Agar bisa belajar membaca dan menulis seperti anak-anak tetanggannya, dua bocah lumpuh Uni (13) dan Sahrul (6) asal desa Sugiwaras, kecamatan Wonomulyo, Polewali mandar, sulawesi barat, yang tidak bisa bersekolah karena kedua kaki dan tangannya lumpuh akibat menderita tulang keropos, terpaksa meminta bantuan anak-anak tetangganya untuk mengajari membaca dan menulis. Impian Uni menikamti bangku sekolah seperti anak-anak sebayanya kandas lantaran keterbatasan fisik yang dialaminya hingga kedua bocah malang ini ia tak bisa berjalan dan bepergian dari rumahnya. Kedua bocah ini menderita keropos tulang hingga lumpuh sejak usia tiga tahun. Kedua orang tuanya beralasan tidak bisa membawa anaknya ke sekolah lantaran di sekitar desanya tak ada sekolah khusus orang cacat.
Uni (13) dan
Sahrul (6) dua bocah lumpuh akibat keropos tulang keropos yang dideritanya
sejak kecil, hanya bisa mengelus dada. Meski sudah usia sekolah namun Uni tak
bisa duduk di bangku sekolah seperti anak-anak tetangga lainnya, lantaran tak
bisa berjalan dan bepergian ke sekolah atau meninggalkan rumahnya karena kedua
kaki dan tangannya lumpuh.
Agar bisa
bermain dan belajar untuk mengusir rasa sepih sepanjang hari di lantai rumahnya,
Uni kerap mengajak anak-anak dan teman-teman tetangganya bermain dan belajar
bersama di rumahnya.
Uni sendiri
kerap mendesak kedua orang tuanya agar disekolahkan seperti teman-teman
sepermainannya, namun karena alasan cacat dan tak bisa berjalan, kedua orang
tuanya menolak menggubris permintaannya. “Saya mau sekolah agar bisa tinggalkan
rumah,”ujar Uni
Sikap Uni
yang penyabar dan perhatian kepada teman-temannya, membuat anak-anak
tetangganya senang bermain ke rumahnya. Sulistiawati, salah satu teman bermain Uni
yang kini sudah duduk di kelas dua SD mengaku senang bermain dengan Uni
lantaran kedua bocah lumpuh ini terkenal penyabar dan humoris.
Menurut Sulis Uni temannya kerap curhat ingin bersekolah seperti teman-teman tetangga lainnya. Uni kerap meminta Sulis mengajarinya agar bisa menulis dan membaca seperti anak-anak tetangga lainnya. Sulis menilai Uni termasuk anak pintar, sejumlah huruf yang telah diajarinya dengan mudah dihafal. “ Dia pintar, sudah hafal sejumlah hurup. Uni orangnya peyabar dan suka humor,” tutur Sulistiawati.
Halide,
orang tua Uni mengatakan dirinya kerap didesak kedua anaknya agar bisa
disekolahkan seperti anak-anak tetangga yang biasa mereka ajak bermain. Tapi
karena alasan cacat pisik dan tak bisa bepergian sendiri. Halide memang ingin
memenhui hasrat anaknya mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak-anak
sebayanya, hanya saja tak ada sekolah khusus orang cacat di desanya, Halide
terpaksa hanya meminta anaknya bersabar. “Saya biasa kasihan karena Uni minta
agar bisa sekolah juga seperti anak-anak tenagga, tapi karena keterbatasan
pisik yang dialami dan disini tak ada sekolah cacat, terpaksa Uni tak bisa
disekolahkan,”ujar Halide.
Jika orang tua jompo, anak cacat,
yatim piatu dan anak-anak terlantar seperti Uni dan Sahrul yang lahir di tengah
keluarga miskin dan serba tak berkecukupan tak bisa menikmati pendidikan yang layak, lalu dimana peran
negara terhadap mereka yang tidak mampu?
Pemimpin yang mengabaikan hak asasi atau hak dasar setiap warganya adalah sebuah bentuk peelanggaran "hak asasi manusia" paling nyata. Undang undang negara jelas mengamanahkan bahwa setiap warga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi setiap warganya, tak terkecuali bagi orang miskin atau mereka yang tidak mampu secara ekonomi seperti keluarga Uni dan Sahrul.
Pemimpin yang mengabaikan hak asasi atau hak dasar setiap warganya adalah sebuah bentuk peelanggaran "hak asasi manusia" paling nyata. Undang undang negara jelas mengamanahkan bahwa setiap warga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi setiap warganya, tak terkecuali bagi orang miskin atau mereka yang tidak mampu secara ekonomi seperti keluarga Uni dan Sahrul.
Tulisan ini disajikan dalam rangka kompetisi
Indonesian Human Rights Blog Award (IHRBA) sebuah program yang digagas
oleh Indonesia Media Defense Litigation Network (IMDLN) sebuah jaringan advokat
dan peneliti di Indonesia yang memfokuskan diri pada penyediaan pembelaan bagi
para pengguna media sosial di Indonesia khususnya yang terkait dengan kebebasan
berekspresi. sebagai upaya promosi hak asasi manusia di dunia online. Pogram
ini pada dasarnya ditujukan untuk merangsang blogger dan komunitas blogger
Indonesia untuk menulis beragam tema tentang promosi, perlindungan, dan
pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia.
Kami dari panitian kompetisi IHRBA
BalasHapustulisan ini sudah masuk dalam sistem kami, tapi belum dapat kami setujui karena belum sesuai dengan persyaratan teknis.
Silahkan sesuaikan dengan persyaratan teknis di http://hamblogger.org/peraturan-dan-ketentuan/