Sabtu, 19 November 2011

Tedong-Tedong Minanga, Objek Wisata Tertua di Sulawesi Barat



Objek Wisata Ratusan kerangka mayat manusia yang diduga sebagai keturunan manusia pertama dan tokoh adat Mamasa pertama di sulawesi barat, hingga kini masih tersimpan rapih dalam sebuah kuburan kayu berbentuk patung kerbau atau perahu. Warga Mamasa menyebut kuburan massal ini dengan tedong-tedong minanga. Tedong atau tedong-tedong dalam bahasa mamasa disebut kerbau. Kuburan tedong-tedong yang diperkirakan berumur ratusan tahun lebih, hingga kini masih dipelihara sebagai salah satu destinasi wisata budaya tertua di Sulawesi barat.

Tedong-tedong minanga atau kuburan tedong-tedong yang terletak di desa Buntu Balla, Mamasa ini menurut salah satu sistus web, memperkirakan berusia sekitar 400 tahun lebih.

Memang tak banyak literatur yang bisa menjelaskan asal-usul dan filosofi keberadaan kuburan tedong-tedong yang kini diperlihara pemerintah setempat sebagai salah satu objek wisata tertua di sulawesi barat.
.
Namun salah seorang penulis berkebangsaan belanda (Ingeborg Gohlich, 1989 : 81) mengemukakan orang Toraja yang berkembang hingga ke mamasa dan kabupaten di sekitarnya di sulawesi barat, dahulu mengalami kecelakaan kapal setelah meninggalkan negara asalnya Kamboja. Dengan sekuat tenaga mereka dapat mencapai pulau Sulawesi. Reruntuhan kapalnya ditarik ke daratan dan dijadikan rumah hunian. Generasi-generasi berikutnya memang tidak pernah lagi berlayar. Namun bentuk dan filosopi perahu dialihkan ke dalam bentuk bangunan rumah mereka. Sementara kerbau bernilai puluhan juta menjadi salah satu simbol kemakmuran warga Mamasa.





Pemerintah dan tokoh adat setempat pun tak mengetehaui persis kapan kuburan yang terbuat dari kayu berdiameter hingga 120 centimeter dan panjang 3 meter ini menjadi kuburan masaal atau tempat penyimpanan mayat (erong) dalam bahasa Mamasa.

Objek wisata budaya ini umumnya digemari wisatawan atau turis mancanegara yang pernah berkunjung ke wilayah ini. Kuburan ini juga kerap disiarahi warga setempat sebgaai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang mereka yang diduga pertama kali menghuni kabupaten Mamasa.

Salah seorang toko adat Mamasa, Erwin menyebutkan situs wisata budaya ini berumur ratusan tahun. Nenek Erwin yang saat ini sudah berumur ratusan tahun pun tak tahu asal usul kuburan massal di puncak bukti di Mamasa ini. “Kerangka mayat ini diketahui diduga kuat warga setempat sebagai warga keturunan bangsawan mamasa.”ujar Erwin, salah seorang tokoh adat mamasa.

Kuburan massal yang diduga berisi ratusan kerangka manusia ini, memang tidak lagi menerima jenazah baru untuk dikuburkan di lokasi ini.  

Kuburan berbentuk kerbau dan perahu yang sarat dengan filosofi hidup warga Mamasa ini menjadi salah satu situs budaya kebanggaan Sulawesi barat.(Posted : Edy Junaedi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar