Kamis, 02 Agustus 2012

6 Penghuni Gubuk 2x3 meter Berbuka Puasa Hanya Nasi dan segelas air


Hidup dalam kondisi ekonomi yang serba terbatas tak menghalangi enam keluarga miskin yang menghuni gubuk berukuran 3x4 meter di Polewali mandar, Sulawesi barat berpuasa layaknya mereka yang hidup berkecukupan. Meski keluarga ini kerap hanya berbuka puasa dengan nasi dan air putih tidak membuat mereka berkecil hati apalagi meninggalkan kewajiban mereka berpuasa sebulan penuh.

Gubuk sempit berukuran 3x4 meter Milik Ulla di kelurahan Manding, Polewali Mandar.ini dihuni enam anggota keluarga. Ulla beserta istri dan dua anaknya yang masih kecil ditambah dua adik ipar yang terpaksa menggantungkan nasib pada keluarha kecil Ullah, lantaran kedua orang tuanya meninggal, dunia saat kedua bocah ini masih kecil.

Berbeda dengan anda yang mungkin hidup berkecukupan bisa memilih dan menikmati aneka kue dan makanan apa saja sesuka hati di saat berbuka puasa atau sahur.
Keluarga Ullah justru kerap hanya menyantap sepiring nasi dan air putih jika persediaan sembako seperti beras dan lauk pauk di rumah sudah tak ada. Meski hidup di bawah garis kemiskinan berdasarkan standar yang dibuat pemerintah, keluarga Ullah  tak tercatat sebagai penerima raskin di desanya.

Kondisi keluarga kecil Ullah jelas jauh dari kehidupan mewah. Ria, Istrinya Ullah hanya bekerja ebagai ibu rumah tangga yang lekat dengan urusan anak dan dapur semata. “kalau habis beras kita biasa pinjam ke tetangga nanti ada penghasilan suami baru dibayar lagi. Saat berbuka kami biasanya hanya makan nasi dan air putih atau kue jika ada kue pemberian tetangga,”ujar Ria.

Ullah sendiri hanya berprofesi sebagai buruh bangunan dan tukang kupas kelapa di desanya.  Saat pekerjaan bangunan dan permintaan jasa kupas kelapa sedang sepih seperti sekarang, praktis ullah kerap hanya tinggal di rumah atau pergi memancing di laut. Hasil tangkapan ikan yang tidak seberapa bukan untuk dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri.

Meski hidup terbatas, Ullah dan Ria tak pernah berkeluh kesah. Meski berhak mendapat tunjnagan raskin 20 kilogram dari pemerintah, keljuraga ini tak pernah melancarkan protes kepada kelurahan setempat. Meski kelurag Ullah layak mendapat bantuan rumah sederhana dari dinas sosial namun Ullah tak pernah mengadukan nasibnya kepemerintah setempat. “Pemerintah pasti tahu dan kenal rakyatnya sendiri tanpa saya harus menuntut ke pemerintah,”ujar Ullah..
 
Rumah berukuran 3x4 meter milik Ullah berdiri di atas tanah kelurganya. Dindingnya terbuat dari sebagaian papan kelapa dan pelepah sagu (enau). Atapnya terbuat dari daun nipah. Sedang lantainya terbuat dari adonan pasir dan semen.

Kondisi tempat yang jauh dari kesan mewah inilah seluruh aktifitas kelurga Ullah dikendalikan mulai dari memasak sampai tidur dilantai yang hanya beralas selembar tikar plastik. Saat hujan tentu saja keluarga ini kerap kehujanan atau kebanjiran lantaran lantai rumahnya rendah.

Maklum pendapatan Ullah sebagai buruh bangunan yang tidak seberapa dan tak tentu jumlahnya membuat keluarga kecil ini kerap mengutang ke keluarga atau tetangga hanya sekedar untuk membeli beras dan lauk pauk, jika persediaan sembako di rumah sudah tak ada. Sementara tak lagi ada order pekerjaan bangunan atau kupas kelapa yang bisa diharap mendatangkan upah untuk keluarganya.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar