Sabtu, 21 Januari 2012

Ketika Guru dan Orangtua Tanamkan Sikap Curang

Lomba mewarnai lambang burung garuda pancasilan bagi ribuan murid TK di Polewali mandar, Sulawesi barat, seharusnya menjadi ajang untuk memupuk bakat dan kreatifitas serta kemandirian anak. Namun sikap guru dan orang tua yang terlalu bersemnagat agar murid dan anak-ankanya menjadi pemenang dengan cara ikut membantu bahkan mewarnai sendiri pekerjaan peserta, justru menanamkan sikap curang pada anak-anaknya sendiri. Menjadi pemenang lomba memang patut diapresiasi, namun mengabaikan sikap sportifitas dalam bermain justru mencederai semnagat dan mental anak-anak yang polos.

Aarena lomba mewarnai lambang burung garuda pancasila yang diikuti ribuan anak-anak TK dari berbagai sekolah di gedung nasional jalan Bahari, Polewali mandar, Sabtu (21/01)siang tadi, berlangsung kacau.

Ratusan guru dan orang tua peserta lomba ikut bermain curang dengan  cara mengajari murid dan anak-anak mereka. Sejumlah guru dan orang tua peserta yang melakukan tindakan kurang terpuji dan tidak mendidik dengan cara ikut mewarnai sendiri lembaran gambar milik peserta. Tindakan para guru dan orang tua murid mungkin dimasudkan sebagai bentuk kasih sayang pada anak-anak mereka, namun cara ini tentu saja kurang bijak bagi pertumbuhan mental dan kemandirian anak-anak.

Larang keras panitia agar guru dan orang tua murid tidak dipernenankan membantu murid atau anaknya, namun himbauan panitia tak dihiraukan para guru dan orang tua. Lihat saja arena lomba ini tak hanya disesaki para peserta tapi juga guru dan orang tua murid tampak bersemangat membantu murid dan anak-anak mereka menjadi juara, meski dilakukan dengan cara-cara kurang mendidik mental dan kreatifitas anak-anak yang polos ini.

Meski lomba ini berlangsung dalam suasana gaduh dan sesak akibat guru dan orang tua ikut merambah ke tengah arena lomba, namun sebagian anak-anak yang polos ini tampak tetap antusias mewarnai burung garuda pancasila yang dibagikan panitia. Dengan senang hati mereka berlomba mewarnai bagian burung garuda sesuai petunjuk panitia.

Farhan, peserta lomba mewarnai dari TK Bayangkari Polewali mandar ini mislanya mengaku gembira dan senang bisa ikut lomba mewarnai. Hanya saja suasa bising dan berdesak-desakan akibat guru dan orang tua yag merambah masuk arena, mebuat farhan tak betah tinggal lama di lokasi lomba. “panas, banyak orang,”ujar farhan polos

Meski hampir semua guru dan orang tua bertindak curang untuk memenangkan anak atau muridnya, namun sejumlah guru dan orang tua tetap melihat lomba ini sebagai ajang untuk memacu bakat dan kepercayaan diri anak. Menjadi pememang lomba memang patut diapresiasi, namun mengajari anak dengan cara-cara yang tidak mendidik, justru akan merusak mental dan kemandirian anak-anak kelak di kemudian hari.

Andi Akka, orang tua peserta menyesalkan sikap sebagian guru dan orang tua peserta yang ikut mewarnai sendiri pekerjaan anaknya. “Tindakan tersebut mungkin dimaksudkan memotivasi anaknya. Tapi mereka tidak sadar jiak mereka telah menanamkan sikap curang terhadap anaknya sendiri,”ujar Andi Akka.

Lomba mewarnai burung garuda pancasilan ini selain diharapkan bisa memupuk semangat kreatifitas dan kepercayaan diri peserta, juga diharapkan menjadi ajang untuk menanamkan semangat nasionalisme sejak dini di kalangan anak-anak dengan cara membiasakan mereka berinteraksi dengan lambang burung garuda yang menjadi sumber dari segala sumber hukum bernegara di indonesia. (Posted by : Edy Junaedi)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar