Diduga tak kuat
menahan gunjingan para tetangga dan warga kampung, dua siswi berprestasi di kecamatan
Duampanua pinrang, Sulawesi selatan yang diduga jadi korban perkosaan oleh
kepala sekolahnya sendiri, memilih meninggalkan kampung halamannya. Korban diduga takut dan taruma paska kejadian. Orang
tua bingung mencari lantaran korban meninggalkan rumah subuh hari, tanpa
sepengetahuan keluarga. Sementara puluhan keluarga korban yang emosi menanggapi
pengaduan kedua korban langsung mendatangi rumah sang kepala sekolah, namun
mereka kecewa karena tak menemukan pelaku yang diduga sudah meninggalkan
rumahnya sebelum warga datang.
Melati, salah satu korban yang
berhasil ditemui SCTV lewat perantaran warga ini mengaku kini meilih menyendiri
pasca kejadian agar bisa tenang. Melati diduga trauma mendapat perlakuan tak
senonoh oleh guru yang juga tokoh yang dikaguminya sendiri.
Seperti pengakuan Melati,
dirinya megalami perbuatan tak senonoh oleh pelaku saat meminta tandatangan
pelaku yang juga kepala sekolahnya seniri. Tiba-tiba saja Muhammad Aras minta
salah satu tangan korban. Melati yang tak menaruh curiga denegan pelaku
langsung menjolorkan tangannya. Korban tak menyangka tiba-tiba ditarik dan
terjatuh di pangkuan pelaku. Saat pelaku memelut erat korban itulah mulai
melakukan tindakan tak senonoh.
“saya dipeluk dengan sekuat tenaga hingga sulit
melepaskan diri,,”ujar Melati
Melati mengaku baru tahu jika
ada sejumlah teman lain diduga mengalami perlakuan tak senonoh setelah melati curhat
ke sejumlah teman-temannya. Belakangan Mawar juga yang terkenal sebagai siswi
pendiam di sekolahnya ini jadi korban. Mawar diduga mengalami perlakuan lebih
parah hingga shock dan taruma pasca kejadian.
Hamida, ibu kandung
Mawar (samaran) korban perkosaan lainnya yang mengadu ke kantor Polsek setempat
mengaku sangat menyesalkan kejadian yang justru diduga dilakukan oleh gurunya
sendiri. Hamida seolah tak percaya anaknya Mawar tiba-tiba membuat pengakuan
mengejutkan. Setelah mengurung diri di kamar dua hari pasca kejadian Rabu
(13/6) lalu di sekolahnya, Mawar menutur kepada kedua orang tua dan neneknya
jika dirinya telah jadi korban perkosaan oleh Muhammad Aras yang tak lain
adalah kepala sekolah korban sendiri.
Hamida kini tak hanya
gundah memikirkan nasib dan masa depan anaknya yang diduga jadi korban
perkosaan oleh orang yang selama ini dipercaya sebagai guru dan keluarganya
sendiri. Hamida makin bingung lantaran Mawar yang baru saja tamat SMP di
kecamatan Duampanua pinrang ini menghilang entah kemana. Korban mengaku kepada
keluarga terpaksa meninggalkan rumah dan keluarganya lantaran trauma dan takut.
Keberatan dengan
ulang sang kepala sekolah yang dinilai sebagai tindakan senonoh yang tak
sepantasnya dilakukan kepala sekolah kepada siswinya. Hamida dan suaminya langsung
melaporkan kasus ini ke polsek setempat.
Haamida kesulitan
melakukan visum et revertum untuk membuktikan adanya kekerasan seksual yang
dialami putrinya lantaran belum sempat ke dokter, Mawar tiba-tiba kabur dari
rumahnya. “:Kita bingung pak Mawar kabur dari rumah pagi tadi tanpa
spengetahuan keluarga. Mawar mengaku kepada keluarga meniggalkan kampung
halaman ke tempat lain karena ingin mencari keterangan,:ujar Hamida menturkan
pengakuan anaknya via ponsel.
Puluhan keluarga
korban yang tak terima pengakuan korban semalam langsung mendatangi rumah
korban di kecamatan Ldembang. Sayangnya keluarga korban tak menemukan Muhammad
Aras, sang kepala sekolah yang diduga telah melakuakn pernutan tak senonoh.
Aras sendiri diduga telah meniggalkan rumahnya bersama istri dan anak-anaknya
sebelum warga mendatangi rumahnya.
Kasus ini kini sedang
ditangani petugas Polsek Duampanua Pinrang. Meski keluarga korban mengaku
memilih melunak lantaran mendapat jaminan petugas akan menangani kasus ini,
namun mereka menyatakan akan bertindak sendiri jika polisi salah atau tak
serius menangani kasus ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar