Senin, 10 Maret 2014

Berjuang Demi Sekolah Dua Siswa Mengadu ke Kades Hingga ke DPR


Dua siswi bersaudara di polewali mandar, sulawesi barat hingga kini terus berjuang untuk mendapatkan keadilan agar kelak ia bisa diterima kembali di sekolahnya. Sejak dikeluarkan secara sepihak dari sekolahnya dua bulan lalu siswi yang tercatat sebagai rangking satu di kelasnya ini hanya bisa mengurung diri di rumahnya. Untuk mengusir rasa bosan keduanya kerap membantu orang tua di dapur atau bermain mobil-mobilan. Kedua siswa ini diduga dipecat sekolah lantaran orang tuanya kerap memprotes pemotongan dana bsm hingga membuat para guru dan sekolah antipati.
Sudah dua bulan lebih dua siswa hadiria dan masda didampingi kedua orang tua dan sejumlah lembaga penduli pendidikan anak di polewali mandar terus berjuang agar ia bisa kembali bersekolah.

Sejak di drop out (DO) dari sekoahnya pada desember tahun lalu hadiria dan masda telah mengadu ke berbagai lembaga sosial.  lsm, organisasi pemuda, dinas pendidikan dan kepala desa setempat. Kamis  (27/2/2014)  siang tadi sekitar pukul 15.00 wita hadiria dan masda  didampingi kedua orang tuanya giliran mendatangi gedung dprd polewali mandar di jalan andi depu.

Kedua siswa yang tergolong cerdas di kelas yang dibuktikan dengan peringkat rangking dua dan satu yang diraihnya selama sekolah// keduanya berharap ia bisa mendapatkan hak-hak pendidikan yang layak sebagai anak dan warga negara.
Hadiria yang menempuh perjalanan sejua 30 kilometer lebih dari desanya ke gedung dpr menggunakan kendaraan motor bersama orang tuanya mendatangi komisi iv dprd polewali mandar. Mahamuddin orang tua kedua siswa ini berharap kekerasan dna perlakuan taksemena-mena dengan cara anaknya dikeluarkan paksa dari sekolah tanpa alasna yang jelas bisa dikembalikan ke sekolahnya.

Mahamuddin, orang tua kedua siswi ini kepada anggota komisi iv dprd polewali mandar menduga kedua anaknya dijadikan tumbal dengan cara dikeluarkan sepihak dari sekolah lantaran dirinya sempat cekcok dengan kepala sekolah dan guru di sd 027 tempat anaknya bersekolah. Diduga pihak sekolah tersinggung lantaran mahamjuddinn mempertanyakan alasan pemotongan dana bsm yang tidak sesuai prosedur.
Mahamuddin berharap anaknya bisa dikenbalikan ke sekolah mengingat di desa tersebut hanya ada satu sekolah terdekat dari rumahnya. Memindahkan anaknya ke sekolah lain nyang jaraknya cukup jauh ke desa tetangga bisa menimbulkan maslaah baru dan pekerjaan baru bagi keluarganya.

Sekertaris komisi iv dprd polewali mandar, Muh Amin Saeri yang didampingi dua anggota komisi lainhya fahriruddin dan ahmad menyatakan akan melakukan sidak ke sekolah sd 027 labuang jumat besok untuk mengklarifikasi aduan hadiria dan Masda.
Fahriruddin anggota komisi empat menyarankan sebaiknya hadiria dan masda diskeolahkan di sekolah lain. Alasanya meski keduanya bisa diperjuangkan kembali ke sekolahnya semula namun tak ada yang menjamin para guru dan kepala sekolah bisa dendam  dan membuat suasana psikologis keduanya tak nayamna di sekolah.

Sebelumnya kepala dinas pendidikan polewlai mandar arifuddin toppo menyatakan apa pun alasannya hadiria dan masda harus tetap sekolah. Hanya saja meski sudah dua bulan lebih masalah ini bergulir hadiri dan masda tak kunjung bisa bersekolah. Pada hal masa ujian semester sudah semakin dekat.

Wakil ketua dprd Polewali mandar, Jamar Jasin badu yang menyambut kedatangan hadiria dan masda menegaskan unsur pimpinan dprd polewali mandar akan mengelar rapat yang dihadiri semua pihak termasuk para guru, kepala sekolah, skpd, dinas pendidikan dan orang tua siswa untuk mengkalrifikasi aduan kedua siswi ini. 

Jamar menegaskan pemecatan sepihak tidak boleh terjadi karena ini bertentangan dnegan smenagat pemerintah untuk mengembalikan anak-anak ke sekolah. Mengeluarkan secara sepihak dengan bahasa apa pun adalah sebuah pelanggaran ham yang tak boleh dibiarkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar