Meski masa kampanye pemilu 2014 belum waktunya, namun para caleg di sulawesi barat mulai curi star kampanye terselubung yang dibungkus dengan beragam kegiatan bermotif agama atau berbau sosial lainnya. Namun di dalamnya sarat pesan-pesan kanpanye berisi ajakan untuk memilih caleg tertentu. Warga yang merasa terganggu maraknya pengerahan massa di luar jadwal menjelang pemilu memprotes hal ini. Sayangnya Bawaslu, panwaslu dan kpu selaku penyelenggara pemilu hanya menebar gertak sambal kepada kontestan pemilu tanpa ada tindakan nyata.
Ribuan ibu-ibu kelompok pengajian dari berbagai kabupaten di sulawesi barat
seperti Mamuju, Majene dan Polewali mandar ini mengikuti karnaval dalam rangka
memperingati hari ulang tahun yayasan Al Kaa’fa ke – 4, Sabtu petang
(21/12/20130/ petang.
Sayangnya, kegiatan sosial yang dibungkus dengan bahasa keagaamana ini
sarat dengan pesan-pesan kampanye terselubung. Lihat saja para ibu-ibu majelis
taklim dari berbagai pelosok desa di sulbar ini terus meneriakkan yel-yel untuk
mendukung salah satu caleg yang diusung partai tertentu.
Panitia pelaksana kegiatan beralasan karnaval ini adalah sebuah pagelaran
tradisi hataman al quran yang dimeriahkan dnegan peserta karnaval sambil
keliling kota Polewalimandar. Kegiatann in juga terkait dnegan rangkaian
kegiatan untuk memeriahkan ulang tahun salah satu yayasan di Polewali mandar.
Di sepanjang jalan para peserta karnaval juga mengarak spanduk berisi foto
caleg tertentu. Di setiap sudut jalan yel-tel mendukung sang caleg terus
disuarakan. Peserta karnaval lainnya bernyayi kasidah yang isinya mengajak warga
untuk mendukung caleg tertentu.
Tiba di garis finis, setiap rombongan majelis taklim diberi waktu
bersalaman dengan sang caleg sambil menggelar atraksi kesenian, teaterikal atau
berpantun memuja sang caleg.
Karnaval yang diduga sarat kampanye politik ini membuat sejumlah ruas-ruas
jalan di kota mamuju termasuk jalur trans sulawesi ditutup selama berjam-jama
karena dilalui pserta karnaval.
Sejumlah warga dan pengendara pun kesal karena perjalannya terganggu akibat
karnaval berbau kampanye terslunung yang dibungkus dengan bahasa agama.
Sejumlah pengendara bahkan mengeluh karena harus memutar haluan mencari jalan
lain lantaran beberapa ruas jalan ditutup dan dialihkan sementara ke jalur
lain.
Hambiadi Harco, warga polewali mandar ini menyatakan kegiatan karnaval ini
adalah sebuah kampanye terselubung yang dibungkus dengan bahasa agama atau
modus lain. Faktanya para peserta karnaval terus berkampanye dan meneriakkan
yel-yel salah satu calon tertentu. Para peserta pun mengarak spanduk berisi
foto caleg keliling kota polewali mandar.
“Ini kampanye terselung ynag dibungkus dengan bahasa agama, harusnya
penyelenggara pemilu seperti Panwaslu bisa menertibkan kegiatan berbau kampanye
di luar jadwal seperti ini, karena mengganggu ketertiban umum,”ujar Hambiadi Harco.
Harco menilai penyelenggara dan pengawas pemilu mandul dan terkesan sengaja
membiarkan berbagai praktek pelanggaran kampanye terselubung para caleg dan
parpol tertentu tanpa ada tindakan nyata. Panwaslu menurut Harco hanya sibuk
berwacana dan menebar gertak sambal kepada para kontestan pemilu. Faktanya
pelanggaran demi pelanggaran yang seharusnya ditindak, malah makin marak
menjelang pemilu tanpa ada tindakan nyata untuk menertibkan kontestan yang
melanggar aturan.
Ketua bawaslu sulbar, Busran Riandy yang ditanya soal adanya dugaan modus
kampanye terselubung yang dilakukan seorang caleg dari partai tertentu sebelum
masa kampanye pemilu tiba ini mengaku baru akan melakukan kros cek kepada
petugas panwaslu kabupaten di Polewali mandar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar