Selasa, 11 Maret 2014

Menderita Gizi buruk, Bocah 7 Tahun Hanya Bisa Tengkurap

Sappe, bocah berumur tujuh tahun asal dusun Balabba, desa Kariango, kecamatan lembang Pinrang sulawesi selatan ini hanya bisa tengkurap atau berbaring ditempat tidur. Kondisi fisiknya yang lumpuh sejak kecil karena menderita Gizi Buruk membuat sappe tak mampu beridiri dan berjalan hinga kini. Jagankan berdiri atau berlari seperti anak-anak seusianya, makan dan membuang kotoran saja anak kedua dari empat bersaudara ini masih tergantung pada orang lain. Karena kesibukan orang tuanya mencari nafkah hidup di kebun bocah ini kerap ditinggal seorang sendiri oleh orang tuanya.


Kolong rumah panggung setengah jadi milik Teten di dusun Balabba, desa Kariango, kecamatan lembang pinrang sulawesi selatan inilah tempat sappe, bocah tujuh tahun yang tak mampu beridri dan berjalan kaki sendiri seperti anak-anak seusianya ini merajut hidup sejak kecil hingga berumur lebih dari yujuh tahun.

Sappe tak berdaya karena lumph sejak kecil. Jangankan menolong orang lain atau membantu meringakan beban hidup keluarganya, berdiri dan berjalan kaki saja tak mampu ia lakukan tanpa bantuan atau pertoilongan orang lain.

Kerap jika kedua orang tuanya sibuk bekerja mencari nafkah di kebun, bocah periang ini kerap ditinggalkan seorang diri di kolong rumah. Bocah yang tak mampu bicara sempurna dan berjalan seperti anak-anak pada umumnya ini biasanya baru makan atau minum saat orang tuanya pulang kerja dari kebun.

Beruntung bocah ini tergolong anak sabar dan tak rewel meski ditinggalkan berjam-jam. Meski tinggal di kolong rumah seorang diri sappe tak pernah terjatuh dari tempatnya.

Teten, orang tua sappe menceritakan pertumbuhan pisik anaknya mulai tidak normal sejak jatuh sakit pada umur tuga bulan. Sappe sempat panas tinggi namun hanya dirawat seadanya lantaran sarana rumah sakit dan puskesmas di lokasi ini menjadi barang langkah. Untuk bisa berobat teten dan warga lain di dusun terpencil yang terletak sekitar 100 kilometer lebih dari kota pinrang ini harus berjalan kaki puluhan kilometer sambil menandu keluarga mereka ke lokasi terdekat yang bisa dijangkau kendaraan umum/ sebelum melanjutkan perjalan ke rumah sakit.

Sappe memang sempat dibawa keluarganya ke rumah sakit Polewali mandar ketika saat kondisinya sudah parah, namun selama hampir tiga pekan di rumah sakit kondisi pisiknya tak kunjung menunjukkan perkembangan yang membaik hingga teten memilih memulangkan anaknya dari rumah sakit.

“Semula waktu saakit saat umur tiga bulan hanyamendapat perawatan kampung dna ramuan tradisonal, dulu memang pernah di bawah ke rumah sakit polewlai setelah kondisinya sudha lumpuh tapi selama dalam peratawan ta ada perubhana kaanya saya mekilih memulangkan saja ke rumah,”ujar Teten, orang tua sappe

Kerap anak-anak atau warga yang menderita sakit di dusun terpencil ini hanya dirawat seadanya. Umunya warga yang sakit sembuh secara alamiah atau berobat menggunakan dukun kampung atau obat-obatan tradisonal yang biasnaya digunaan wara secara turun temurun.

Maklum untuk sembuh dan mnedatangi rumah sakit bukanlah perkara mudah. Selain jarak tempuh yang jauh kondisi jana yang jauh dari ayak dan hanya mirif jalan setapak ini membuat warga di lokasi kesulitan mengakses sarana kesehatan secara memadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar