Kamis, 08 Desember 2011

Ditangani Guru Konseling, Bocah Kleptomania Mulai Percaya Diri



Suburiah Setelah dipindah sekolahkan, Suburiyah (8) bocah kleptomania yang disisihkan keluarga dan lingkungan masyarakatnya di Polewali Mandar, Sulawesi barat karena kebiasaan buruknya mencuri  barang apa saja, meski bukan untuk dimiliki kini mulai kembali percaya diri. Perhatian khusus yang dicurahkan para guru untuk membimbing Suburiah di sekolah barunya membuat sang bocah kini mulai kembali menemukan kepercayaan dirinya. Suburiyah kini sudah bisa bersosialisasi dan bermain-main dengan teman-teman sekolahnya.
Suburiyah (8), bocah asal desa Sugiwaras, kecamatan Wonomulyo, Polewali mandar kini mulai kembali menemukan kepercayaan dirinya. Jika sebelumnya Suburiah malas ke sekolah karena tak tahan menerima ejekan teman-teman sekolahnya yang terlanjur mencapnya sebagai pencuri, Suburiah kini mulai bisa bersosialisasi kembali dengan teman-teman sekolah barunya.

sejak dua pekan terakhir, Suburiah bahkan selalu datang lebih awal dari pada guru dan teman-teman sekolahnya, meski suburiah harus berjalan kaki hingga dua kilometer ke sekolah barunya. Suburiah yang mendapat sumbangan baju, sepatu serta beragam peralatan sekolah dari sejumlah dermawan yang prihatin dengan kondisi Suburiah, ternyata selalu bangun lebih awal di ruamhnya sebelum keluarga lainnya terjaga.. Meski jam pelajaran baru dimulai pukul 7.30 wita, namun Suburiah sudah berada di sekolah sebelum jam pukul 7.00 wita.

Koonflik rumah tangga akibat kedua orang tuanya terlibat perceraian diduga jadi pemicu Suburiah mengalami goncangan kejiwaan yang berat hingga bocah kelasa dua SD 029 Sumberjo ini menderita penyakit kleptomania. Sang bocah diduga tidak mendapatkan perhatian penuh kedua orang tuanya yang kini sudah resmi bercerai, hingga Suburiah menderita kelainan jiwa. Tak hanya sekolah dan lingkungan yang menghakiminya, keluarga pun terlanjur menghakmi suburiah. Sejak tiga bulan lalu Suburiah bahkan dirantai oleh orang tuanya karena dinilai telah mencoreng dan membuat aib keluarganya.

Uniknya, meski Suburiah mengakui jujur barang apa saja yang diambil dari rumah dan tetangganya, namun bukan untuk dijual atau memperkaya diri. Sebuah Handphone milik tetangga yang dicuri mislanya justru diletakkan di sembarang tempat setelah puas memainkannnya. Sepeda yang dicuri dari tetangganya bukannya dijual atau digunakan bersepeda, namun hanya disimpan di pinggir kebun milik warga, lalu ditinggalkan begitu saja.

Hajja Maskiah, guru yang diberi tugas khusus membimbing suburiah mengaku gembira karena murid barunya ini sudah mulai menunjukkan perkembangan yang menggemebirakan. Meski suburiah masih canggung namun kini sudah bisa bermain dan saling berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya.

Agar Suburiah bisa kembali menjadi anak normal seperti anak-anak lainnya, sang guru diminta mencurahkan perhatian khusus untuk suburiah. Saat Suburiah datang ke sekolah diberi wejangan dan bimbingan khusus oleh guru konseling dan guru agam yang ditunjuk untuk membimbing suburiah. Hajja Maskiah berharap perhatian penuh yang diberikan guru bisa diteruskan di rumahnya agar Suburiah bisa segera menemukan kepercayaan dirinya kembali. “Kita berharap perhatian khusus yang diberikan pihak sekolah bisa diteruskan di rumah untuk membantu proses penyembuhan suburiah,”ujar Hajja Maskiah.

Pendekatan kekerasan terhadap bocah yang menderita kleptomania atau kelainan kejiwaan ini tidak hanya melanggar "Hak Asasi Manusia" tapi malah akan semakin membuat goncangan kejiiwaan yang hebat bagi bocah seperti Suburiah yang masih labil.

Kepala dinas pendidikan dan olahraga Polewali mandar, Haji Arifuddin Toppo meminta kepala sekolah agar memberi perhatian khusus kepada Suburiah agar sang bocah yang kini hidup tersisih karena ditolak masyarakat dan keluarganya bisa menemukan kembali kepercayaan dirinya. 

Arifuddin menyatakan Suburiah kini ditangani khusus guru konseling dan guru agama. Namun jika tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan dispora akan berusaha mendatangkan psikolog untuk memberi perhatian khusus kepada Suburiyah agar bisa kembali menjadi anak-anak normal dan bermain-main dengan teman-teman sekolah dan tetangganya kembali.

Arifuddin berharap masyarakat dan siapa pun termasuk keluarga berhenti menghakimi Suburiyah, agar sang bocah ini bisa hidup normal tanpa beban atau tekanan psikologis yang berat. (Posted by : Edy Junaedi)
Kompetisi Hamblogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar