Pembesaran Limpah. Akibat pembesaran limpah yang dideritanya, perut seorang bocah di Polewali mandar, Sulawesi barat, terus membesar hingga mirip wanita hamil 9 bulan. Sang bocah kini mulai kesulitan bergerak lantaran perutnya terus membesar. Sang bocah kini tak hanya kesulitan bermain menikmati masa kanak-kanaknya yang indah, tapi juga kini tak bisa bersekolah lagi, selain karena faktor kesulitan berjalan, juga karena malu diejek teman-teman sekolahnya.
Fika (6)
bocah kelas satu SD Binuang Polewali mandar ini
sudah tiga bulan l;ebih tak bisa bepergian ke sekolah seperti
teman-teman sekelasnya. Meski fika sangat bersemangat untuk bersekolah namun
karena kondisi perutnya yang semakin membesar dan kesulitan bergerak, Fika kini
terpaksa hanya tinggal di rumah. Fika hanya bisa menyaksikan teman-teman
sekelasnya lalu lalang ke sekolah. Jangankan bepergian jauh, fika kini tak bisa
bermain dengan anak-anak tetangganya. Selain karena kesulitan bergerak, fika
juga mulai minder lantarn kerap diejek teman-temannya saat bermain.
Fika yang
dulunya tampak periang dan gemar bermain dengan anak-anak tetangga, namun sejak
tiga bulan terakhir setelah perutnya makin cepat membesar, Fika kini hanya
mengurung diri di gubuk berukuran 3x4 meter, milik neneknya di Silopo kecamatan
Binuang, Polewali mandar. Impiannya bersekolah tinggi dan menjadi dokter
diurungkan lantaran kondisi pisiknya yang tidak prima. Saya mau sekolah, dulu
saya rangkin II tapi saya susah jalan dan malu diejek teman,”ujar Fka, bocah
korban pembesaran limpah
Meski sudah
beberapa kali dibawah ke petugas kesehatan puskesmas dan rumah sakit di
polewali, namun kondisi perut fika tak kunjung sembuh. Dokter yang pernah
menangani fika menyarankan kedua orang tuanya agar fika segera menjalani
operasi di rumah sakit wahidin makakssar agar tidak bertambah parah.
Pembengkakan
limpah yang diderita fika, bermula ketika, setahun lalu, bocah periang ini
mengalami deman tinggi disertai batuk-batuk cukup lama. Beberapa saat kemudian
perut bagian kiri fika membesar dan keras seperti batu. Semula ini diangap, Ria
(40) ibu kandung fika bukan masalah serius, Ria dan suaminya yang sudah lima
tahun pulang dari malaysai baru panik setelah melihat perut anaknya malah
semakin membesar dan kesulitan bergerak.
Meski dokter
sudah berkali-kali menyarankan orang tua Fika agar bocah ini menjalani operasi
di rumah sakit Makassar, hingga kini tak kunjung menjalani operasi di makassar
lantaran kedua orang taunya mengaku kesulitan membiayai operasi anaknya.
Ria, ibu kandung Fika mengaku hanya bisa meneteskan air mata menyaksikan penderitaan anaknya. Ria sadar untuk sembuh anaknya harus menjalani operasi, tapi karena memerlukan biaya besar, sementara ria dan suaminya kini hanaya bekerja sebagai penggarap kebun milik orang lain di desanya, ria terpaksa hanya bsia mengelus dada dan kepala anaknya. “Saya hanya kerap mengelus dada dan mengusap kepala anak saya jika meringis sakit dan mau bermain dnegan teman-teman dan anak tetangga, tapi saya larang karena kondisinya seperti ini,”Ria, orang tua fika.
Meski berharap banyak bisa sembuh, namun Fika hanya bisa pasrah menyaksikan perutnya tiap hari terus bertambah besar. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dari negara merupakan "Hak Asasi Manusia" bagi setiap warga negara, namun bocah Fika masih saja terlantar dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya.
Husna,
tetangga ria di silopo binuang mengaku prihatin dnegan kondisi Fika. Bocah yang
semual periang dan suka bergaul dnega anak-anak tetangganya kini tampak mulai
minder akibat penyakit pembesaran limpah yang dideritanya. Meski para tetangga
fika umumnya prihatin dan berharap agar sang bocah ini bisa sembuh, namun
mereka tak bisa mengulurkan bantuna dana lantaran mereka juga umumnya hidup di
bawah garis kemiskinan. “Para tetangga sebetulnya ikut prihatin dengan kondisi
fika yang perutnya terus membesar dan kesulitan berjalan, tapi kita juga tak
bisa membantu secara materi,”ujar Husna, tetangga fika yang mengaku mayoritas
tetangga fika hidup miskin.
Tulisan ini
disajikan dalam rangka kompetisi Indonesian Human Rights Blog Award (IHRBA)
sebuah program yang digagas oleh Indonesia Media Defense Litigation Network
(IMDLN) sebuah jaringan advokat dan peneliti di Indonesia yang memfokuskan diri
pada penyediaan pembelaan bagi para pengguna media sosial di Indonesia
khususnya yang terkait dengan kebebasan berekspresi. sebagai upaya promosi hak
asasi manusia di dunia online. Pogram ini pada dasarnya ditujukan untuk
merangsang blogger dan komunitas blogger Indonesia untuk menulis beragam tema
tentang promosi, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar