Dua bocah bersaudara
di Polewali mandar, Sulawesi barat diduga menderita busung lapar. Kondisi
tubunhnya yang semakin kurus kerempeng hanya tulang berbalut kulit. Seorang
janda yang juga tante yang mengasuh kedua sang bocah ini sejak kecil, yang
hanya berprofesi sebagai pedagang sayur tak mampu memberi asupan gizi yang
cukup untuk memulihkan kesehatan ponakannya. Dinas kesehatan setempat memang
pernah turun tangan memantau kesehatan sang bocah ketika ramai menjadi
pemberitaan berbagai media setahun lalu, namun seiring redupnya pantauan media,
petugas kesehatan pun lupa hingga kondisi kesehatan dua bocah malang kian
memburuk.
Meski Sahrul dan
Sahril sudah berumur enam dan lima tahun namun kondisi kesehatannya tak kunjung
membaik. Nurhayati, janda yang merawat setulus hati kedua ponakannya sejak
kecil ini tak mampu mmeberi asupan gizi yang cukup untuk membantu pertumbuhan
kesehatan ponakannya. Pendapatannya sebagai pedagang sayur mayur di emperan pasar
sentral pekkabata kesulitan membeli susu dan asupan gizi yang cukup untuk
memulihkan kesehatan sahtul dan sahril.
Meski negara menjamin "Hak Asasi Manusia" setiap warganya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang baik. Namun Sahril dan Sahrul dua bocah yatim piatu ini harus menerima kenyataan hidup. Sejak lahir kedua bocah bersaudara ini tak mendapatkan susu atau asupan gizi yang cukup, Tak heran jika kondisi kesehatan kedua bocah ini memperihatinkan.
Meski negara menjamin "Hak Asasi Manusia" setiap warganya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang baik. Namun Sahril dan Sahrul dua bocah yatim piatu ini harus menerima kenyataan hidup. Sejak lahir kedua bocah bersaudara ini tak mendapatkan susu atau asupan gizi yang cukup, Tak heran jika kondisi kesehatan kedua bocah ini memperihatinkan.
Setahun yang lalu
ketika menjelang pemilihan gubernur Sulbar, dua bocah malang ini pernah ramai
diberitakan berbagai media lokal dan nasional. Dinas kesehatan setempat pun
buru-buru turun tangan membantu kedua sang bocah. Sejumlah bantuan seperti
biskuit, susu, senter dan beras pernah disumbangkan untuk sahrul dan sahril.
Petugas dinas kesehatan pun memvonis keduanya menderita gizi buruk ketika itu.
Namun seiring meredupnya pemberitaan media kedua bocah miskin ini pun luput
dari pantauan petugas hingga kondisi kesehatannya makin memburuk.
Nurhayati mengaku
kadang menangis melihat kondisi kesehatan ponakannya. Nurhayati sebetulnya ingin
menyediakan apa saja keperluan ponakannya untuk membantu penyembuhan kesehatan Sahril dan
Sahrul, namun karena pendapatannya sebagai pedagang sayur yang jauh dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. “Saya kasihan pak, tapi mau apa lagi saya
harus tinggalkan meski sakit karea harus berjualan di pasar. Kalau saya tidak
jualan keluarga saya mau makan apa?”tutur Nurhayati.
Imran, ayah Sahrul
dan Sahril meniggal empat tahun lalu ketika kedua bocah ini masih kecil.
Sementara Rini, sang ibu kedua bocah kini menghilang entah kemana. Rini hanya
menitipkan kedua anaknya yang masih menyusui dan meninggalkan ke kalimnatan
dengan pesan akan mengurus barang dan harta peninggalan suaminya. Namun hingga
menjelang lima tahun Rini tak kunjung kembali. Jangankan kembali menjenguk
anaknya mengirim kabar ke Nurhayati sang tante yang merawatnya tak pernah ada
kabar.
Kondisi kesehatan
Sahrul dan Sahril kian menurun lantaran Nurhayati yang hanya berprofesi sebagai
pedagang sayur-mayur di emperan toko pasar sentral Polewali tak mampu merawat
dan memberi asupan gizi yang cukup. Saat Nurhayati pergi ke pasar subuh hari,
hanya Sahril dan Sahrul di rumah. Nurhayati biasanya baru pulang dari pasar
berjualan setelah siang hari. Saat
Nurhayati pulang dari pasar itulah baru sibuk mengurus keperluan ponakannya
termasuk memberi makan dan menganti pakaiannya.
Tulisan ini disajikan dalam rangka kompetisi
Indonesian Human Rights Blog Award (IHRBA) sebuah program yang digagas
oleh Indonesia Media Defense Litigation Network (IMDLN) sebuah jaringan advokat
dan peneliti di Indonesia yang memfokuskan diri pada penyediaan pembelaan bagi
para pengguna media sosial di Indonesia khususnya yang terkait dengan kebebasan
berekspresi. sebagai upaya promosi hak asasi manusia di dunia online. Pogram
ini pada dasarnya ditujukan untuk merangsang blogger dan komunitas blogger
Indonesia untuk menulis beragam tema tentang promosi, perlindungan, dan
pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar