Rabu, 02 Mei 2012

Tak Mampu Berobat, Perut Bocah Perempuan Terus Membesar


Pembesaran Limpah. Akibat pembesaran limpah yang dideritanya, perut seorang bocah di Polewali mandar, Sulawesi barat, terus membesar hingga mirip wanita hamil 9 bulan. Sang bocah kini mulai kesulitan bergerak lantaran perutnya terus membesar. Sang bocah kini tak hanya kesulitan bermain menikmati masa kanak-kanaknya yang indah, tapi juga kini tak bisa bersekolah lagi, selain karena faktor kesulitan berjalan, juga karena malu diejek teman-teman sekolahnya.

Fika (6) bocah kelas satu SD Binuang Polewali mandar ini  sudah tiga bulan l;ebih tak bisa bepergian ke sekolah seperti teman-teman sekelasnya. Meski fika sangat bersemangat untuk bersekolah namun karena kondisi perutnya yang semakin membesar dan kesulitan bergerak, Fika kini terpaksa hanya tinggal di rumah. Fika hanya bisa menyaksikan teman-teman sekelasnya lalu lalang ke sekolah. Jangankan bepergian jauh, fika kini tak bisa bermain dengan anak-anak tetangganya. Selain karena kesulitan bergerak, fika juga mulai minder lantarn kerap diejek teman-temannya saat bermain.

Fika yang dulunya tampak periang dan gemar bermain dengan anak-anak tetangga, namun sejak tiga bulan terakhir setelah perutnya makin cepat membesar, Fika kini hanya mengurung diri di gubuk berukuran 3x4 meter, milik neneknya di Silopo kecamatan Binuang, Polewali mandar. Impiannya bersekolah tinggi dan menjadi dokter diurungkan lantaran kondisi pisiknya yang tidak prima. Saya mau sekolah, dulu saya rangkin II tapi saya susah jalan dan malu diejek teman,”ujar Fka, bocah korban pembesaran limpah

Meski sudah beberapa kali dibawah ke petugas kesehatan puskesmas dan rumah sakit di polewali, namun kondisi perut fika tak kunjung sembuh. Dokter yang pernah menangani fika menyarankan kedua orang tuanya agar fika segera menjalani operasi di rumah sakit wahidin makakssar agar tidak bertambah parah.

Pembengkakan limpah yang diderita fika, bermula ketika, setahun lalu, bocah periang ini mengalami deman tinggi disertai batuk-batuk cukup lama. Beberapa saat kemudian perut bagian kiri fika membesar dan keras seperti batu. Semula ini diangap, Ria (40) ibu kandung fika bukan masalah serius, Ria dan suaminya yang sudah lima tahun pulang dari malaysai baru panik setelah melihat perut anaknya malah semakin membesar dan kesulitan bergerak.

Meski dokter sudah berkali-kali menyarankan orang tua Fika agar bocah ini menjalani operasi di rumah sakit Makassar, hingga kini tak kunjung menjalani operasi di makassar lantaran kedua orang taunya mengaku kesulitan membiayai operasi anaknya.



Ria, ibu kandung Fika mengaku hanya bisa meneteskan air mata menyaksikan penderitaan anaknya. Ria sadar untuk sembuh anaknya harus menjalani operasi, tapi karena memerlukan biaya besar, sementara ria dan suaminya kini hanaya bekerja sebagai penggarap kebun milik orang lain di desanya, ria terpaksa hanya bsia mengelus dada dan kepala anaknya. “Saya hanya kerap mengelus dada dan mengusap kepala anak saya jika meringis sakit dan mau bermain dnegan teman-teman dan anak tetangga, tapi saya larang karena kondisinya seperti ini,”Ria, orang tua fika.

Meski berharap banyak bisa sembuh, namun Fika hanya bisa pasrah menyaksikan perutnya tiap hari terus bertambah besar. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dari negara merupakan "Hak Asasi Manusia" bagi setiap warga negara, namun bocah Fika masih saja terlantar dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya. 

Husna, tetangga ria di silopo binuang mengaku prihatin dnegan kondisi Fika. Bocah yang semual periang dan suka bergaul dnega anak-anak tetangganya kini tampak mulai minder akibat penyakit pembesaran limpah yang dideritanya. Meski para tetangga fika umumnya prihatin dan berharap agar sang bocah ini bisa sembuh, namun mereka tak bisa mengulurkan bantuna dana lantaran mereka juga umumnya hidup di bawah garis kemiskinan. “Para tetangga sebetulnya ikut prihatin dengan kondisi fika yang perutnya terus membesar dan kesulitan berjalan, tapi kita juga tak bisa membantu secara materi,”ujar Husna, tetangga fika yang mengaku mayoritas tetangga fika hidup miskin.

Ria yang mulai prustasi karena tak bisa mengupayakan penyembuhan anaknya melalui operasi, hanya berharap kelak ada dermawan yang terketuk hatinya untuk menyelamatkan masa depan anaknya. 

Tulisan ini disajikan dalam rangka kompetisi Indonesian Human Rights Blog Award (IHRBA) sebuah program yang digagas oleh Indonesia Media Defense Litigation Network (IMDLN) sebuah jaringan advokat dan peneliti di Indonesia yang memfokuskan diri pada penyediaan pembelaan bagi para pengguna media sosial di Indonesia khususnya yang terkait dengan kebebasan berekspresi. sebagai upaya promosi hak asasi manusia di dunia online. Pogram ini pada dasarnya ditujukan untuk merangsang blogger dan komunitas blogger Indonesia untuk menulis beragam tema tentang promosi, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar