Senin, 07 Mei 2012

Demi Ujian, Siswa Terpencil Lintasi Gunung dan Belantara Hutan


Ujian Nasional. Demi mengikuti ujian nasional tingkat sekolah dasar yang akan digelar serentak Senin (06/5) besok, ratusan anak-anak desa terpencil di kecamatan Lembang kabupaten Pinrang, Sulawesi selatan, terpaksa menempuh perjalanan sepanjang 53 kilometer dengan cara berjalan kaki menaklukkan gunung, hutan belantara serta melintasi jembatan berbahaya. Berjalan 52 Kilometer untuk Ikut Ujian. Dengan bekal seadanya para siswa yang bertekad lulus ujian ini berangkat secara berkelompok. Bagi sekolah yang letaknya lebih jauh dari lokasi ujian, siswa mereka telah bernangkat meninggalkan kampung halaman dan keluarga mereka sejak Sabtu kemarin.

Puluhan anak-anak SD terpencil di desa Kaluku, kecamatan Lembang, kabupaten Pinrang ini misalnya rela meninggalkan kampung halaman dan keluarga mereka  Agar tidak kepanasan di jalan mereka sengaja berangkat lebih awal pukul 6.00 wita.. Minimnya sarana transfortasi dan kondisi medan yang bergunung dan berbukit terjal memaksa anak-anak ini harus berjalan kaki hingga puluhan kilometer, sebelum melanjutkan perjalanan mereka menggunakan angkutan umum ke lokasi ujian.

Para siswa sengaja berangkat secara berkelompok karena mereka tak berani melintasi hutan rimba, gunung terjal dan menyeberangi jembatan berbahaya. Sejumlah orang tua siswa yang menghawatirkan keselamatan akan anaknya sengaja menghantar sendiri anaknya hingga ke lokasi ujian. Warga lainnya menyumbangkan beberpa ekor ayam untuk anak-anak mereka sebagai bekal di tempat ujian

Karena kelelahan melintasi hutan rimba dan gunung terjal, anak-anak ini harus berisitirahat beberapa kali sebelum tiba di tempat tujuan. Kehabisan bekal dan air minum di jalan tak membuat anak-anak ini kehilangan cara.. Aneka buah-buahan seperti jeruk, jambu yang tumbuh liar di sepanjang jalan menjadi dewa penolong bagi anak-anak yang sedang kelelahan dan kehausan ini.

Sarafah, salah satu peserta ujian dari sd 150 Kaluku ini mengaku kelelahan menempuh perjalanan dari sekolah ke lokasi ujian. Karena takut melintasi hutan dan gunung terjal sendirian, sarafah sengaja berangkat secara berkelompok. “saya Takut jalan sendiri karena jauh, makanya jalan berkelompok dnegan teman-teman lain,”ujar sarafah mengaku bertekad bisa lulus ujian tahun ini.

Gafur, salah satu guru yang mengawal siswanya ke lokasi ujian ini menjelaskan, siswanya terpaksa dievakuasi ke kota mengikuti ujian nasional, karena sekolahnya tahunn ini tidak ditunjuk sebagai pelaksana ujian nasional. “Para siswa terpencil ini harus dievakuasi ke kota untuk mengikuti ujian bersama rekan-rekan mereka yang lain karena banyak sekolah terpencil tak bisa jadi pelaksana ujian,”tutur Gafur

Nasrul, peserta ujian lainnya mengaku optimis bisa lulus ujian setelah enam bulan mempersiapkan diri belajar dengan baik di sekolahnya. Nasrul yakin bisa menjawab semua pertanyaan ujian yag akan diajukan selama tiga hari. “Dengan persiapan lebih enam bilan saya yakin akan bisa menjawab seluruh soal-soal ujian dengan baik,”ujar Nasrul






Mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang layak oleh negara adalah bagian dari "Hak Asasi Manuasi" bagi setiap warga negera termasuk anak-anak terpencil yang hidup dalam kondisi memperihatinkan seperti anak-anak SD 150 Kaluku kecamatan lembang. Ketimpangan pembangunan kota-desa yang semakin berjarak membuat anak-anak ini terancam kehilangan harapan masa depan pendidikan mereka. Untuk memenuhi pendidikan dasarnya mereka harus berjuang ke kota agar bisa melanjutkan sekolah ke tingkat SMP.

Usai berisitirahat sejenak sambil menikmati bekal seadanya, para siswa yang dikawal sejumlah guru dan orang tua siswa ini kembali melanjutkan perjalana mereka. Setelah menempuh perjalana selama dua jam lebih para siswa ini akhirnya melanjutkan perjalan mereka menggunakan angkutan umum.

Keterbatasan biaya, membuat pihak sekolah hanya menyewa satu unit kendaraan untuk menampung 21 siswa termasuk barang-barang bawaaan mereka seperti beras dan kayu. Bisa dibayangkan angkutan umum jenis mikrolet ini tentu ukurannya sangat semput untuk manmpung puluhan siswa. Meski disusun dan berdesak-desakan di mbil kecil, para siswa ini tampak tetap bersemangat. Canda tawa dan saling ledek sesama teman mereka kerap terlontar hingga menimbulkan tawa lucu diantara mereka.

Sejumlah siswa di sekolah terpencil yang jaraknya lebih jauh bahkan sudah berangkat lebih awal sabtu (5/5) kemarin agar bisa mengikuti ujian tepat waktu.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam lebih, mobil angkutan umum sewaan ini akhirnya tiba di rumah penduduk tak jauh dari sekolah tempat mereka ujian. Seluruh siswa dan barang bekal mereka seperti kayu bakar, beras dan kelapa langsung didrop. Para siswa berharap setelah lelah menempuh perjalan panjang dari desa ke lokasi ujian, mereka bisa beristirahat sejenak sebelum, Senin besok berjuang agar bisa lulus ujian tahun ini.

Tulisan ini disajikan dalam rangka kompetisi Indonesian Human Rights Blog Award (IHRBA) sebuah program yang digagas oleh Indonesia Media Defense Litigation Network (IMDLN) sebuah jaringan advokat dan peneliti di Indonesia yang memfokuskan diri pada penyediaan pembelaan bagi para pengguna media sosial di Indonesia khususnya yang terkait dengan kebebasan berekspresi. sebagai upaya promosi hak asasi manusia di dunia online. Pogram ini pada dasarnya ditujukan untuk merangsang blogger dan komunitas blogger Indonesia untuk menulis beragam tema tentang promosi, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar