Rabu, 12 Februari 2014

Nenek 115 Tahun Menderek Tubuhnya Demi Penuhi Kebutuhan Dasarnya

Rabia, nenek berumur 115 tahun asal dusun Kulinjang desa Kariango kecamatan Lembang, Pinrang sulawesi selatan terpaksa menderek tubuhnya yang lumpuh demi memenuhi hajat hidupnya seperti makan mandi atau memasak. Di saat membutuhkan seorang tulang punggung di tengah keluarga di usianya yang sudah lanjut, suami dan tiga anak yang dicintainya justru lebih dahulu menghadap ilahi. Praktis rabiah di masa tuanya tak bisa berharap banyak kepada siapa pun kecuali belas kasihan kepada sanak tetangga yang bersimpati dengannya.

Beginilah hidup keseharian rabia sejak 15 tahun terakhir. Nenek yang diperkirakan sudah berumur 115 tahun lebih ini sehari-hari terpaksa menderek tubuhnya naik turun tangga rumahnya, demi memenuhi hajat hidupnya seperti makan, mandi atau memasak.

Badan dan kedua kakinya yang lumpuh sejak belasan tahun lalu membuat nenek sebatangkara ini harus berjuang sendiri menghadapi sisa-sisa hidupnya. Rabiah tak bisa berharap bantuan dari siapa pun kecuali kepada kemurahan hati sanak tetangganya. Suami dan tiga anak yang menjadi tumpuan harapan hidup di masa tuanya, justru lebih dahulu dipanggil sang pencipta.

Praktis perempuan tangguh yang sempat ikut bejuang membantu para pejuang mengusir penjajah di zaman belanda dan serdadu nippon jepang ini hanya bisa mengurus dirinya sendiri meski badan dan kedua kakinya lumpuh.

Wwc : Rabia, nenek lansia (..............umur saya sudah ratusan tahun. Saya hidup masih di zaman nippon jepang. Saya sudah berkali-kali pindah kampung sebelum tinggal disini. Sejak lumpuh saya sudah puluhan tahun hudup dari pemberian tetangga.................)

Agar bisa naik turun tangga dari rumahnya untuk sekedar mandi atau mengambil kebutuhan air untuk masak atau mencuci, Rabiah harus menopang badan dan kedua kakinya yang lumpuh menggunakan kedua tangannya dengan cara mendorong ke belakang secara perlahan-lahan hingga bisa naik atau turun dari rumahnya. Sementara ember berisi air diangkat Rabia dengan cara digeser perlahan-lahan hingga ember berisi air bisa naik ke atas rumahnya.

Sejak menderita lumpuh rabiah tak bisa lagi bekerja meski hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, praktis rabiah hanya berharap belas kasihan dari sanak tetangga yang bersimpati dengannya. Kerap jika persediaan beras pemberian tetangganya habis, Rabiah hanya mengganjal perutnya dengan air minum sambil berharap keajaiaban tuhan hingga ada lagi warga yang tergerak hatinya untuk membantu kebutuhan dasarnya.

Meski hidup melarat seorang diri di masa tuanya. Wanita pekerja keras di masa jayanya ini tak pernah meminta-minta atau berkeluh kesah kepada siapaun mengennai kondisi hidupnya.

Satu-satunyan permintaan rutin rabia setiap kali ada warga yang datang ke rumahnya adalah obat-obatan. Rabia berharap badan dan kedua kakinya yang lumpuh akibat terjatuh bisa sembuh kembali agar kelak bisa mengurus dirinya sendiri dan tak menyusahkan orang lain.

Rabiah tinggal di rumah peningalan suaminya yang sudah lapuk. Salah satu sudut rumah ini bahkan sudah hancur dan tak layak ditempati lagi. Tiang dan dinding-dindingnya yang lapuk dimakan rayap mulai jatuh satu persatu.

Tak ada perabotan mewah di rumah ini. Hanya ada beberapa lembar kain lusuh dan robek yang berserakan dilantai bambu dan bercampur papan. Jangankan punya kulkas atau tv, radio saja tak punya.

Fitri tetangga Rabia mengatakan, badan dan kaki rabia sudah lama lumpuh. Karena sudah tak mampu bekerja menghidupi dirinya/ sanak tetanggalah yang bergantian membantu kebutuhan hidupnya.

“Kasihan hidupnya tak menentu. Hanya tetanga yang menaruh belas kasihan terhadapnya.”ujar Fitri, warga juga tteangga Rabia

Wanita lansia seperti rabia yang kini hidup sebatangkara mengisi sisa-sisa hidupnya, seharusnya menjadi kewajiban dan tanggungjawab negara untuk mengurus kebutuhan hidupnya, sesuai amanah undang-undang.

Bukankankah negara berkewajiban untuk memelihara fakir miskin, anak-anak  yatim, lansia dan anak-anak terlantar? Sayangnya negara yang sudah hampir seabad merdeka ini para pemimpinnya lagi-lagi alpa dan tak becus mengurus warganya sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar