Pahlawan Keluarga. Masih ingat Ernia
(13)/ gadis kecil yang terpaksa merawat dan membesarkan empat adiknya seorang
diri, sejak ayahnya meninggal dunia tiga tahun lalu. Sementara ibunya harus
merantau ke Kalimnatan untuk mencari nafkah. Setelah tiga tahun lebih
menghabiskan masa kecilnya yang indah dengan mengurus adik-adiknya layaknya
orang tua membesarkan anak-anaknya, Ernia ternyata kini mulai merindukan
masa-masa bermain yang indah layaknya anak-anak seusianya. Ernia merindukan suasana santi dan terbebas dari rutinitas dapur dan kasur yang membosankan.
Setelah tiga
tahun lebih mencurahkan seluruh waktu dan perhatiannya mengurus dan membesarkan
empat adiknya yang masih kecil, Ernia (13) siswi kelas satu SMP Kanang Polewali
mandar ini mulai rindu dengan masa-masa bermain yang indah layaknya anak-anak
normal seusianya.
Bagaimana
tidak, setiap hari sebelum berangkat ke sekolah, Ernia harus bangun pagi pukul
5.00 wita untuk mengurus segala keperluan adik-adiknya seperti menyiapkan
sarapan pagi, mencuci piring, memasak, dan mencuci pakaian. Jika waktu mepet, Ernia
kerap menangguhkan sebagian pekerjaannya dan memilih berangkat ke sekolah agar
tidak ketinggalan mata pelajaran. Ernia baru melanjutkan pekerjaan seperti
mencuci piring dan mencuci pakaian setelah pulang sekolah. Sebelum waktu magrib
tiba Ernia sudah harus bergelut dapur kembali untuk menyiapkan makan malam untuk
adik-adiknya.
Sayangnya, Ernia
terpaksa mengurungkan impiannya hidup bebas lantaran tak ada yang bisa
menggantikan mengurus adik-adiknya. Seperti anak-anak normal lainnya, Ernia
kerap merindukan suasana bermain sepuasnya bersama teman-teman sebayanya, tapi
karena tugas dan tanggungjawabnya Ernia hanya bisa mengelus dada.
Meski keluarga kecil ini kerap hanya makan nasi tanpa lauk pauk, namun karena sudah terbiasa dengan kondisi yang serba terbatas, tidak satu pun adik Ernia yang memprotes apa yang disuguhkan Ernia kepada adik-adiknya. Adik-adiknya pun seolah mengerti dengan kondisi kehidupan keluarga kecilnya. “Mereka sabar dan makan apa saja yang disuguhkan meski Cuma nasi tanpa lauk pauk,”ujar Ernia bangga pada adik-adiknya.
Asri dan Asrul/
dua adik Ernia yang kini duduk di bangku kelas IV dan kelas II SD kerap harus
bekerja mengumpulkan batu di sungai untuk dijual, terutama pada hari libur
sekolah. Hasil jerih payah adik-adiknya yang tidak lebih dari Rp 10 ribu setiap
minggu, diserahkan kepada ernia kakanya agar bisa membantu biaya dapur keluarga
kecilnya.
Pekerjaan Ernia
kini memang relatif lebih ringan. Ernia kini tak lagi menjadi buruh cuci piring
di sebuah warung untuk menafkahi empat adiknya. Selain kemurahan para tetangga
yang kerap mengulurkan tangan membantunya, sejumlah donatur menyatakan sudah
berjanji akan menjamin kebutuhan hidup keluarga kecil Ernia seperti menyedaikan
beras setiap bulan.
Ernia dan
dua adiknya Asri dan Asrul yang sempat putus sekolah kini sudah bisa bersekolah
kembali, berkat bantuan dan prakarsa sejumlah pihak yang bersimpati dengan
keluarga Ernia.
Keluarga terlantar karena faktor kemiskinan seperti yang menimpa keluarga kecil Ernia patut menjadi keprihatinan semua pihak. Peran institusi negara yang paling bertanggungjawab memelihara anak-anak terlantar karena himpitan ekonomi hinga membuat kelaurganya tercerai berailagi-lagi dipertanyakan. Mengabaikan peran dan tanggungjawab negara terhadap kelurga terlantar seperti Ernia dan adik-adiknya jelas adalah pelanggaran "Hak Asasi Manusia" yang nyata. Bukankah konstitusi negara kita menjamin hak-hak setiap warga negara termasuk keljuarga terlantar seperti Ernia.
Keluarga terlantar karena faktor kemiskinan seperti yang menimpa keluarga kecil Ernia patut menjadi keprihatinan semua pihak. Peran institusi negara yang paling bertanggungjawab memelihara anak-anak terlantar karena himpitan ekonomi hinga membuat kelaurganya tercerai berailagi-lagi dipertanyakan. Mengabaikan peran dan tanggungjawab negara terhadap kelurga terlantar seperti Ernia dan adik-adiknya jelas adalah pelanggaran "Hak Asasi Manusia" yang nyata. Bukankah konstitusi negara kita menjamin hak-hak setiap warga negara termasuk keljuarga terlantar seperti Ernia.
Sejumlah
dermawan yang bersimpati setelah diberitakan berbagai media langsung mengirimkan
bantuan dana untuk meringankan Ernia dan adik-adiknya. Senin kemarin seorang
donatur asal jogyakarta juga terketuk hatinya mengirimkan bantuan dana satu
juta rupiah melalui pemerintah setempat.
Ernia memang punya rekening pribadi
yang dibukakan oleh sejumlah aktifis peduli anak. Sayangnya Ernia yang tidak
biasa berurusan dengan bank mengaku malu dan tak tahu menahu bagiamana cara
mencairkan dana untuk kebutuhannya sehari-hari. Meski kesulitan biaya hidup
untuk makan bersama adik-adiknya, dana sebesar Rp 1,3 juta di rekeningnya tidak
pernah ditarik.
Tulisan ini disajikan dalam rangka kompetisi
Indonesian Human Rights Blog Award (IHRBA) sebuah program yang digagas
oleh Indonesia Media Defense Litigation Network (IMDLN) sebuah jaringan advokat
dan peneliti di Indonesia yang memfokuskan diri pada penyediaan pembelaan bagi
para pengguna media sosial di Indonesia khususnya yang terkait dengan kebebasan
berekspresi. sebagai upaya promosi hak asasi manusia di dunia online. Pogram
ini pada dasarnya ditujukan untuk merangsang blogger dan komunitas blogger
Indonesia untuk menulis beragam tema tentang promosi, perlindungan, dan
pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia.
Kami dari panitian kompetisi IHRBA
BalasHapustulisan ini sudah masuk dalam sistem kami, tapi belum dapat kami setujui karena belum sesuai dengan persyaratan teknis.
Silahkan sesuaikan dengan persyaratan teknis di http://hamblogger.org/peraturan-dan-ketentuan/