Lomba
mewarnai lambang burung garuda pancasilan bagi ribuan murid TK di Polewali
mandar, Sulawesi barat, seharusnya menjadi ajang untuk memupuk bakat dan
kreatifitas serta kemandirian anak. Namun sikap guru dan orang tua yang terlalu
bersemnagat agar murid dan anak-ankanya menjadi pemenang dengan cara ikut
membantu bahkan mewarnai sendiri pekerjaan peserta, justru menanamkan sikap
curang pada anak-anaknya sendiri. Menjadi pemenang lomba memang patut
diapresiasi, namun mengabaikan sikap sportifitas dalam bermain justru
mencederai semnagat dan mental anak-anak yang polos.
Aarena lomba
mewarnai lambang burung garuda pancasila yang diikuti ribuan anak-anak TK dari
berbagai sekolah di gedung nasional jalan Bahari, Polewali mandar, Sabtu
(21/01)siang tadi, berlangsung kacau.
Ratusan guru
dan orang tua peserta lomba ikut bermain curang dengan cara mengajari murid dan anak-anak mereka. Sejumlah
guru dan orang tua peserta yang melakukan tindakan kurang terpuji dan tidak
mendidik dengan cara ikut mewarnai sendiri lembaran gambar milik peserta. Tindakan
para guru dan orang tua murid mungkin dimasudkan sebagai bentuk kasih sayang
pada anak-anak mereka, namun cara ini tentu saja kurang bijak bagi pertumbuhan
mental dan kemandirian anak-anak.
Larang keras
panitia agar guru dan orang tua murid tidak dipernenankan membantu murid atau
anaknya, namun himbauan panitia tak dihiraukan para guru dan orang tua. Lihat
saja arena lomba ini tak hanya disesaki para peserta tapi juga guru dan orang
tua murid tampak bersemangat membantu murid dan anak-anak mereka menjadi juara,
meski dilakukan dengan cara-cara kurang mendidik mental dan kreatifitas
anak-anak yang polos ini.
Meski lomba
ini berlangsung dalam suasana gaduh dan sesak akibat guru dan orang tua ikut
merambah ke tengah arena lomba, namun sebagian anak-anak yang polos ini tampak
tetap antusias mewarnai burung garuda pancasila yang dibagikan panitia. Dengan
senang hati mereka berlomba mewarnai bagian burung garuda sesuai petunjuk
panitia.
Farhan,
peserta lomba mewarnai dari TK Bayangkari Polewali mandar ini mislanya mengaku
gembira dan senang bisa ikut lomba mewarnai. Hanya saja suasa bising dan
berdesak-desakan akibat guru dan orang tua yag merambah masuk arena, mebuat
farhan tak betah tinggal lama di lokasi lomba. “panas, banyak orang,”ujar
farhan polos
Meski hampir
semua guru dan orang tua bertindak curang untuk memenangkan anak atau muridnya,
namun sejumlah guru dan orang tua tetap melihat lomba ini sebagai ajang untuk
memacu bakat dan kepercayaan diri anak. Menjadi pememang lomba memang patut
diapresiasi, namun mengajari anak dengan cara-cara yang tidak mendidik, justru
akan merusak mental dan kemandirian anak-anak kelak di kemudian hari.
Andi Akka,
orang tua peserta menyesalkan sikap sebagian guru dan orang tua peserta yang
ikut mewarnai sendiri pekerjaan anaknya. “Tindakan tersebut mungkin dimaksudkan
memotivasi anaknya. Tapi mereka tidak sadar jiak mereka telah menanamkan sikap
curang terhadap anaknya sendiri,”ujar Andi Akka.
Lomba mewarnai burung garuda
pancasilan ini selain diharapkan bisa memupuk semangat kreatifitas dan
kepercayaan diri peserta, juga diharapkan menjadi ajang untuk menanamkan
semangat nasionalisme sejak dini di kalangan anak-anak dengan cara membiasakan mereka
berinteraksi dengan lambang burung garuda yang menjadi sumber dari segala
sumber hukum bernegara di indonesia. (Posted by : Edy Junaedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar