Sappe, bocah berumur tujuh tahun asal dusun Balabba, desa Kariango,
kecamatan lembang Pinrang sulawesi selatan ini hanya bisa tengkurap atau
berbaring ditempat tidur. Kondisi fisiknya yang lumpuh sejak kecil karena
menderita Gizi Buruk membuat sappe tak mampu beridiri dan berjalan hinga kini.
Jagankan berdiri atau berlari seperti anak-anak seusianya, makan dan membuang
kotoran saja anak kedua dari empat bersaudara ini masih tergantung pada orang
lain. Karena kesibukan orang tuanya mencari nafkah hidup di kebun bocah ini
kerap ditinggal seorang sendiri oleh orang tuanya.
Maklum untuk sembuh dan mnedatangi rumah sakit
bukanlah perkara mudah. Selain jarak tempuh yang jauh kondisi jana yang jauh dari
ayak dan hanya mirif jalan setapak ini membuat warga di lokasi kesulitan
mengakses sarana kesehatan secara memadai.
Kolong rumah panggung setengah jadi milik Teten di dusun Balabba, desa Kariango,
kecamatan lembang pinrang sulawesi selatan inilah tempat sappe, bocah tujuh
tahun yang tak mampu beridri dan berjalan kaki sendiri seperti anak-anak
seusianya ini merajut hidup sejak kecil hingga berumur lebih dari yujuh tahun.
Sappe tak berdaya karena lumph sejak kecil. Jangankan menolong orang lain
atau membantu meringakan beban hidup keluarganya, berdiri dan berjalan kaki saja
tak mampu ia lakukan tanpa bantuan atau pertoilongan orang lain.
Kerap jika kedua orang tuanya sibuk bekerja mencari nafkah di kebun, bocah
periang ini kerap ditinggalkan seorang diri di kolong rumah. Bocah yang tak
mampu bicara sempurna dan berjalan seperti anak-anak pada umumnya ini biasanya
baru makan atau minum saat orang tuanya pulang kerja dari kebun.
Beruntung bocah ini tergolong anak sabar dan tak rewel meski ditinggalkan
berjam-jam. Meski tinggal di kolong rumah seorang diri sappe tak pernah
terjatuh dari tempatnya.
Teten, orang tua sappe menceritakan pertumbuhan pisik anaknya mulai tidak
normal sejak jatuh sakit pada umur tuga bulan. Sappe sempat panas tinggi namun
hanya dirawat seadanya lantaran sarana rumah sakit dan puskesmas di lokasi ini
menjadi barang langkah. Untuk bisa berobat teten dan warga lain di dusun
terpencil yang terletak sekitar 100 kilometer lebih dari kota pinrang ini harus
berjalan kaki puluhan kilometer sambil menandu keluarga mereka ke lokasi terdekat
yang bisa dijangkau kendaraan umum/ sebelum melanjutkan perjalan ke rumah
sakit.
Sappe memang sempat dibawa keluarganya ke rumah sakit Polewali mandar
ketika saat kondisinya sudah parah, namun selama hampir tiga pekan di rumah
sakit kondisi pisiknya tak kunjung menunjukkan perkembangan yang membaik hingga
teten memilih memulangkan anaknya dari rumah sakit.
“Semula waktu saakit saat umur tiga bulan hanyamendapat perawatan kampung
dna ramuan tradisonal, dulu memang pernah di bawah ke rumah sakit polewlai
setelah kondisinya sudha lumpuh tapi selama dalam peratawan ta ada perubhana
kaanya saya mekilih memulangkan saja ke rumah,”ujar Teten, orang tua sappe
Kerap anak-anak atau warga yang menderita sakit di dusun terpencil ini
hanya dirawat seadanya. Umunya warga yang sakit sembuh secara alamiah atau
berobat menggunakan dukun kampung atau obat-obatan tradisonal yang biasnaya
digunaan wara secara turun temurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar