrang sulawesi
selatan tak hanya menjadi tradisi semata yang digelar warga secara turun
temurun, terutama pada setiap acara kematian. Namun ritual mengarak tasbi yang
memiliki lebih dari 1000 manik-manik ini juga bermakna sebagai simbol doa sepanjang
masa. Baik bagi keluarga korban kematian maupun korban kematian yang sedang
berada di alam baqa.
Puluhan tokoh
masyarakat, tokoh adat, dan pemuka agama di desa Ambo Alle, Pinrang, sulawesi
selatan ini misalnya tampak larut dalam alunan suara tasbih “lailaha illallah”
sahut menyahut.
Sambil duduk melingkar,
mereka memegang sebuah tasbih sepanjang 30 meter lebih berisi 1000 lebih manik-manik
di tangan mereka. Setiap warga yang hadir membaca kalimat syahadat dan doa-doa
lain sebanyak 1000 kali lebih atau sebanyak biji tasbih di tangan mereka.
Ustad Halim, salah satu
tokoh agama yang hadir menyebutkan, tradisi pagelaran tasbih sambil membaca
kalimat syahadat dan doa-doa ini bermakna sebagai simbol doa yang abadi bagi
keluarga dan korban kematin agar arwahnya diterima disisi tuhan serta keluarga
yang ditinggalkan diberi ketabahan menerima cobaan. “Ini adalah sibol doa yang
abadi sepanjang masa buat keluarga dan korban kematian,”ujar ustads Halim,
tokoh agama di Pinrang
Kalimat syahadat dan
sejumlah doa-doa yang dilantunkan sesuai jumlah biji tasbih, kerap memakan
waktu 3 sampai 4 jam hingga seluruh rangkaian ritual selesai. Tak hanya itu/
usai membaca tasbih dan doa-doa mereka juga menggelar zikir dan membaca
barasanji secara berjamaah.
Ritual membaca tasbih
dan doa bagi keluarga dan korban kematian yang digelar di rumah wa’mungkin di
desa ambo alle ini, tidak hanya menjadi tradisi turun temurun terutama pada
setiap acara kematian/ tapi ritual ini juga bermakna sebagai simbol doa
sepanjang masa, bagi keluarga dan korban kematian agar perjalananya di alam
baqa diberi pengampunan oleh yang maha kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar