Perempuan Perkasa. Seorang perempuan
berusia lanjut di Polewali mandar, sulawesi barat harus berjuang menghidupi
seorang anak dan empat cucunya dengan cara berjualan ikan dan sayur mayur
sambil berjalan kaki belasan kilometer Menyusuri lorong dan gang jalan di kota
polewali mandar dan binuang untuk menyambangi pelanggan-pelangganh setianyaya.
Pendapatannya yang tak lebih dari rp 30 ribu perhari disispkan untuk membayar
cicilan utang dan membeli beras untuk anak dan cucnya.
Marwiyah hanya berharap angsuran utang berupa
modal usaha rp 100 ribu yang dipinjam dari sebuah koperasi bisa dibayar dari
keuntungan usahanya setiap hari. Selebihnya digunakan untuk membeli beras dan
kebutuhan dapur lainnya.
Marawiah, nenek
berusia 74 tahun ini tergolong manusia istimewa. Setiap subuh hari sebelum semua
orang terjaga dari tidurnya, perempuan yang sudah punya puluhan cucu ini sudah
harus berjalan kaki belasan kilometer dari rumahnya di kecamatan binuang menuju
pasar baru di kota polewali mandar.
Usai membeli barang
dagangan berupa ikan dan sayur-mayur di pasar baru pada subuh hari, perempuan
usir ini dengan sabar memikul barang dagangannya sambil berjalan kaki
menyusuri jalan-jalan, lorong dan gang
jalan di kota polewali dan kecamatan binuang. Mereka dengan sabar menyambangi
pelanggannya sejak pagi hingga siang hari, sebelum pulang ke rumah berkumpul
bersama anak dan empat orang cucunya.
Dengan beralas kaki
berupa sandal jepit lusuh yang setia menemaninya, sang nenek seolah tak perduli
panas terik matahari yang membakar kulit tanpa ampun. Perempuan usur ini
berharap hasil keringat yang dikumpulkannya setiap hari yang rata-rata Rp 30
ribu kelak bisa disispkan untuk membayar uang pinjaman usaha yang diciclnya
setiap hari, sebelum menyisipkan uang belanja makan seperti beras dna lauk pauk
lainnya.
Tahukah anda pemirsa?
kebiasaan sang nenek berjalan kaki hingga belasan kilometer sejak
bertahun-tahun lalu seperti ini, rupanya menjadi resep hidup sehat dan panjang
umur bagi sang nenek. Resep hidup sehat ala nenek Marwiyah ini sudah ditekuni
bertahun-tahun lalu. Marwiyah justru baru merasakan badannya pegal pegal jika
seharian tak menggerakkan badan. “Saya harus bangun pagi-pagi menyambngi
pelanggan saya, kalau terlambat pedagang iukan yang pake motor sudah duluan
mendatangi pelanggan saya,”ujar Marwiyah mengaku harus bersaing mencari
pelanggan meski hanya jalan kaki memikul jualannya.
Marawiah tergolong
ibu yang gigih dan ulet mengarungi hidup. Meski pendapatannya hanya cukup untuk
makan sehari bagi anak dan empat cucunya, Marwiyah tak pernah mengeluh apalagi
menggantungkan hidup pada orang lain.
Jika cuaca panas atau
diguyur hujan, sebuah sepasang sandal jepit dan sebuah payung lusuh dengan
setia menemani sang nenek. Terkadang jika sepih pembeli, marawiah pulang sambil
membawa barang jualannya ke rumah. Sebagian yang tidak laku diberikan ke
tetangga atau dimasak sendiri.
Marda, salah satu
pelanggan setianya mengaku salut dengan perempuan pahlawan ini. Meski sudah
berusia lanjut namun sang nenek dikenal warga sudah berjualan ikan dan sayur
mayur puluhan tahun lalu, hanya dengan cara memikul dan berjalan keliling
kampung menyambangi pelangganya. “Dia perempuan hebat sudah puluhan tahun
berjuang hidup dnegan cara memikul jualan sambil jalan kaki kelkiling lorong
demi menyambangi pelangannya, dan marwiah tampak tetap sehat,”ujar Marda,
pelanggan Marwiyah bangga.
Banyaknya pedagang
serupa yang berjualan menggunakan motor menyambangi pelangganya mebuat saingan
berat bagi sang nenek. Agar bisa mendapat pelanggan sang nenek harus menjamah
pelangganya lebih pagi sebelum pedagang lain yang menggunkan motor
mendahuluinya.
Sejumlah tetangga
marwiyah salut dengan kegigihan hidup perempuan perkasa ini mengarungi hidup.
Meski di usianya sudah usur, namun sang nenek tampak sehat dan tetap produktif
di usia senja. Sebetulnya marwiyah sudah harus beristirahat, namun kaena keterdesakan ekonomi perempuan
usur ini masih harus bekerja membanting tulang demi menghidupi sang anak dan
emmpat cucu kesayangannya. “Dia perempuan ulet, meski sudah tua masih harus
berjuang menghidupi anak dan empat cucunya seorang diri,”ujar Sumiati, tetangga
Marawiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar