Rabu, 07 Maret 2012

Dua Bocah Busung Lapar Hanya Tulang Berbalut Kulit

Dua bocah bersaudara di Polewali mandar, Sulawesi barat diduga menderita busung lapar. Kondisi tubunhnya yang semakin kurus kerempeng hanya tulang berbalut kulit. Seorang janda yang juga tante yang mengasuh kedua sang bocah ini sejak kecil, yang hanya berprofesi sebagai pedagang sayur tak mampu memberi asupan gizi yang cukup untuk memulihkan kesehatan ponakannya. Dinas kesehatan setempat memang pernah turun tangan memantau kesehatan sang bocah ketika ramai menjadi pemberitaan berbagai media setahun lalu, namun seiring redupnya pantauan media, petugas kesehatan pun lupa hingga kondisi kesehatan dua bocah malang kian memburuk.
Meski Sahrul dan Sahril sudah berumur enam dan lima tahun namun kondisi kesehatannya tak kunjung membaik. Nurhayati, janda yang merawat setulus hati kedua ponakannya sejak kecil ini tak mampu mmeberi asupan gizi yang cukup untuk membantu pertumbuhan kesehatan ponakannya. Pendapatannya sebagai pedagang sayur mayur di emperan pasar sentral pekkabata kesulitan membeli susu dan asupan gizi yang cukup untuk memulihkan kesehatan sahtul dan sahril.

Meski negara menjamin "Hak Asasi Manusia" setiap warganya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang baik. Namun Sahril dan Sahrul dua bocah yatim piatu ini harus menerima kenyataan hidup. Sejak lahir kedua bocah bersaudara ini tak mendapatkan susu atau asupan gizi yang cukup,  Tak heran jika kondisi kesehatan kedua bocah ini memperihatinkan.

Setahun yang lalu ketika menjelang pemilihan gubernur Sulbar, dua bocah malang ini pernah ramai diberitakan berbagai media lokal dan nasional. Dinas kesehatan setempat pun buru-buru turun tangan membantu kedua sang bocah. Sejumlah bantuan seperti biskuit, susu, senter dan beras pernah disumbangkan untuk sahrul dan sahril. Petugas dinas kesehatan pun memvonis keduanya menderita gizi buruk ketika itu. Namun seiring meredupnya pemberitaan media kedua bocah miskin ini pun luput dari pantauan petugas hingga kondisi kesehatannya makin memburuk.

Nurhayati mengaku kadang menangis melihat kondisi kesehatan ponakannya. Nurhayati sebetulnya ingin menyediakan apa saja keperluan ponakannya untuk membantu penyembuhan kesehatan Sahril dan Sahrul, namun karena pendapatannya sebagai pedagang sayur yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. “Saya kasihan pak, tapi mau apa lagi saya harus tinggalkan meski sakit karea harus berjualan di pasar. Kalau saya tidak jualan keluarga saya mau makan apa?”tutur Nurhayati.

Imran, ayah Sahrul dan Sahril meniggal empat tahun lalu ketika kedua bocah ini masih kecil. Sementara Rini, sang ibu kedua bocah kini menghilang entah kemana. Rini hanya menitipkan kedua anaknya yang masih menyusui dan meninggalkan ke kalimnatan dengan pesan akan mengurus barang dan harta peninggalan suaminya. Namun hingga menjelang lima tahun Rini tak kunjung kembali. Jangankan kembali menjenguk anaknya mengirim kabar ke Nurhayati sang tante yang merawatnya tak pernah ada kabar.

Kondisi kesehatan Sahrul dan Sahril kian menurun lantaran Nurhayati yang hanya berprofesi sebagai pedagang sayur-mayur di emperan toko pasar sentral Polewali tak mampu merawat dan memberi asupan gizi yang cukup. Saat Nurhayati pergi ke pasar subuh hari, hanya Sahril dan Sahrul di rumah. Nurhayati biasanya baru pulang dari pasar berjualan setelah siang hari.  Saat Nurhayati pulang dari pasar itulah baru sibuk mengurus keperluan ponakannya termasuk memberi makan dan menganti pakaiannya.  


Tulisan ini disajikan dalam rangka kompetisi Indonesian Human Rights Blog Award (IHRBA) sebuah program yang digagas oleh Indonesia Media Defense Litigation Network (IMDLN) sebuah jaringan advokat dan peneliti di Indonesia yang memfokuskan diri pada penyediaan pembelaan bagi para pengguna media sosial di Indonesia khususnya yang terkait dengan kebebasan berekspresi. sebagai upaya promosi hak asasi manusia di dunia online. Pogram ini pada dasarnya ditujukan untuk merangsang blogger dan komunitas blogger Indonesia untuk menulis beragam tema tentang promosi, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar