Kekerasan Anak Kasus kekerasan yang
menimpa para siswa di sekolah seolah tak pernah berhenti. Ddua siswa SD di Polewali
mandar, Sulawesi barat, menjadi giliran korban berikutnya. Hanya karena tak
mampu menghafal surat Al-Fatihan beserta terjemahan yang ditugaskan guru
agamanya, kedua siswa ini dianiaya guru agamanya bersama belasan teman-teman
sekelasnya. Akibat perbuatan sang guru, sekujur tubuh korban mengalami luka dan
memar. Tidak terima perlakukan sang guru, kedua siswa dan orang tuanya
melaporkan sang guru ke polisi setempat.
Muhammad Irgi Fahresi
(11 tahun) dan Andi Noval Alfahresi (10 tahun) mendatangi kantor mapolsek Wonomulyo
Polewali mandar. Kedua korban yang ditemani sang nenek mengaku telah dianaiaya
oleh, Udin, guru agamanya sendiri, hanya
karena keduanya tak mampu menghafal Surat Alfatihah beserta terjemahannya.
Kedua murid
kelas empat AD Neg 008 Sidodadi , kecamatan Wonomulyo, Polewali mandar ini tidak
terima tindakan penganiayaan yang dilakukan gurunya. Kedua korban mengaku
tindakan kekerasan yang dilakukan gurunya ini adalah yang kesekian kalinya. Ironisnya
tindakan tak terpuji yang dilakukan oleh pendidik ini justru dilakukan oleh
guru agamanya sendiri.
.
.
Kejadian ini
berawal saat korban bersama teman sekelasnya di beri tugas PR yakni mengahafal surat Al-Fatiha beserta terjemahannya. Kedua
korban bersama teman sekelas lainnya ini dicubiti sang guru di sekujur tubuh
dan wajahnya. Akibatnya sekujur tubuh dan wajah korban memar dan luka-luka. Irgi
dan Noval bahkan sempat menangis histeris karena tak mampu menahan rasa sakit,
saat sekujur tubunhnya dicubiti sang guru, namun sang guru yang kelewat emosi lantaran
hamper semua siswa di kelasnya tak ada yang hafal surat PR yang ditugaskan
sebelumnya. Sang guru terus saja
menggilir dan mencubiti para siswanya. Bukan hanya Irgi dan Noval yang
mengalami kekerasan serupa, namun belasan teman sekleas korban juga mendapatkan
perlakuan serupa. “guru saya marah karena saya tidak bisa hafal terjemaan surat
Al-Fatihah, ujar Noval saat mengadu di kantor polsek wonomulyo.
Menurut Irgi
dan Noval, kasus kekerasan yang dilakukan guru agamnaya ini adalah yang
kesekian kalinya. Sebetulnya Noval dan Iirgi semula berusaha menutupi kasus
ini, namun karena keburu ketahuan sang nenek, kedua korban ini pun dicecer
pertanyaan hingga keduanya mengaku telah dianiaya sang guru..
Menurut Hajja Hasnah
(nenek korban), dirinya baru tahu kedua cucunya mengalami tindak kekerasan di
sekolah saat meminta korban mengganti baju seragamnya usai pulang sekolah. Saat
itu korban merasa kesakitan saat tersentuh bagian tubuh yang luka. Hasna yang
curiga kemudian minta kedua cucunya memperlihatkan bekas-bekas luka disekujur
tubuh korban. Hasnah kaget yang mendapati sekujur tubuh dna wajah cucunya memear
kaget. Tidak terima perlakuan sang guru kepada kedua cucunya, sang nenek
bersama kedua korban akhirnya melaporkan
kejadian ini kepada pihak kepolisian sektor wonomulyo, polewali mandar. “Saya
tidak terima perlakuan guru seperti ini bertindak kasar terhadap anak didiknya
hanya karena alas an sepele,”ujar hasna saat menemani cucunya melapor ke
polisi.
Sayangnya saat polisi
ke sekolah korban, sang guru agama yang diketahui bernama Udin, salah seorang
guru yang masih berstatus sebagai guru honorer di sekolahnya ini sudah tak ada
di sekolah, lantaran jam pelajaran sekolah usai. Pelaku rencannaya besok baru
akan dipanggil polisi untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Jika terbukti
bersalah, oknum guru tersebut diancam undang undang perlindungan anak dengan
ancaman hukuman minimal 3 tahun penjara. (Posted : Edy Junaedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar