Rabu, 28 Mei 2014

Sering Bolos Sekolah, Dua Bocah Ini Berjuang Sembuhkan Ibunya dari Kelumpuhan

Dua bocah bersaudara di Polewali mandar Sulawesi barat ini berjuang menyembuhkan ibunya dari kelumpuhan sejak dua tahun terakhir. Kedua siswa ini rela membolos dan tak masuk sekolah demi mengurus berbagai kebutuhan hidup ibunya. Mulai dari mandi dan dan buang air, mencari nafkah hingga memasak sendiri agar ibu yang dicintainya kelak bisa sembuh dari kelumpuhan seperti semula. Sementara sang ayah yang dibutuhkan perannya membantu ibunya dalam proses penyembuhan dari kelumpuhan, menghilang entah kemana. Diduga sang suami tega meninggalkan dua anak dan istrinya yang lumpuh dan tak berdaya karena sudah tak tahan dengan kondisi hidup keluarganya.


Inilah rutinitas Ayu ramayanti (13) dan Hafid (10). Warga keluraham Bumiayu kecamatan Wonomulyo polewali mandar. Sebelum berangkat ke sekolah keduanya membantu berbagai keperluan dan kebutuhan hidup ibunya appung (37) yang lumpuh, sejak dua tahun terakhir. Mulai dari mandi dan buang air, memasak hingga menyuapi ibunya dengan tulus.

Setiap hari ayu dan hafid tak lupa memijat-mijat kaki dan tangan ibunya yang lumpuh agar saraf-sarafnya bisa segera berfungsi dan berjalan normal kembali seperti dua tahun lalu ketika appung ibunya masih sehat.

Keduanya kerap terlambat ke sekolah atau bolos pada jam istirahat karena harus pulang menjenguk dan membantu keperluan ibunya. Pada hari sabtu Ayu dan Hafid bahkan kerap tak pergi ke sekolah karena harus mengantar ibunya menjalani terapi di sebuh puskesmas terdekat agar tangan dan kakinya yang lumpuh bisa sembuh kembali.

Saya kerap merasa kelelahan dan sudah berkali-kali saya minta berhenti sekolah tapi tak diizinkan kepala sekolah. Mereka meminta saya tetap ke sekolah meski sering bolos atau tidak ke sekolah karena sibuk mengurus keperluan ibu saya belum lagi saya masih harus bekerja berjualan di warung agar bisa menghidupi ibu saya,”ujar Ayu Ramayanti sambil menyeskan air mata.

Tak hanya itu, Ayu ramayanti yang menjadi tulang punggung satu-satunya untuk mencari nafkah bagi keluarganuya ini harus bekerja di sebuah warung kaki lima. Profesi ini dilakoni ayu setelah pulang sekolah. Hasil jerih payahnya sebagai karyawan warung dengan upah berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu perhari tergantung keramaian pengunjung warung, digunakan ayu untuk membeli beras atau kebutuhan lain keluarganya.

Profesi sebbagai penjual sate di sebuah warung kaki lima ini ditekuni ayu sejak masih kelas empat SD. Sementara adiknya Hafid yang baru kelas IV SD di wonomulyo ini kerap menjadi tukang cuci mobil dengan upah Rp 5000 perhari.

Kedua bocah yang menjadi dewasa sebelum waktunya karena keadaan ini kerap mengeluh kelelahan namun tak ada pilihan lain. Ayu misalnya selain harus bersekolah di smp negeri 1 wonomulyo, Ayu juga harus bekerja di sebuah warung sate pada sore hari sekitar pukul 16.00 wita. Ayu baru pulang ke rumah dan berkumpul bersama ibu dan adiknya pukul 22.00 wita. Praktis tak ada waktu bagi ayu untuk beritirahat atau belajar di rumah sebelum esok pagi kembali ke sekolah lagi.

Pribadi ayu yang cenderung tertutup dan pendiam ini sudah belasan kali mengaduh dan minta berhenti dari sekolahnya karena mengaku lelah dan harus mencari nafkah untuk hidup keluaraganya. Namun tidak mendapat restu kepala sekolahnya. Ayu tetap diminta ke sekolah.

Para guru dan siswa yang bersimpati dengan kehidupan keluarga ayu pun bergotong royong menghimpun sumbangan di kalangan guru dan siswa secara patungan hingga terkumpul dana sebesar Rp 3 juta. Dana ini separuhnya digunakan untuk biaya kontrakan rumah, selebihnya untuk biaya hidup keluarga ayu.

Sementara appung ibu ayu kerap hanya bisa meneteskan air mata kesedihan ketika rumah kontrakannya dikunjungi warga dan sanak tetannga yang bersilaturrahmi ke rumahnya. Appung bersedih karena ia tak bisa berbuat apa-apa. Jangankan membalas pemberian dna uluran tangan warga, mengurus diri sendiri serprti mandi, buang air dan makan mislanya semuanya membutuhkan tangan oang lain.

Appung mengaku sudah empat kali pindah rumah dan menumpang di rumah warga sejak dua tahun terakhir karena tak punya rumah. Sementara suaminya sumarman menghilang dan meninggalkan appung dan dua anaknya, Ayu Ramayanti dan Hafid saat keluarga kecil ini sedang tak berdaya.

“Saya bingung dalamkondisi lumpuh dna tak berdaya seperti ini anak-anak saya masih kecil. Hidup saya kini tergantung pada Ayu. Saya sedih ayu sering minta berhenti sekolah karena tak bisa menjalani semuanya. Saya juga tak bisa memaksa karen saya Cuma berharap satu-satunya pada Ayu,”ujar Appung menetskan air mata sambil sesekali menyeka pipinya yang lembab air mata.

Beruntung sejumlah tetangag dan orang tua siswa teman ayu sekolah bersimpati hingga appung bisa mendapat rumah kontrakan. Misna Rasyid, salah satu warga yang bersimpati dengan keluarga appung ini mengaku miris melihat kehidupan appung yang lumpuh dan tak berdaya. Misna pun tak henti-hentinnya menggugah warga, sanak tetangag dan siapa saja agar bisa turut meringankan beban hidup keluarga appung.

Misnah prihatin bunkan hanya appung yang terancam kehilangan masa depannya/ tapi kedua anaknya ayu dan hafid juga terancam tidak punya masa depan jika keluarganya  tidak segera mendapat pertolongan warga. Di usia yang masih kecil dan belum layak bekerja kedua bocah ini sudah harus berhadapan dengan kekerasan hidup.

Misnah berharap pemerintah bisa meringankan beban kelaurga ayu dengan cara membangunkan rumah layak huni agar keluarga ini tidak hidup terlunta dan menumpang dari rumah ke rumah warga yang bersedia rumahnya ditumpangi.

“Saya sebagai tteangga merasa prihatin. Bukan hanya Appung yang lumpuh terabcam masa depannya, tapi juga kjedua anaknya yang masih kecil, kini dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Mereka bekerja di suainya yang masih kecil. Jika bukan sanak tetangga yang menolang tentu hidup mereka sangat memperihatinkan dna butuh uluran tangan dari semuanya,”ujar Misnah rasyid, tetangga appung mengaku terus menggugah warga lain agar ikut meringankan hidup keluarga ini.

Meski warga dan sanak tetangag sudah turun tangan membantu sebisanya, namun hingga kini pemerintah setempat belum turun tangan membantu mengatasi kesulitan hidup warganya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar