Objek Wisata Ratusan kerangka mayat manusia yang diduga sebagai keturunan manusia pertama dan tokoh adat Mamasa
pertama di sulawesi barat, hingga kini masih tersimpan rapih dalam sebuah
kuburan kayu berbentuk patung kerbau atau perahu. Warga Mamasa menyebut kuburan
massal ini dengan tedong-tedong minanga. Tedong atau tedong-tedong dalam bahasa
mamasa disebut kerbau. Kuburan tedong-tedong yang diperkirakan berumur ratusan
tahun lebih, hingga kini masih dipelihara sebagai salah satu destinasi wisata
budaya tertua di Sulawesi barat.
Tedong-tedong minanga
atau kuburan tedong-tedong yang terletak di desa Buntu Balla, Mamasa ini
menurut salah satu sistus web, memperkirakan berusia sekitar 400 tahun lebih.
Memang tak banyak
literatur yang bisa menjelaskan asal-usul dan filosofi keberadaan kuburan
tedong-tedong yang kini diperlihara pemerintah setempat sebagai salah satu
objek wisata tertua di sulawesi barat.
.
.
Namun salah seorang
penulis berkebangsaan belanda (Ingeborg Gohlich, 1989 : 81) mengemukakan orang Toraja
yang berkembang hingga ke mamasa dan kabupaten di sekitarnya di sulawesi barat,
dahulu mengalami kecelakaan kapal setelah meninggalkan negara asalnya Kamboja.
Dengan sekuat tenaga mereka dapat mencapai pulau Sulawesi. Reruntuhan kapalnya
ditarik ke daratan dan dijadikan rumah hunian. Generasi-generasi berikutnya
memang tidak pernah lagi berlayar. Namun bentuk dan filosopi perahu dialihkan
ke dalam bentuk bangunan rumah mereka. Sementara kerbau bernilai puluhan juta
menjadi salah satu simbol kemakmuran warga Mamasa.
Pemerintah dan tokoh
adat setempat pun tak mengetehaui persis kapan kuburan yang terbuat dari kayu
berdiameter hingga 120 centimeter dan panjang 3 meter ini menjadi kuburan
masaal atau tempat penyimpanan mayat (erong) dalam bahasa Mamasa.
Objek wisata budaya
ini umumnya digemari wisatawan atau turis mancanegara yang pernah berkunjung ke
wilayah ini. Kuburan ini juga kerap disiarahi warga setempat sebgaai bentuk
penghormatan terhadap nenek moyang mereka yang diduga pertama kali menghuni
kabupaten Mamasa.
Salah seorang toko
adat Mamasa, Erwin menyebutkan situs wisata budaya ini berumur ratusan tahun. Nenek
Erwin yang saat ini sudah berumur ratusan tahun pun tak tahu asal usul kuburan
massal di puncak bukti di Mamasa ini. “Kerangka mayat ini diketahui diduga kuat
warga setempat sebagai warga keturunan bangsawan mamasa.”ujar Erwin, salah
seorang tokoh adat mamasa.
Kuburan massal yang
diduga berisi ratusan kerangka manusia ini, memang tidak lagi menerima jenazah
baru untuk dikuburkan di lokasi ini.
Kuburan berbentuk kerbau dan perahu yang sarat dengan
filosofi hidup warga Mamasa ini menjadi salah satu situs budaya kebanggaan Sulawesi
barat.(Posted : Edy Junaedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar