Suburiah Setelah dipindah
sekolahkan, Suburiyah (8) bocah kleptomania yang disisihkan keluarga dan
lingkungan masyarakatnya di Polewali Mandar, Sulawesi barat karena kebiasaan
buruknya mencuri barang apa saja, meski
bukan untuk dimiliki kini mulai kembali percaya diri. Perhatian khusus yang
dicurahkan para guru untuk membimbing Suburiah di sekolah barunya membuat sang
bocah kini mulai kembali menemukan kepercayaan dirinya. Suburiyah kini sudah
bisa bersosialisasi dan bermain-main dengan teman-teman sekolahnya.
Suburiyah (8), bocah
asal desa Sugiwaras, kecamatan Wonomulyo, Polewali mandar kini mulai kembali
menemukan kepercayaan dirinya. Jika sebelumnya Suburiah malas ke sekolah karena
tak tahan menerima ejekan teman-teman sekolahnya yang terlanjur mencapnya
sebagai pencuri, Suburiah kini mulai bisa bersosialisasi kembali dengan
teman-teman sekolah barunya.
sejak dua pekan
terakhir, Suburiah bahkan selalu datang lebih awal dari pada guru dan
teman-teman sekolahnya, meski suburiah harus berjalan kaki hingga dua kilometer
ke sekolah barunya. Suburiah yang mendapat sumbangan baju, sepatu serta beragam
peralatan sekolah dari sejumlah dermawan yang prihatin dengan kondisi Suburiah,
ternyata selalu bangun lebih awal di ruamhnya sebelum keluarga lainnya terjaga..
Meski jam pelajaran baru dimulai pukul 7.30 wita, namun Suburiah sudah berada
di sekolah sebelum jam pukul 7.00 wita.
Koonflik rumah tangga
akibat kedua orang tuanya terlibat perceraian diduga jadi pemicu Suburiah
mengalami goncangan kejiwaan yang berat hingga bocah kelasa dua SD 029 Sumberjo
ini menderita penyakit kleptomania. Sang bocah diduga tidak mendapatkan
perhatian penuh kedua orang tuanya yang kini sudah resmi bercerai, hingga Suburiah
menderita kelainan jiwa. Tak hanya sekolah dan lingkungan yang menghakiminya,
keluarga pun terlanjur menghakmi suburiah. Sejak tiga bulan lalu Suburiah
bahkan dirantai oleh orang tuanya karena dinilai telah mencoreng dan membuat
aib keluarganya.
Uniknya, meski Suburiah
mengakui jujur barang apa saja yang diambil dari rumah dan tetangganya, namun
bukan untuk dijual atau memperkaya diri. Sebuah Handphone milik tetangga yang
dicuri mislanya justru diletakkan di sembarang tempat setelah puas
memainkannnya. Sepeda yang dicuri dari tetangganya bukannya dijual atau
digunakan bersepeda, namun hanya disimpan di pinggir kebun milik warga, lalu
ditinggalkan begitu saja.
Hajja Maskiah, guru
yang diberi tugas khusus membimbing suburiah mengaku gembira karena murid
barunya ini sudah mulai menunjukkan perkembangan yang menggemebirakan. Meski
suburiah masih canggung namun kini sudah bisa bermain dan saling berinteraksi dengan
teman-teman sekelasnya.
Agar Suburiah bisa
kembali menjadi anak normal seperti anak-anak lainnya, sang guru diminta mencurahkan
perhatian khusus untuk suburiah. Saat Suburiah datang ke sekolah diberi
wejangan dan bimbingan khusus oleh guru konseling dan guru agam yang ditunjuk
untuk membimbing suburiah. Hajja Maskiah berharap perhatian penuh yang
diberikan guru bisa diteruskan di rumahnya agar Suburiah bisa segera menemukan
kepercayaan dirinya kembali. “Kita berharap perhatian khusus yang diberikan
pihak sekolah bisa diteruskan di rumah untuk membantu proses penyembuhan
suburiah,”ujar Hajja Maskiah.
Pendekatan kekerasan terhadap bocah yang menderita kleptomania atau kelainan kejiwaan ini tidak hanya melanggar "Hak Asasi Manusia" tapi malah akan semakin membuat goncangan kejiiwaan yang hebat bagi bocah seperti Suburiah yang masih labil.
Pendekatan kekerasan terhadap bocah yang menderita kleptomania atau kelainan kejiwaan ini tidak hanya melanggar "Hak Asasi Manusia" tapi malah akan semakin membuat goncangan kejiiwaan yang hebat bagi bocah seperti Suburiah yang masih labil.
Kepala dinas
pendidikan dan olahraga Polewali mandar, Haji Arifuddin Toppo meminta kepala
sekolah agar memberi perhatian khusus kepada Suburiah agar sang bocah yang kini
hidup tersisih karena ditolak masyarakat dan keluarganya bisa menemukan kembali
kepercayaan dirinya.
Arifuddin menyatakan Suburiah
kini ditangani khusus guru konseling dan guru agama. Namun jika tidak
menunjukkan adanya perubahan signifikan dispora akan berusaha mendatangkan
psikolog untuk memberi perhatian khusus kepada Suburiyah agar bisa kembali
menjadi anak-anak normal dan bermain-main dengan teman-teman sekolah dan
tetangganya kembali.
Arifuddin berharap
masyarakat dan siapa pun termasuk keluarga berhenti menghakimi Suburiyah, agar
sang bocah ini bisa hidup normal tanpa beban atau tekanan psikologis yang berat. (Posted by : Edy Junaedi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar