Rabu, 16 November 2011

Kalulu, Kebersamaan Ala Suku Mandar



Tradisi Kalulu Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai tradisi dan kebudayaannya sendiri. Ungkapan ini mungkin tidak semua dimengerti oleh masyarakat suku Mandar yang berdiam di Sulawesi barat, namun tradisi Kalulu atau Sikalulu yang kira-kira bermakna saling membantu atau tolong menolong antar sesama warga kampung, hingga kini tetap lesatari. Perwujudan tradisi kesetiakawanan sosial dalam Kalulu kerap disaksikan saat warga memindahkan rumah atau menarik kapal berbobot puluhan ton dari ke daratan atau hajatan apa saja. Hari jumat bahkan sudah menjadi hari kalulu sejak turun temurun, jauh sebelum pemerintah menetapkan hari kerja bakti dan olahraga bersama di setiap instansi pemerintah.
Kapal-kapal nelayan berbobot belasan hingga puluhan ton di kampung Pajjala, kelurahan Takatidung Polewali Mandar ini dengan mudah dievakuasi warga dari pantai ke daratan tanpa menggunakan peralatan mederen. Cukup dengan menggunakan balok penyanggah dan ditarik menggunakan tali, kapal berbobot belasan ton ini bisa dipindahkan warga dari pantai ke daratan hanya dalam tempo beberapa menit.

Yah…inilah potret kehidupan sosial suku mandar di sulawesi barat. Meski kehidupan mereka telah terjamaah dengan gaya hidup moderen yang serba instan, namun suku mandar tetap kukuh mempertahankan tradisi leluhur mereka yang dikenal dengan sebutan tradisi Kalulu atau Sikalulu, yang dalam bahasa indonesia kira-kira bermakna sosial sebagai hari gotong royong atau hari kesetiakawanan social.

Tak heran jika setiap warga yang punya hajatan seperti mengevakuasi kapal berbobot puluhan ton dari pantai kedaratan atau memindahkan rumah tak perlu mengeluarkan biaya besar untuk mengupah tenaga kerja. Cukup dengan memgumumkan di mesjid atau di Musallah, terutama pada hari Jumat, warga dengan sadar akan turun tangan membantu tetangga mereka yang membutuhkan bantuan. Warga yang membutuhkan bantuan tenaga lebih besar bisa mengundang warga dari tetangga kampung lain cukup hanya melalui pengumuman panitia mesjid.

Abdul Rahman, tokoh masyarakat kampung Magaramba Polewali menilai tradisi kalulu menjadi perekat warga antar kampong. Berbagai pekerjaan berat yang membutuhkan bantuan orang banyak, tidak perlu membayar upaya gaji, cukup dengan mengumumkan di mesjid, warga akan berbondong-bondong mendatangi lokasi hajatan tanpa harus diundang khusus atau diberi upah “Anda yang punya hajatan dan butuh bantuan warga cukup menyampaikan di mesjid, tanpa dikomando warga dengan sendirinya dating,”ujar Rahman.

Alis Bugiman, tokoh masyarakat lainnya menyatakan, tradisi kalulu di Sulawesi barat hingga kini tetap lestari,,terutama di polewali mandar. Tradisi ini juga terbukti bisa mengukuhkan ikatan kekerabatan atau persaudaraan antar warga kampong. “sepersen pun mereka tak digaji, mereka ikut membantu warga dan tetangganya sebagai salah satu tradisi kebersamaan yang sudah terbangun sejak dulu,”ujar Alis Bugiman






Alam mengajarkan betapa tradisi kebersamaan dan ikatan sosial yang kukuh bisa menjadi solusi berbagai masalah social yang dihadapi. Lihat saja kerja kolektif kawanan semut yang mampu memindahkan kumbang berbobot puluhan kali lipat dari semut ini sendiri, dengan mudah diangkat beramai-ramai.

Intinya gotong royong dan semagat kebersamaan membuat segalanya menjadi lebih ringan dan mudah. Namun ungkapan ini mungkin kelise di tengah hidup moderen yang serba instan. Dimana ikatan sosial dan kekerabatan makin longgar dan cenderung individualistis.

Usai membantu sanak keluarga atau tetangga kampong, warga yang datang secara suka rela ini umumnya hanya disuguhi minuman ringan atau bubur manis.

Tradisi kalulu atau sikalulu ini sudah berlangsung secara turun temurun. Bahkan jauh sebelum pemerintah menetapkan hari jumat sebagai hari kerja bakti dan olahraga bersama di setiap instansi pemerintah, masyarakat suku mandar sudah menjadikan hari jumat sebagai hari kesetiakawanan social.

Pada hari jumat umumnya warga libur, selain akan menggelar shalat Jumat pada siang hari mereka meluangkan tenaga dan waktu untuk bersosialisasi dengan sanak tetangga atau warga kampong, terutama mereka yang membtuhkan bantuan tenaga. (Posted : Edy Junaedi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar