Senin, 19 Agustus 2013

Tradisi Mappasitandu Tedong Hiburan yang Mendebarkan


Tradisi mappasitandu tedong atau adu kerbau di lapangan terbuka, tidak hanya menjadi tontonan yang menghibur tapi juga mendebarkan bagi warga mamasa, sulawesi barat. Aksi kejar-kejaran kerbau yang kalah hingga ke tengah kerumunan penonton di sekeliling arena, kerap melukai warga dan merusak apa saja termasuk kendaraan yang diparkir di sekitar arena. Meski membahayakan penonton namun warga tetap antusias menyaksikan hiburan tradisonal yang tetap lestari di bumi kondosapata Mamasa ini.


Festival adu kerbau antar warga yang akrab dikenal dengan sebutan mappasitandu tedong atau kerbau di lapangan terbuka ini menjadi tontonan yang menghibur sekaligus mendebarkan bagi ribuan warga desa tawaliang, kecamatan tawaliang kabupaten mamasa, sulawesi barat, belum lama ini.

Mappasitandu tedong yang digelar selama sepekan ini sengaja digelar di sebuah lembah agar warga yang menonton tradisi adu kerbau ini bisa menyaksikan kerbau jagoan mereka bertarung dengan aman.

Maklum mappasitandu tedong digelar di lapangan tanpa pembatas. Kerbau yang kalah kerap lari dan menyeruduk kerumunan penonton di sekeliling arena. Setiap kali festival mappasitandu tedong digelar warga, kerap menelan korban, terutama saat kerbau lari dan menyeruduk kerumunan penonton dan apa saja di sekitar arena.

Mappasitandu tedong ini menjadi rangkaian tradisi rambu solo atau pesta kematian yang digelar keluarga besar pualiling, salah satu tokoh masyaraat dan tokoh adat Mamasa, sebelum puncak acara rambu solo yang digelar selama sepekan.

Puluhan ekor kerbau jagoan dari mamasa yang sengaja dilatih pemiliknya untuk menjuarai festival tradisional ala warga mamasa ini. Bagi warga mamsa memiliki kerbau jago bertarung di arena yang selalu menyedot perhatian warga ini,  adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi warga mamasa.

Tak sedikit warga mamasa yang hobbi menonton tradisi adu kerbau turun temurun, terutama pada setiap acara pesta kematian ini menjadikan momentum mappsitandu tedong sebagai ajang taruhan jutaan rupiah. Lihat saja sejumlah penonton ini mengajak penonton lain taruhan setiap kerbau andalan yang mereka jagokan.

Eko mulyono pualiling, salah seorang keluarga besar almarhum pualiling yang mengelar tradisi mappsitandu tedong ini menyebutkan tradisi ini digelar turun temurun di mamasa terutama saat ada acara pesta kematian rambu solo. Kerbau bernilai puluhan juta rupiah ini diadu dalam festival amppasitandu tedong sebelum disemebelih untuk menjamu ribaun tamu yang datang.

“Mappasitandu tedong dalam setiap acara rambu solo atau pesta kematian di mamasa selalau digelar  secara turun temurun dna tetap lestari sebagai salah satu hiburan tradisonal bagi warga Mamasa,”Edy Mulyono Pualilling.

Menurut edy mulyono, mappasitandu tedong memamng lazim di gelar dala setiap acara rambu solo atau pesta kenmatian selama sepekan atau selama sebulan. Namun belakangan tradisi ini juga kerap digelar dalam berbagai pesta rakyat termasuk rangkaian upacara memperingati hut proklamasi kemerdekaan setiap tahunnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar